BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

dokumen-dokumen yang mirip
2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

WIS MAN ANALISIS KUNJUNGAN ATAWAN CANEGARA PADA KAWASAN 3 GREAT ANALISIS ISU-ISU STRATEJIK P E R I O D E J A N U A R I S E P T E M B E R

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM MARET 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

IV. METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM JANUARI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM FEBRUARI 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JUNI 2015

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di sektor pariwisata. Pariwisata memiliki peran penting dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR NOVEMBER 2014

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$),

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JANUARI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JUNI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

KATALOG BPS :

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SEPTEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MEI 2016

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata yang bersifat dapat diperbaharui (renewable resources) dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang dibandingkan komoditas lain yang bersifat tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources), misalnya minyak & gas bumi yang merupakan komoditas andalan berbagai negara hingga saat ini. Oleh karena itu, negara di berbagai belahan dunia telah menciptakan branding pariwisatanya sendiri sebagai upaya untuk menarik wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Di Asia misalnya, The Green Heart of Borneo (Brunei Darussalam), Cambodia Kingdom of Wonder (Kamboja), Simply Beautiful (Laos), Mystical Myanmar (Myanmar), It's More Fun in the Philippines (Filipina), Your Singapore (Singapura), Amazing Thailand Always Amazes You (Thailand), Timeless Charm (Vietnam), dan Truly Asia (Malaysia). Di Indonesia, branding pariwisata yang digunakan adalah Visit Indonesia Year. Visit Indonesia Year telah digunakan sejak tahun 1991 namun baru mendapat perhatian pada tahun 2008, yaitu sejak diluncurkannya Visit Indonesia Year 2008 yang diresmikan pada tanggal 26 Desember 2007 oleh Departemen Budaya dan Pariwisata Indonesia. Tujuan Visit Indonesia Year 2008 adalah untuk meningkatkan jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan asing ke Indonesia 1

Kedatangan Wisatawan Internasional (Jiwa) Pertumbuhan Kedatangan Wisatawan Internasional (%) dengan menargetkan 7 juta wisatawan, selain itu program ini sekaligus merayakan 100 tahun kebangkitan bangsa tahun 1908. Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful Indonesia sebagai branding baru pariwisata menggantikan branding sebelumnya, dan masih digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini periode penelitian dimulai pada tahun 2011. Selama masa branding tersebut, jumlah kedatangan wisatawan internasional ke Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 10000000 9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 Jumlah Kedatangan Wisatawan Internasional (Jiwa) Pertumbuhan Kedatangan Wisatawan Internasional (%) Sumber: BPS (2015) Gambar 1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Internasional di Indonesia, 2008-2014 Gambar 1.1 menunjukkan data jumlah dan pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional. Tahun pertama dikenalkannya Visit Indonesia Year 2008, jumlah kedatangan wisatawan internasional sebanyak 6.234.497 jiwa atau tumbuh 13,2 persen dari tahun sebelumnya. Tahun 2009, kedatangan wisatawan internasional naik menjadi 6.323.730 jiwa atau tumbuh 1,4 persen. Pada 2010, 2

baik jumlah maupun pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional samasama naik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi 7.002.944 jiwa dan pertumbuhan naik sebesar 10,7 persen. Saat branding Indonesia mengalami perubahan menjadi Wonderful Indonesia pada 2011, kedatangan wisatawan internasional meningkat menjadi 7.649.731 jiwa atau tumbuh 9,2 persen. Tahun 2012 dan 2013 jumlah wisatawan internasional terus mengalami peningkatan yaitu dari 8.044.462 jiwa menjadi 8.802.129 jiwa atau pertumbuhannya naik dari 5,2 persen menjadi 9,4 persen. Berdasarkan data terakhir yang tersedia yaitu tahun 2014, jumlah kedatangan wisatawan internasional tetap mengalami peningkatan hingga 9.435.411 jiwa atau tumbuh 7,2 persen. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun dari sisi pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional tidak selalu mengalami peningkatan, namun jumlah kedatangan wisatawan internasional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Industri pariwisata sangat penting dibahas dalam berbagai penelitian karena memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, antara lain pengentasan kemiskinan, menekan angka pengangguran, dan meningkatkan pembangunan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Katafano dan Gounder (2004:2) menunjukkan bahwa pariwisata memberikan banyak manfaat di Fiji. Dua manfaat yang terpenting adalah sebagai sumber devisa dan menciptakan lapangan pekerjaan. Hasil penelitian Muhanna (2007:37) di Afrika Selatan, menyatakan bahwa pengembangan pariwisata dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Afrika Selatan. Donaldson (2007:345) meneliti hubungan antara pariwisata, pembangunan, dan pengentasan kemiskinan di Guizhou dan Yunnan, yaitu sebuah 3

