BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. (Lihat Gambar 2.1) Secara geografis daerah penelitian terletak pada 115º 36 11-115º 36 32,9 BT dan 3º 41 8,6-3º 42 24 LS dengan luas daerah penelitian 200 Ha. Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang dari Jakarta Banjarmasin selama ± 1 jam 45 menit. Kemudian dilanjutkan perjalanan darat dari Kota Banjarmasin kearah Kabupaten Tanah Bumbu menggunakan kendaran roda empat + 180 km dengan waktu tempuh sekitar 4.5 jam dengan kondisi jalan beraspal, kemudian dilanjutkan menuju lokasi penelitian dengam kondisi jalan tanah padat ditempuh selama ± 1.5 jam dengan jarak ± 20 km dengan menggunakan kendaraan roda 4. 8
Sumber: Peta Administratif Kalimantan Selatan, 2014 Gambar 2.1 Peta Lokasi Kesampaian Daerah 9
10 2.2 Keadaan Umum 2.2.1 Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kampung Seibanbam II Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan dibedakan atas dua (2) kelompok, yaitu lahan yang sudah diusahakan seperti pemukiman penduduk, perkebunan karet yang terdapat bagian Tengah, perkebunan sawit yang terdapat dibagian Utara di daerah penelitian yang dikelolah oleh penduduk setempat, dan lahan yang belum diusahakan adalah seperti hutan. Daerah penelitian termasuk kawasan yang berkembang yang ditandai dengan banyaknya pemukiman penduduk dan ladang di sebelah Timur IUP PT. Mega Surya jaya dan didukung fasilitas umum seperti sekolah dan masjid. (Gambar 2.2, peta tata guna lahan).
Sumber: Peta Tata Guna Lahan PT. Mega Surya Jaya, 2014. Gambar 2.2 Peta Tata Guna Lahan PT. Mega Surya Jaya 11 911
12 2.2.2 Iklim dan Curah Hujan Keadaan iklim daerah penyelidikan termasuk iklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan musim penghujan. Secara umum daerah penelitian bersuhu panas dengan suhu udara sepanjang tahun berkisar dari 26,10 ºC sampai dengan 34,20 ºC. Curah hujan tertinggi di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada tahun 2009 berada pada bulan November yaitu 641,9 mm/hari, pada tahun 2010 yaitu di bulan Juli 608,6 mm/hari, tahun 2011 curah hujan tertinggi pada bulan Januari yaitu 172,3 mm/hari, tahun 2012 curah hujan tertinggi pada bulan Desember 355,3 mm/hari dan pada tahun 2013 curah hujan tertinggi berada pada bulan Maret yaitu 449,7 mm/hari seperti terdapat pada tabel 2.2.
13 Tabel 2.1 Data Curah Hujan Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan 2009 2013 (mm/hari) Bln/Thn 2009 2010 2011 2012 2013 Januari 240,6 396,6 172,3 239,5 291,9 Februari 239 188,2 170 209,8 386,4 Maret 482,7 239,9 85 305,5 449,7 April 325,6 200,1 97,6 290,8 135,8 Mei 235,3 293,9 77 113,3 164,9 Juni 170,9 392,4 54,3 106,5 72,2 Juli 229,3 608,6 132,2 63,6 244 Agustus 54,8 327,1 89 13,6 122,1 September 30,1 281,7 27 41,5 52,1 Oktober 62,4 394,2 167,8 96,6 158,9 Nopember 641,9 230 165,7 163.2 96,3 Desember 255,2 208 87 355,3 216,8 Total Curah Hujan 2.967,8 3.760,7 1.300,6 1.999,2 2.391,1 Curah Hujan Minimum 30,1 208 77 13,6 52,1 Curah HujanMaksimum 641,9 608,6 172,3 355,3 449,7 Curah Hujan Tahunan Rata-rata 247,316 313,391 108,383 166,6 199,258 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor Banjarmasin. 2013. 2.3 Geologi Daerah Penyelidikan 2.3.1 Morfologi Secara geografi daerah penyelidikan merupakan bagian dari pulau Kalimantan bagian selatan, yang secara umum morfologi daerah penyelidikan dapat dibagi ke dalam dua satuan morfologi yaitu daerah perbukitan bergelombang lemah dan daerah pedataran. Daerah perbukitan bergelombang memanjang dari Barat ke Timur dengan puncak tertinggi berada pada
14 ketinggian sekitar 80 mdpl. Daerah pedataran berkembang di bagian tengah daerah penyelidikan. Sebagian besar morfologi daerah penyelidikan didominasi oleh satuan morfologi Pedataran-bergelombang lemah. Di lokasi PT. Mega Surya Jaya, hampir seluruhnnya termasuk dalam morfologi pedataran dengan kondisi berupa rawa kering. Gambar 2.3 Morfologi Pedataran Perbukitan Bergelombang Lemah
15 2.3.2 Stratigrafi Regional Berdasarkan geologi regional lembar Kotabaru, Skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung, 1995, daerah penelitian termasuk dalam Formasi Dahor. Formasi batuan di daerah penelitian tersusun oleh beberapa formasi dan secara lebih spesifik kondisi susunan batuan yang ada di lokasi didominasi oleh batuan sedimen, adapun urutan batuan yang ada adalah sebagai berikut: Alluvium (Qa) Formasi Alluvium ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai. Formasi Dahor (TQd) Satuan ini merupakan batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisipan lempung, lignit, imonit, kerakal kuarsa asap dan basal. Formasi Dahor terendapkan di lingkungan paralis dan ketebalan satuannya +750 m. di Lembar Samarinda satuan ini berumur Pliosen-Plistosen dengan ciri-ciri litologi serupa disebut Formasi Kampung Baru dan terletak tidak selaras di atas Formasi Warukin. Formasi Warukin (Tmw) Formasi Warukin terdiri dari perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, bersisipan serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung karbonan setempat mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan pada lingkungan litoral hingga paralis dan tebalnya 250-750 m. Formasi
16 Warukin mengandung fosil Miogypsina sp, Cycloclypeus sp dan Lepidocyclina cf Sumatrensis yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir serta menindih selaras di atas Formasi Berai. Nama Formasi Warukin digunakan pertama kali oleh Pertamina (1980), dan lokasi tipenya terdapat di daerah Kambilin Balikpapan, Kalimantan Timur. Sumber: Rustandi, E. dkk. 1995. Gambar 2.4 Satuan Stratigarafi Lembar Kotabaru
Sumber: Rustandi, E. dkk. 1995. Gambar 2.5 Peta Geologi Regional 17 911
18 2.4 Penyelidikan Terdahulu Penyelidikan atau kegiatan terdahulu dilakukan oleh PT. Borneo Indo Bara di sebelah Tenggara Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Mega Surya Jaya yang memperoleh informasi bahwa arah lapisan batubara N 320º E dengan kemiringan 4,6º yang berbatasan di BM 10 dan berdasarkan formasi yang ada telah diketahui adanya batubara, jadi PT. Mega Surya Jaya melakukan kegiatan eksplorasi mengacu pada arah koordinat tersebut.