Minggu 13. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 10. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

Bab 11 Agent-Based Model. MA 2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemanasan tersebut akan timbul suatu masalah apabila daerah yang dipanaskan

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

c. Suhu atau Temperatur

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

STUDI MODEL NUMERIK KONDUKSI PANAS LEMPENG BAJA SILINDRIS YANG BERINTERAKSI DENGAN LASER NOVAN TOVANI G

Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. Suhu dan Termometer. Suhu ukuran/derajat panas dinginnya suatu benda atau energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul2 suatu benda.

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi

ANALISIS PENGALOKASIAN KANAL PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PENENTUAN LAJU DISTRIBUSI SUHU DAN ENERGI PANAS PADA SEBUAH BALOK BESI MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIFFUSION EQUATION DENGAN DEFINITE ELEMENT METHOD

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI, ENERGI DAN GELOMBANG. Konsep Dasar IPA

BAB I PENDAHULUAN. adalah inti, putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah kerak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SIMULASI ARUS LALU LINTAS DENGAN CELLULAR AUTOMATA

MAKALAH PEMODELAN ALIRAN LAVA BERDASARKAN PADA CELLULAR AUTOMATA

SILABUS IPA KELAS VII. Objek IPA dan pengamatannya Pengukuran Besaran Pokok dan turunan Satuan baku dan tak baku

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. bit serta kualitas warna yang berbeda-beda. Semakin besar pesat pencuplikan data

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT-SIFAT BENDA. A.Sifat-Sifat Benda Padat, Cair, dan Gas

Kalian sudah mengetahui usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah horisontal, tetapi bagaimanakah besarnya usaha yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

3. Pernyataan yang benar untuk jumlah kalor yang diserap menyebabkan perubahan suhu suatu benda adalah... a. b. c. d.

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

KULIAH 1 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA PENGANTAR MATRIKS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN. Nama Guru : Windi Agustine NIM : : SMP N 1 Kota Mungkid Tahun Pelajaran : 2016/ 2017

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

KALOR DAN KALOR REAKSI

Junior High School. Carbon Neutrality

Transkripsi:

Minggu 13 MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

10.2 Difusi

Difusi Panas Energi panas ditransfer oleh konduksi panas di dalam atau antar objek di mana terdapat perbedaan suhu. Partikel atau kelompok partikel dengan suhu yang lebih tinggi (lebih banyak energi kinetik) mentransfer sebagian dari energi mereka ke partikel dengan suhu yang lebih rendah (lebih sedikit energi kinetik) pada saat terjadi tabrakan. Ini disebut difusi energi. Akan dibangun model untuk difusi panas melalui lempengan logam yang tipis (Cunningham 2007).

Asumsi Beberapa simplifikasi: Suhu logam ditentukan oleh suhu pada lapisan atas logam, sehingga lempengan dapat dimodelkan secara 2 dimensi. Lempengan berada pada ruangan di mana lingkungan di sekitar lempengan memiliki suhu yang sama dengan lempengan tersebut. Suhu berdifusi di dalam lempengan, tetapi keadaan di luar lempengan tidak mempengaruhi suhu.

Inisialisasi Kita dapat menginisialisasi setiap sel dengan suhu lingkungan (ambient), misalkan AMBIENT = 25 C, kecuali untuk sel-sel panas dan dingin, misalkan HOT = 50 C and COLD = 0 C.

Inisialisasi (2)

Inisialisasi (3)

Ketetanggaan Ketetanggaan von Neumann Ketetanggaan Moore

Model Model didasarkan pada Hukum Newton untuk pemanasan dan pendinginan yang menyatakan bahwa laju perubahan suhu suatu objek terhadap waktu sebanding dengan perbedaan antara suhu objek dengan suhu lingkungan. Dengan demikian, perubahan suhu suatu sel, Δsite, dari waktu t ke waktu t + Δt adalah parameter difusi (r) dikalikan jumlah beda suhu tetangga (neighbor i ) dan suhu sel (site): Suhu pada saat t + Δt adalah:

Parameter Difusi Koefisien difusi dapat berbeda untuk setiap tetangga. Namun demikian, jumlah koefisien untuk ke-9 sel dalam ketetanggaan haruslah 1.0 atau 100%. Contoh. Misalkan parameter difusi adalah 0.1 dan suhu dalam sel seperti dalam gambar berikut. Hitung suhu dalam sel tengah untuk iterasi waktu berikut.