desa di China, menyatakan bahwa di Yunnan, meskipun kontribusi pariwisata untuk pertumbuhan ekonomi tergolong cepat namun tidak mengurangi kemiskinan di desa tersebut sebagaimana yang diharapkan dari suatu desa berindustri besar. Sebaliknya, di Guizhou dengan industri pariwisata yang relatif kecil, meskipun tidak berkontribusi secara signifikan pada pertumbuhan, namun berdistribusi besar di wilayah miskin tersebut dan menyediakan partisipasi langsung untuk masyarakat miskin. Penelitian di Brazil yang dilakukan oleh Blake, et al (2008:124) menyatakan bahwa pariwisata memiliki dampak positif pada semua kelompok pendapatan yaitu menguntungkan rumah tangga dengan pendapatan terendah tetapi tidak sebanyak beberapa kelompok yang memiliki pendapatan lebih tinggi. Di Chili, pengeluaran wisatawan internasional yang berkunjung ke Chili selama tahun 1988-2008 mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Chili (Brida et al, 2008:5). Bisnis internasional juga sangat mendorong Malaysia sebagai negara tujuan wisata. Meningkatnya jumlah perjalanan bisnis, terutama di daerah tujuan wisata (DTW) dapat ditentukan oleh tingkat kegiatan bisnis antara Malaysia dan mitra ekonominya (Habibi dkk., 2008:12). 4

Di Indonesia, industri pariwisata merupakan industri yang memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian negara. Berdasarkan data Kemenparekraf, selama tahun 2009 hingga 2013 industri pariwisata Indonesia termasuk ke dalam lima besar penyumbang devisa nasional dibandingkan dua belas komoditas terbesar lainnya. Tabel 1.1 Ranking Devisa Pariwisata di Indonesia, 2009-2013 Rank 2009 2010 2011 2012 2013 Jenis Komoditas Nilai (Juta US$) Jenis Komoditas Nilai (Juta US$) Jenis Komoditas Nilai (Juta US$) Jenis Komoditas Nilai (Juta US$) Jenis Komoditas Nilai (Juta US$) 1 Minyak & gas 19.018,30 Minyak & gas 28.039,60 Minyak & gas 41.477,10 Minyak & gas 36.977,00 Minyak & gas 32.633,2 bumi bumi bumi bumi bumi 2 Batu bara 13.817,30 Batu bara 18.499,30 Batu bara 27.221,80 Batu bara 26.166,30 Batu bara 24.501,4 3 Minyak kelapa 10.367,62 Minyak kelapa 13.468,97 Minyak kelapa 17.261,30 Minyak kelapa 18.845,00 Minyak kelapa 15.839,1 sawit sawit sawit sawit sawit 4 Pariwisata 6.298,02 Karet olahan 9.314,97 Karet olahan 14.258,20 Karet olahan 10.394,50 Pariwisata 10.054,1 5 Pakaian jadi 5.735,60 Pariwisata 7.602,45 Pariwisata 8.554,40 Pariwisata 9.120,85 Karet olahan 9.316,6 6 Karet olahan 4.870,68 Pakaian jadi 6.598,11 Pakaian jadi 7.801,50 Pakaian jadi 7.304,70 Pakaian jadi 7.501,0 7 Alat listrik 4.580,18 Alat listrik 6.337,50 Alat listrik 7.364,30 Alat listrik 6.481,90 Alat listrik 6.418,6 8 Tekstil 3.602,78 Tekstil 4.721,77 Tekstil 5.563,30 Tekstil 5.278,10 Makanan 5.434,8 olahan 9 Kertas dan barang dari kertas 3.405,01 Kertas dan barang dari kertas 4.241,79 Makanan olahan 4.802,10 Makanan olahan 5.135,60 Tekstil 5.293,6 10 Makanan olahan 2.960,73 Makanan olahan 3.620,86 Bahan kimia 4.630,00 Kertas dan barang dari kertas 11 Kayu olahan 2.275,32 Bahan kimia 3.381,85 Kertas dan barang dari kertas 3.972,00 Kertas dan barang dari kertas 3.802,2 4.214,40 Bahan kimia 3.636,30 Kayu olahan 3.514,5 12 Bahan kimia 2.155,41 Kayu olahan 2.870,49 Kayu olahan 3.288,90 Kayu olahan 3.337,70 Bahan kimia 3.501,6 Sumber: www.parekraf.go.id (2015) 5

