BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki kejadian terendah PPOK, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Pergeseran pola penyakit ini dipengaruhi oleh adanya berbagai transisi, baik transisi demografi, sosial ekonomi, maupun sosial budaya. Kecenderungan perubahan ini menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan. (1) Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian dan kesakitan adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). PPOK merupakan penyakit yang dikarakteristikan dengan adanya keterbatasan aliran pernapasan yang persisten, bersifat progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik di seluruh pernapasan paru terhadap partikel atau gas berbahaya. (2) Pada tahun 2000, WHO melaporkan bahwa 5 penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian yang ada di dunia yang meliputi penyakit infeksi paru 7,4%, PPOK 4,8%, tuberkulosis 3%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1 % dan asma 0,3%. Sementara itu Bank Dunia menyatakan bahwa 13% dari seluruh Disability Adjusted Life Years (DALY) disebabkan oleh kelima penyakit tersebut. (2) Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, mengemukakan bahwa pada tahun 2010 PPOK telah menempati peringkat keempat sebagai penyakit penyebab kematian, dan penyakit paru ini semakin untuk dibicarakan karena prevalensi dang angka mortalitas yang terus meningkat. Estimasi terakhir dari WHO, didapatkan sebanyak 64 juta jiwa penderita PPOK dan sebanyak tiga juta jiwa meninggal akibat

PPOK di dunia. WHO juga memprediksikan PPOK akan meningkat dari peringkat 12 menjadi peringkat kelima penyakit terbanyak dan dari peringkat keenam menjadi peringkat ketiga penyebab kematian diseluruh dunia pada tagun 2020. (3) Lebih dari 11 juta orang telah terdiagnosa menderita PPOK di Amerika Serikat, akan tetapi estimasi penderita PPOK yang belum terdiagnosa bisa mencapai 24 juta. Selain itu, PPOK juga menjadi penyebab kematian ke-4 setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebro vaskular. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai $24 milyar per tahun (4, 5) Berdasarkan hasil penelitian dari Regional COPD Working Group yang dilakukan di 12 negara di Asia Pasifik pada tahun 2003 rata-rata prevalensi PPOK sebesar 6,3%, diantaranya negara yang memiliki prevalensi PPOK tertinggi adalah Vietnam sebesar 6,7% dan negara dengan prevalensi PPOK terendah adalah Hongkong dan Singapura yaitu sebesar 3,5%. Sedangkan prevalensi PPOK di Indonesia menujukan angka sebesar 5,6% atau sekitar 4,8 juta kasus untuk PPOK derajat sedang dan berat. (6) PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini dikarenakan meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kalangan usia muda, serta semakin tingginya tingkat pencemaran udara baik di dalam ruangan, luar ruangan maupun di tempat kerja. (1) Hasil survei penyakit tidak menular yang dilakukan oleh Direktorat Jendral PPM & PL di lima rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukan bahwa

PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan sebesar 35%, diikuti oleh asma bronkial sebesar 33%, dan kanker paru sebesar 30%. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian kesehatan RI pada tahun 2012, didapatkan bahwa PPOK merupakan salah satu dari 10 penyakit tidak menular penyebab rawat inap di rumah sakit Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2013 angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia dan prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7%. Provinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 berdasarkan jumlah penderita PPOK di Indonesia dengan prevalensi sebesar 3,0%. (7-9) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil merupakan rumah sakit rujukan Sumatera Bagian Tengah meliputi Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Berdasarkan data yang didapat dari Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang, terjadi peningkatan kasus PPOK yang dirawat inap dari 111 pada tahun 2010 menjadi 150 pada tahun 2011. Pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus PPOK yang dirawat inap menjadi 116 kasus dan berdasarkan data yang diperoleh pada survei awal di Instalasi Rawat Inap Non Bedah (Penyakit Paru), pada tahun 2015 kejadian PPOK meningkat menjadi 143 kasus dengan proporsi sebesar 5,26%. Selain terjadi peningkatan kasus PPOK, juga didapatkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata lama hari rawat pada pasien PPOK ditiap tahunnya. Pada tahun 2010 rata-rata lama hari rawat pada pasien PPOK yaitu sebesar 9 hari dan terjadi peningkatan pada tahun 2013 menjadi 11 hari, dengan lama hari rawat yang paling singkat adalah satu hari dan lama hari rawat yang paling lama adalah 31 hari. Pada dasarnya lama hari rawat pada pasien PPOK adalah berkisar antara tiga sampai 16 hari, dan normalnya pada hari ke enam dan ke tujuh pada masa perawatan di rumah