Algoritma Fungsi Difusi

Kondisi Batas Untuk dapat mengaplikasikan algoritma difusi kita perlu memperluas batas dengan menambahkan 1 sel di setiap arah. Sel hasil perluasan tersebut disebut ghost cell. Beberapa cara perluasan: 1. Memberikan suhu yang sama untuk semua ghost cell. absorbing boundary condition 2. Menggunakan suhu tetangga terdekat untuk suhu di ghost cell. reflecting boundary condition 3. Menghubungkan north-south dan east-west sehingga diperoleh bentuk seperti donat. periodic boundary condition

Kondisi Batas (2)

Kondisi Batas (3)

Algoritma Reflecting Boundary Condition

Koordinat

Algoritma Difusi

Display Biasanya digunakan warna merah untuk panas dan biru untuk dingin. Digunakan model warna red-green-blue (RGB) color model, di mana ditentukan persentasi (bilangan antara 0.0 dan 1.0) dari red dan blue pada setiap sel.

Contoh Simulasi

10.3 Penyebaran Api

Penyebaran Api Akan dibangun 2D simulasi untuk penyebaran api. Teknik ini dapat dikembangkan untuk permasalahan lain yang melibatkan penyebaran seperti penyebaran penyakit menular dan distribusi polusi.

Model Suatu daerah dimodelkan secara dinamis dengan menggunakan n x n matriks. Setiap sel memuat nilai yang merepresentasikan keadaan dalam daerah yang bersesuaian. Suatu sel dapat memuat nilai 0 (EMPTY), 1 (TREE), atau 2 (BURNING) yang merepresentasikan sel kosong, sel dengan pohon yang tidak terbakar, dan sel dengan pohon yang terbakar. Digunakan ketetanggaan von Neumann dan periodic boundary condition.

Inisialisasi Sistem Untuk menginisialisasi sistem, didefinisikan 2 peluang berikut. probtree peluang suatu pohon terletak dalam sel. probtree adalah kepadatan pohon di awal simulasi. probburning peluang suatu pohon dalam terbakar jika sel tersebut memuat pohon. probburning adalah presentasi pohon yang terbakar di awal simulasi.

Aturan Penyebaran Jika suatu sel kosong (nilai sel EMPTY) pada saat t, sel tersebut akan tetap kosong pada saat t+1. Jika terdapat suatu pohon dalam sel (nilai sel TREE) pada saat t, pada saat t+1 pohon tersebut dapat terbakar atau tidak (nilai sel BURNING atau TREE), bergantung pada adanya api di sel tetangga atau adanya petir yang menyambar. Sel yang memuat pohon yang terbakar (nilai sel BURNING) pada saat t akan selalu terbakar habis, meninggalkan sel kosong pada saat t+1 (nilai sel EMPTY)

Peluang Lainnya probimmune peluang imunitas suatu pohon terbakar. Jika pada saat t suatu sel memuat pohon (nilai sel TREE) dan terdapat api yang mengancam pohon tersebut, probimmune adalah peluang pohon tersebut tidak akan terbakar pada saat t+1. problightning peluang petir menyambar suatu sel

Pohon Terbakar 1. Karena sel tetangga 2. Karena petir menyambar Petir dapat mengakibatkan suatu pohon terbakar jika dengan peluang yang merupakan hasil kali dari problightning * (1 probimmune).

Algoritma Penyebaran Api 1. Inisialisasi sistem 2. Perluasan batas berdasarkan Periodic Boundary Condition 3. Penyebaran api berdasarkan aturan penyebaran

Contoh Simulasi Simulasi dengan parameter n = 50, probtree = 0.8, probburning = 0.0005, problightning = 0.00001, probimmune = 0.25, dan t = 50.

Contoh Simulasi 2

Contoh Simulasi 3

Contoh Simulasi 4

10.4 Pergerakan Semut

Masalah Semut mengkomunikasikan gerakan mereka ketika membawa makanan dengan meninggalkan jejak yang berupa bahan kimia pheromone. Semut yang lain dapat menemukan lokasi sumber makanan dengan mengikuti bau pheromone tersebut. Jumlah pheromone akan berkurang seiring waktu. Akan disimulasikan gerakan semut dengan adanya jejak pheromone dengan menggunakan cellular automata.