Berdasarkan Tabel 1.1, diketahui bahwa selama tahun 2009 hingga 2013 industri pariwisata selalu berada di posisi lima besar dalam menyumbang devisa nasional. Pada 2009, pariwisata berada di ranking empat setelah minyak & gas bumu, batu bara, dan minyak kelapa sawit dengan nilai sebesar US$6.298,02 juta. Pada 2010, pariwisata turun di ranking lima dan posisi sebelumnya digantikan oleh komoditas karet olahan. Meskipun demikian, jumlah devisa yang dihasilkan meningkat menjadi US$7.602,45 juta. Pada 2011 dan 2012, industri pariwisata tetap bertahan di ranking lima, namun terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu US$8.554,40 juta dan US$9.120,85 juta. Data tahun terakhir yang disediakan oleh Kemenparekraf, 2013, indutri pariwisata menggeser karet olahan dan kembali menempati posisi empat sama seperti di tahun 2009, bedanya adalah jumlah devisa yang dihasilkan jauh lebih besar yaitu hingga mencapai US$10.054,1 juta. Jadi, dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa devisa yang dihasilkan dari industri pariwisata selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pendapatan yang diterima dari industri pariwisata memberikan kontribusi penting bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.2 sebagai berikut. 6

Tabel 1.2 Kontribusi Pariwisata terhadap Total PDB (Atas Dasar Harga Berlaku) di Indonesia, 2008-2014 Tahun Kontribusi PDB PDB Pariwisata Total PDB Pariwisata terhadap (Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) Total PDB (%) 2008 153.171,5 4.948.688,4 3,10 2009 173.208,3 5.606.203,4 3,09 2010 196.266,4 6.446.851,9 3,04 2011 216.724 7.419.187,1 2,92 2012 242.114,2 8.230.925,9 2,94 2013* 274.949,5 9.087.276,5 3,03 2014** 313.679,8 10.094.928,9 3,11 Catatan: *Angka Sementara **Angka sangat Sementara Sumber: BPS (2015), diolah Tabel 1.2 menunjukkan kontribusi pariwisata terhadap total PDB (atas dasar harga berlaku) di Indonesia selama 2008-2014. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata kontribusi PDB pariwisata terhadap total PDB adalah 3 persen per tahun. Selama periode tersebut, kontribusi tertinggi PDB pariwisata terhadap total PDB adalah pada tahun 2014 yaitu 3,11 persen atau sebesar Rp313.679,8 miliar. Sedangkan kontribusi terendah adalah pada tahun 2011 yaitu 2,92 persen atau sebesar Rp216.724 miliar. Selain sebagai salah satu sumber utama devisa dan PDB, industri pariwisata juga berperan dalam perdagangan internasional yaitu total ekspor barang dan jasa. Menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO) [www.unwto.org, 2015], pariwisata internasional telah menghasilkan US$1,5 trilyun dari pendapatan ekspor dunia pada tahun 2014. Sedangkan di Indonesia, World Bank (2015) menyediakan data kontribusi pariwisata internasional terhadap total ekspor Indonesia selama 2008-2012 sebagai berikut. 7

Tabel 1.3 Kontribusi Pariwisata Internasional terhadap Total Ekspor Barang dan Jasa di Indonesia, 2008-2012 Tahun Pariwisata internasional, Pariwisata internasional, penerimaan penerimaan (% dari total ekspor) (US$ Juta) 2008 5,52 8.150 2009 4,78 6.053 2010 4,57 7.618 2011 4,24 9.038 2012 4,48 9.463 Sumber: World Bank (2015) Tabel 1.3 menunjukkan kontribusi pariwisata internasional terhadap ekspor Indonesia selama 2008-2012. Kontribusi tertinggi pariwisata internasional terhadap total ekspor adalah pada tahun 2008 sebesar 5,52 persen atau US$8.150 juta dan kontribusi terendah adalah pada tahun 2011 yaitu 4,24 persen atau US$9.038 juta. Jika dilihat dari persentase terhadap total ekspor, rata-rata kontribusi pariwisata internasional selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun, jika dilihat dari nominal dolar yang dihasilkan, trend kontribusi pariwisata cenderung meningkat selama periode 2008-2012. Selain berkontribusi besar terhadap sumber-sumber perekonomian Indonesia, industri pariwisata juga merupakan industri dengan PDB yang mampu tumbuh melebihi total PDB pada kondisi krisis. Pada pertengahan tahun 2008 dunia diguncang dengan adanya krisis finansial global yang mempengaruhi seluruh perekonomian negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Karena hal tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia turun pada tahun 2009, namun pertumbuhan industri pariwisata justru meningkat tajam bahkan tertinggi selama 8

