Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

Pengolahan awal metode magnetik

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan tujuan

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

Koreksi-Koreksi pada Pengolahan Data Geofisika (Part II :Metode Magnetik)

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

Physics Communication

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

TUTORIAL SINGKAT PENGOLAHAN DATA MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Estimasi Gradien Temperatur Menggunakan Metode Geomagnet Pada Daerah Panasbumi Di Desa Sapoo Kecamatan Kulawi

EKSPLORASI GEOMAGNETIK UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN PIPA AIR DI BAWAH PERMUKAAN BUMI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Transkripsi:

GEOMAGNET

AKUSISI DATA

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut : Menentukan posisi setiap lokasi pengukuran (lintang dan bujur), dan diplotkan pada peta. Penentuan arah utara dengan menggunakan kompas, setelah itu arahkan antenna magnetometer pada arah utara. Pengukuran medan magnetic setiap stasiun sebanyak 4 kali yaitu arah utara, timur, selatan, dan barat.

PENGOLAHAN DATA Hasil pengukuran lapangan dikoreksi dengan data medan magnetik utama bumi IGRF (International Geomagnetik Reference Field) dimana dilakukan pengukuran, dengan rumus : ( T obs T IGRF ) Setelah data lapangan dikoreksikan dengan data medan magnetik utama bumi, selanjutnya dikoreksikan dengan data variasi magnetik harian. Untuk mendapatkan nilai koreksi variasi harian ( TVH ) ini, dibuat grafik koreksi harian terhadap waktu. Pada grafik tersebut tentukan suatu garis base level yang ditentukan dari harga rata-rata nilai tertinggi dan terendah koreksi harian, dengan rumusan : TVH = hasil pengukuran koreksi harian + base level (jika hasil pengukuran terletak di bawah base level). TVH = hasil pengukuran koreksi harian - base level (jika hasil pengukuran terletak di atas base level).

Perhitungan data anomali magnetik dengan rumus : T = T T T obs IGRF VH dimana : T = nilai magnetik stasiun yang ingin dicapai T obs = nilai hasil pengukuran T IDRF = medan magnetik utama bumi di suatu tempat (International Geomagnetik Reference Field) T VH = nilai koreksi harian Setelah harga T diperoleh, langkah selanjutnya adalah pemisahan T tersebut menjadi Regional, Residual, dan Noise. Metode pemisahan yang digunakan di sini adalah Moving Average dengan data T yang diperoleh sebagai input dan regional sebagai output. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut : Dibuat grafik T terhadap stasiun, kemudian grafik tersebut dibagi dalam suatu grid tertentu dengan jumlah grid = 2 n jumlah stasiun pengukuran dan lebar grid, x = jumlah stasiun/jumlah grid. Olah nilai perpotongan grafik T dengan grid tersebut dengan software tertentu (dalam pengolahan data ini digunakan software Numeri), software ini merupakan program Transformasi Fourier, yang kemudian akan dihasilkan nilai frekuensi (f) dan amplitudo (A). Kemudian buat grafik ln A terhadap k = 2Πf,tentukan nilai k, yang didapat dari perubahan grafik yang signifikan atau dengan menarik garis interpolasi yang mewakili data.

Setelah nilai k didapat, langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah window, yang akan digunakan untuk moving average, dengan persamaan : dimana : ganjil). k = 2π n. x n = Jumlah windows yang kita cari (harus bilangan x = jumlahstasiun jumlahgrid Lakukan moving average pada data T yang digunakan sebagai input untuk mendapatkan T Regional dengan persamaan : dimana ( i N ) +... + T ( i ) +... + T ( i N )... T + T r ( i) = N = n 1 n 2 T Residual didapatkan dengan mengurangkan T Regional terhadap T : T Residual = T - T Regional

Langkah selanjutnya adalah membuat kontur peta anomali magnetik. Namun sebelumnya kita harus mengeplot posisi (koordinat) stasiun pengambilan data, untuk melihat pola sebaran stasiun dan juga outlier posisi. Apabila ada outlier posisi, maka kita akan membuangnya karena akan mempengaruhi penggambaran kontur. Dari peta kontur anomali magnetik yang kita buat, selanjutnya kita dapat menentukan/menarik penampang kontur untuk melakukan pemodelan struktur bawah permukaan. Penarikan penampang harus memperhatikan sebaran data yang reliable dan sebaiknya tegak lurus struktur yang ada, sehingga akan memudahkan dalam interpretasi model. Data Penampang yang kita buat (anomali vs jarak) kemudian digunakan sebagai input software pemodelan magnetik (GravMag).