Langkah Pembuatan Model 1. Pengumpulan data 2. Pembuatan asumsi yang menyederhanakan 3. Penentuan variabel

Pengumpulan Data Observasi empirik: Di setiap langkah, semut cenderung berbalik dan bergerak menuju arah di mana terdapat pheromone dalam jumlah yang banyak. Apabila tidak ada semut di suatu lokasi, pheromone akan berkurang sampai kemudian habis. Untuk model yang profesional: Perlu dikumpulkan data eksak: Jumlah rata-rata pheromone yang dikeluarkan seekor semut. Laju peluluhan pheromone.

Asumsi yang Menyederhanakan Semut hidup dalam suatu daerah berbentuk persegi. Di setiap langkah, semut cenderung bergerak menuju sel tetangga yang kosong dan memuat pheromone dalam jumlah terbanyak. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pergerakan, semut akan diam di tempat. Untuk menghindari tabrakan, dilakukan strategi avoidance-or-wait. Pada saat melakukan pergerakan, semut mengeluarkan pheromone. Pheromone akan menghilang seiiring waktu. Kita akan menginisialisasi dengan jejak lurus pheromone dalam jumlah yang bertambah banyak. Kita tidak mempertimbangkan sumber makanan atau sarang semut.

Penentuan Variabel Setiap sel dipetakan pada suatu pasangan terurut yang memberikan informasi mengenai: Banyaknya pheromone dalam sel Ada atau tidaknya semut Arah semut Koordinat kedua berisi: Konstanta yang mengindikasikan tetangga von Neumann yang akan dituju semut (sebelum pergerakan) dan arah dari mana semut datang (setelah pergerakan). STAY menyatakan semut tetap berada dalam selnya pada suatu iterasi. Contoh: (3,EMPTY), (0,SOUTH) Peluang seekor semut akan menempati suatu sel adalah probant

Kondisi Batas Biasanya digunakan absorbing boundary condition dengan batas memiliki nilai pheromone bilangan negatif, misal -0.01. Dengan demikian, semut tidak akan bergerak keluar dari daerah matriks persegi.

Penentuan Relasi dan Submodel Pergerakan semut dalam satu langkah meliputi dua hal: sensing dan walking Langkah pertama, semut memeriksa sel tetangga dan berbalik ke arah sel dengan pheromone terbanyak Langkah kedua, jika dimungkinkan untuk bergerak tanpa bertabrakan dengan semut lain, semut akan pindah ke lokasi tersebut Setelah reaksi semut (sensing dan walking), terjadi difusi pheromone Ini merupakan simulasi tipe reaksi-difusi

Fungsi Sensing Sel tetangga adalah dalam arah von Neumann neighborhood: Utara, Timur, Selatan, dan Barat Aturan untuk fungsi sense: Sel kosong tidak dapat melakukan sense dan tidak menunjuk pada arah manapun Seekor semut tidak akan menghadap ke sel darimana ia baru datang Seekor semut tidak akan menghadap ke sel batas Seekor semut tidak akan menghadap ke sel yang memuat semut lain Seekor semut berbalik ke arah sel tetangga (bukan sel seblum, sel yang berisi semut lain, atau sel batas) dengan pheromone terbanyak. Jika ada lebih dari satu sel, semut akan memilih secara random. Jika tidak ada sel yang tersedia, maka semut tidak akan pindah

Algoritma Sense

Fungsi Walking Pada langkah berikutnya, jumlah pheromone akan berubah sebagai berikut: Untuk sel yang tetap EMPTY, jumlah pheromone akan berkurang sebanyak EVAPORATE, tetapi tidak pernah negatif. Seekor semut yang menghadap suatu sel, akan pindah ke sel tersebut, jika tidak ada semut lain dalam sel. Jika ada semut lain, semut akan tidak melakukan perpindahan. Jika seekor semut meninggalkan sel yang memiliki pheromone di atas ambang batas THRESHOLD, jumlah pheromone bertambah sebanyak DEPOSIT. Jika seekor semut tetap di suatu sel, jumlah pheromone tetap. Jika seekor semut pindah ke sel lain, jumlah pheromone dalam sel baru tersebut tetap Ketika semut pindah ke sel baru, semut tersebut akan menghadap ke arah sel asal.

Algoritma Walk

Algoritma

Hasil Simulasi Dengan parameter MAXPHER = 50.0, EVAPORATE = 1, DEPOSIT = 2, THRESHOLD = 0, n = 17, probant = 0.1, diffusionrate = 0.01, and t = 11.