Pertumbuhan PDB (%) periode 2008-2014. Data pertumbuhan PDB pariwisata dan total PDB di Indonesia disajikan pada Gambar 1.2 sebagai berikut. 8 7,42 7 6 5 6,28 6,01 6,49 6,22 6,26 5,87 5,81 4,63 4,51 6,51 6,21 5,73 5,06 4 3 Pertumbuhan PDB Pariwisata Pertumbuha PDB Nasional 2 1 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Sumber: BPS (2015) Gambar 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDB Pariwisata terhadap Total PDB di Indonesia, 2008-2014 Gambar 1.2 menunjukkan bahwa pada masa krisis global 2008 memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian Indonesia tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi nasional turun menjadi 4,63 persen pada tahun 2009 yang sebelumnya sebesar 6,01 persen pada tahun 2008. Sementara ekonomi pariwisata menunjukkan hal yang berbeda, pada 2008 pertumbuhan pariwisata sebesar 6,28 persen dan naik menjadi 7,42 persen pada tahun 2009. Berdasarkan bukti tersebut, industri pariwisata dapat digunakan sebagai sabuk pengaman yaitu sebagai salah satu industri yang dapat diandalkan dalam meningkatkan perekonomian nasional. 9

Pentingnya peran industri pariwisata bagi perekonomian Indonesia membuat pemerintah serius dalam mengembangkan industri ini. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, sasaran pembangunan pariwisata pada jumlah kedatangan wisatawan mancanegara di tahun 2015 adalah sebesar 11,2 juta jiwa, 13 juta jiwa pada tahun 2016, dan 20 juta jiwa pada tahun 2019. Sementara itu Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dalam siaran pers pada 19 maret 2015 menyatakan bahwa tahun 2015 pemerintah menargetkan 12 juta wisatawan dan 20 juta wisatawan internasional yang datang ke Indonesia pada tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan naik sebesar 16 persen per tahun. Dengan sasaran tersebut, pemerintah harus mengoptimalkan hubungan antar negara serta promosi ke seluruh negara terutama negara-negara sebagai pengunjung terbesar tiap tahunnya. Gambar 1.3 menunjukkan 20 negara dengan jumlah wisatawan terbesar yang datang ke Indonesia selama 2002 hingga 2013. 10

20 Negara Asal Wisatawan Pengunjung Terbesar Pariwisata di Indonesia, 2002-2013 1.046.394 976.566 1.134.357 1.123.473 530.280 653.075 506.601 1.534.922 1.913.873 1.526.102 1.639.535 1.739.202 2.065.260 17.481.592 3.202.019 3.329.693 3.888.143 11.460.267 5.941.776 6.651.542 Singapura Malaysia Australia Jepang Republik Cina Republik Korea Taiwan Amerika Serikat Inggris Raya Filipina Jerman Perancis Belanda India Timur Tengah Thailand Hongkong Rusia Spanyol&Portugal Italia Sumber: BPS (2015) Gambar 1.3 Jumlah Wisatawan Terbesar yang Datang ke Indonesia Berdasarkan Negara Tempat Tinggal, 2002-2013 Gambar 1.3 menunjukkan 20 negara dengan jumlah wisatawan terbesar yang datang ke Indonesia berdasarkan negara tempat tinggal selama periode 2002 hingga 2013. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa Singapura, Malaysia, dan Australia merupakan tiga negara terbesar yang mengunjungi Indonesia. Salah satu alasan hal tersebut adalah karena berdasarkan letak geografis ketiganya merupakan negara-negara yang paling dekat dengan Indonesia. Oleh karena itu, Singapura, Malaysia, dan Australia digunakan sebagai unit analisis dalam penelitian ini. Jumlah wisatawan yang datang di Indonesia dari ketiga negara tersebut selama periode 2002-2013 masing-masing sebesar 17.481.592 jiwa, 11