sakit, 90% pasien PPOK sudah mengalami perbaikan fungsi paru dan kondisinya sudah berangsur pulih untuk kemudian dipulangkan. (10, 11) Meningkatnya lama hari rawat pada pasien PPOK secara tidak langsung menggambarkan makin melambatnya proses kesembuhan bagi pasien PPOK yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. M. Djamil Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kesembuhan dan lama hari rawat pada pasien PPOK, salah satu diantaranya adalah adanya komorbiditas. Komorbiditas merupakan adanya penyakit yang berdampingan atau penyakit tambahan pada penyakit yang telah didiagnosa lebih awal. Komobiditas yang sering terjadi bersamaan dengan PPOK diantaranya adalah penyakit kardiovaskluar (hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, dan gagal jantung), pulmonary pathology ( pulmonary hypertension, kanker paru, fibrosis paru, dan emboli paru), kesehatan mental (depresi dan kecemasan), penyakit sindrom metabolik (diabetes melitus, hiperlipidemia, osteoporosis dan obesitas), dan penyakit ginjal kronik. Penyakit kardiovaskular merupakan komorbid yang paling sering terjadi pada penderita PPOK yaitu sebanyak 64,4%. Hubungan penyakit kardiovaskular pada penderita PPOK terhadap lama hari rawat dipengaruhi oleh proses inflamasi sistemik yang terjadi sehingga menjadi penyulit kesembuhan dan mempengaruhi lama hari rawat pada pasien PPOK. (12-14) Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap lama hari rawat pada pasien PPOK adalah diantaranya umur, jenis kelamin, status merokok dan status pembiayaan. Hubungan umur dengan peningkatan lama hari rawat pada pasien PPOK dikaitkan dengan proses pemulihan struktur faal tubuh yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, perempuan memiliki lama hari rawat yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan rata-rata lama hari rawat antara kelompok laki-laki dengan

kelompok perempuan yakni faktor hormonal. Defisiensi esterogen berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dimana risiko untuk terkena penyakit kardiovaskular pada perempuan meningkat tajam setelah menopouse. Meningkatnya risiko perempuan untuk terkena penyakit kardiovaskuler dapat memperlambat kesembuhan pasien perempuan jika sedang menjalani rawat inap karena PPOK, akibatnya berimbas pada peningkatan lama hari rawat. Selain umur dan jenis kelamin, merokok juga merupakan faktor penyebab peningkatan lama hari rawat pada pasien PPOK. Rokok dapat berpengaruh pada proses patologi yaitu dapat memperburuk proses inflamasi, menurunkan fungsi paru dengan menurunnya VEP 1, dan dapat memperburuk manifestasi klinis serta berpengaruh terhadap respon pengobatan yang berimbas kepada peningkatan lama hari rawat. (15) Peningkatan lama rawat inap berisiko pada meningkatnya kejadian infeksi nosokomial pada pasien PPOK. Infeksi ini memiliki dampak kesehatan yang serius seperti menurunkan kualitas hidup pasien dan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Selain itu, dampak ekonomi yang ditimbulkan dari meningkatnya lama hari rawat tidak hanya mencakup biaya ekstra waktu yang dihabiskan rumah sakit tetapi juga mengakibatkan kerugian material untuk pasien dan keluarganya. Semakin lama rawat inap pasien maka semakin besar biaya yang dikeluarkan, selain itu beban keluarga juga bertambah karena pasien/keluarga tidak dapat bekerja karena dirawat atau menunggui pasien yang dirawat. (16) Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan komorbid penyakit kardiovaskular dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan Status Komorbid Penyakit Kardiovaskular terhadap Lama Hari Rawat pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status komorbid penyakit kardiovaskular dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi variabel lama hari rawat pada pasien PPOK, status komorbid penyakit kardiovaskular, umur, jenis kelamin, riwayat merokok dan status pembiayaan di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015. 2. Mengetahui hubungan status komorbid penyakit kardiovaskular dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015. 3. Mengetahui hubungan umur dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015. 4. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015. 5. Mengetahui hubungan riwayat merokok dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015. 6. Mengetahui hubungan status pembiayaan dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015.

7. Mengetahui adakah variabel yang tidak memenuhi asumsi Proportional Hazard (PH). 8. Mengetahu variabel yang menjadi konfounding dalam hubungan antara status komorbid penyakit kardiovaskular dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015 9. Mengetahui seberapa besar hubungan status komorbid penyakit kardiovaskular dengan lama hari rawat pada pasien PPOK setelah dikontrol dengan variabel yang menjadi konfounding. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dan kontribusi wawasan keilmuan bagi para akademisi serta pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi pihak yang akan melakukan penelitian berikutnya. 1.4.2 Aspek Praktis 1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai perbedaan lama hari rawat pada pasien PPOK yang disertai atau tidak disertai oleh komorbid penyakit kardiovaskular dan dapat dijadikan masukan bagi RSUP Dr. M. Djamil dalam pengambilan keputusan serta penatalaksanaan PPOK demi cepatnya kesembuhan pasien. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya, terutama mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

3. Bagi Penulis Meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis masalah dan menambah wawasan penulis tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pada pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status komorbid penyakit kardiovaskular terhadap lama hari rawat pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di RSUP Dr. M. Djamil tahun 2015. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data rekam medis. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien PPOK yang menjalani rawat inap sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 di RSUP Dr. M. Djamil Padang.