11.460.267 jiwa, dan 6.651.542 jiwa. Sedangkan Rusia, Spanyol & Portugal, dan Italia merupakan tiga negara terendah yang mengunjungi Indonesia di antara 20 negara lainnya. Masing-masing 653.075 jiwa, 530.280 jiwa, dan 506.601 jiwa. Untuk mencapai 20 juta wisatawan pada tahun 2019, pemerintah setidaknya dapat mengontrol melalui perkembangan permintaan pariwisata dari negara-negara tersebut terutama Singapura, Malaysia, dan Australia sebagai negara dengan jumlah pengunjung terbesar yang datang ke Indonesia. Selain itu, untuk mencapai seluruh sasaran RPJMN 2015-2019, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan dalam industri pariwisata. Antara lain, mengoptimalkan kebijakan tax refund, penguatan brand Wonderful Indonesia, pengembangan jalur yacht, mengintegrasikan e-tourism berbasis teknologi, dan strategi pemasaran DOT (Destination, Origin, Time). Selain itu, kebijakan terbaru yang diambil oleh pemerintah Indonesia adalah memberlakukan bebas visa kunjungan terhadap 45 negara tertentu. Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan yang disahkan oleh presiden pada 9 juni 2015. Dalam lampiran Perpres tersebut telah ditetapkan sebanyak 30 negara tertentu bebas visa kunjungan (Republik Rakyat Tiongkok, Rusia, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, Mexico, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Italia, Spanyol, Swiss, Belgia, Swedia, Austria, Denmark, Norwegia, Finlandia, Polandia, Hungaria, Ceko, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, dan Afrika Selatan), 13 negara tertentu dan pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu bebas visa kunjungan (Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Phillipina, Chili, 12

Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos, dan Myanmar), dan dua negara dari pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu [Hongkong Special Administration Region (Hongkong SAR) dan Macao Special Administration Region (Macao SAR)]. 1.2 RUMUSAN MASALAH Sasaran yang ditetapkan pemerintah terhadap kedatangan wisatawan internasional ke Indonesia sebesar 11,2 juta hingga 12 juta jiwa pada tahun 2015 dan 20 juta jiwa pada tahun 2019 mendorong pemerintah untuk menetapkan berbagai kebijakan dalam memantau pertumbuhan permintaan pariwisata internasional di Indonesia. 1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana model terbaik permintaan pariwisata internasional di Indonesia dari Singapura, Malaysia, dan Australia, 2011:01-2015:04? 2. Bagaimana hasil peramalan permintaan pariwisata internasional di Indonesia dari Singapura, Malaysia, dan Australia, 2015:05-2015:12? 13

1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menentukan model terbaik permintaan pariwisata Internasional di Indonesia dari Singapura, Malaysia, dan Australia selama 2011:01-2015:04. 2. Untuk mengetahui jumlah kedatangan wisatawan internasional di Indonesia dari Singapura, Malaysia, dan Australia berdasarkan hasil peramalan pada 2015:05-2015:12. Dari hasil tersebut, penelitian ini juga ingin mengetahui apakah pertumbuhan permintaan pariwisata dari Singapura, Malaysia, dan Australia telah mencapai sasaran pemerintah untuk tahun 2015-2019. Serta, untuk mengetahui permintaan pariwisata di Indonesia berdasarkan musim baik musim dari ketiga negara tersebut maupun musim di Indonesia. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Sebagai salah satu pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun perencanaan, strategi, dan kebijakan yang berkaitan dengan pariwisata serta pertimbangan dalam menghadapi permintaan pariwisata di masa yang akan datang, baik ketika permintaan mengalami peningkatan maupun penurunan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi semua pihak yang akan melakukan analisis yang berkaitan dengan permintaan pariwisata di Indonesia. 14

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Tesis ini terdiri dari beberapa bagian dengan sistematika penyajian sebagai berikut. Bab 1: Menguraikan pendahuluan, yang memuat latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, menfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2: Merupakan survei literatur, menelusuri teori yang relevan dan studi empiris yang telah dilakukan sebelumnya. Bab 3: Membahas metodologi penelitian mencakup data, hipotesis, alat analisis, spesifikasi model, estimasi model, sasaran pemerintah tahun 2015-2019, dan definisi operasional. Bab 4: Membahas hasil analisis dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya berdasarkan hasil pengolahan data. Bab 5: Membahas kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, implikasi kebijakan, dan saran bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 15