BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai pada berbagai jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang terdiri

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

4 Hasil dan Pembahasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah produk protein sel hidup yang berperan sebagai biokatalisator

TINJAUAN PUSTAKA. 2006). Menurut Poedjiadi (1994), fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk

Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

TINJAUAN PUSTAKA. mentransformasikan energi kimiawi, serta membuat makromolekul sel dan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Produksi Enzim β-galaktosidase dari Enterobacter cloacae

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA. Teknologi Fermentasi dan Enzim

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

R E A K S I U J I P R O T E I N

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia dalam sel dengan

4 Hasil dan Pembahasan

II. KARAKTERISTIK ENZIM

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

KIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

II. TINJAUAN PUSTAKA

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN. Tujuan dari praktikum ini adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

TINJAUAN PUSTAKA. dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

4 Hasil dan Pembahasan

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

III. METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

Kontribusi Ilmu Biokimia

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL. A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel.

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber genetik tanaman jagung berasal dari benua Amerika. Konon

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

Pendahuluan Fermentasi telah lama dikenal manusia dan kini beberapa diantaranya berkembang ke arah industri spt roti, minuman beralkohol, yoghurt, kej

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

KARAKTERISASI AMILASE DARI KEDELAI HITAM BANTUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup atau dalam sistem biologik (Suhartono, 1992). Suatu enzim dapat

SMA Negeri 1 Nunukan Selatan METABOLISME. Pertemuan 2. Oleh. SUPARMUJI, S.Pd

PRODUKSI ENZIM AMILASE

Transkripsi:

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutanurutan yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan mentransformasikan energi kimiawi dan membuat makromolekul sel dari prekusor sederhana (Lehninger, 1982). Sifat enzim yang sangat penting adalah tingginya efisiensi dan derajat katalitiknya terhadap substrat. Efisiensi katalitik enzim berkaitan dengan orientasi optimum gugus aktif enzim dan substrat. Orientasi keduanya sangat mendukung sehingga saat terjadi reaksi tidak memerlukan energi yang besar untuk mengatur posisi. Spesifitas enzim berkaitan dengan reaksi enzim yang sangat spesifik, satu enzim hanya akan bereaksi dengan satu substrat atau setiap enzim menyebabkan perubahan satu langkah pada substratnya (Toha, 2001). Fungsi yang terpenting dari suatu enzim adalah kemampuannya dalam menurunkan energi aktivasi pada suatu reaksi kimiawi. Kemampuan enzim dalam mendegradasi substrat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, ph serta suhu. Pada umumnya terdapat hubungan

6 antara konsentrasi enzim dan substrat bagi aktivitas maksimumnya, begitu juga setiap enzim berfungsi secara optimal pada ph dan suhu tertentu (Lehninger, 1982). B. Enzim Amilase Enzim amilase merupakan enzim yang mempunyai aktivitas memecah molekul pati dan glikogen (Judoamidjojo et al., 1989). Menurut Winarno (1986), enzim amilase dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan enzim yaitu : 1. α-amilase (α- 1,4 glukan 4 glukanhidrolase), yang memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, karenanya disebut endoamilase. 2. β-amilase (β- 1,4 glukan maltohidrolase), yang menghidrolisis unitunit gula dari ujung molekul pati, karenanya disebut eksoamilase. 3. Glukoamilase, yang dapat memisahkan glukosa dari terminal gula nonpereduksi substrat pati. Berdasarkan cara kerja ketiga enzim diatas, enzim α-amilase memiliki kemampuan tercepat dalam menghidrolisis molekul karbohidrat menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim α-amilase, akan menyerang ikatan kedua dari ujung nonreduksi suatu polisakarida yang akan menghasilkan suatu disakarida yang disebut maltosa, kemudian amiloglukosidase akan menyerang ikatan terakhir pada ujung nonreduksi. Amilase dan amiloglukosidase dapat digunakan secara

7 bersamaan untuk memecah suatu molekul polisakarida menjadi gula sederhana. Salah satu contoh aplikasinya yaitu pada pembuatan sirup jagung. Enzim α-amilase (3.2.1.1), dapat menghidrolisis suatu substrat polisakarida yang memiliki ikatan α 1,4 glukan - glukanhidrolase. Histidin, dithiothreitol dan mercaptoetanol berperan sebagai kofaktor enzim ini. Selain itu ada beberapa logam yang juga dapat berperan sebagai kofaktor antara lain Ca 2+, Ba 2+, Mn 2+, Ag +, dan Fe 2+. Sedangkan Hg 2+, Ca 2+, Mg 2+, Fe 2+, Al 3+, Cd 2+, dan Ni 2+ berperan sebagai inhibitor (Schomburg dan Salzmann, 1991). C. Isolasi dan Pemurnian Enzim 1. Homogenisasi Homogenisasi digunakan untuk memecah sel dan mengekstraksi enzim agar didapatkan suspensi homogen. Alat yang digunakan disebut homogenisator seperti waring blender yang dapat diputar dengan motor dan diatur kecepatannya. Dalam pengerjaannya perlu dijaga jangan sampai berbusa karena enzim yang terekstrak akan terdenaturasi, proses ini dilakukan pada suhu 2-4 0 C (Judoamidjojo et al., 1989). 2. Sentrifugasi Sentrifugasi digunakan untuk memisahkan enzim ekstraseluler dari sisa-sisa sel. Sentrifugasi akan menghasilkan supernatan yang jernih dan endapan yang terikat kuat pada dasar tabung, yang kemudian dipisahkan secara manual. Sel-

8 sel mikroba biasanya mengalami sedimentasi pada kecepatan 5000 g selama 15 menit (Scopes, 1984 dalam Walsh dan Headon, 1994). 3. Fraksinasi dengan amonium sulfat Sebagian besar enzim berada dalam bentuk cairan sel sebagai protein terlarut. Kelarutan enzim tersebut merupakan interaksi polar dengan pelarut dan gaya tolak-menolak antara molekul yang bermuatan sama (Scopes, 1984). Pada konsentrasi rendah, ion-ion akan melingkupi molekul protein dan mencegah bersatunya molekul-molekul protein tersebut (salting in), sehingga protein melarut (Suhartono, 1989). Semakin tinggi konsentrasi garam, maka kelarutan protein enzim akan semakin rendah (kelarutan protein enzim dalam air lebih rendah daripada kelarutan garam dalam air) yang dikenal dengan istilah salting out). Garam yang sering digunakan untuk mengendapkan protein dan enzim adalah amonium sulfat. Kelebihan amonium sulfat dibandingkan garam-garam yang lain yaitu mempunyai kelarutan yang tinggi, tidak mempengaruhi aktivitas enzim, mempunyai daya pengendap yang efektif, mempunyai efek penstabil terhadap kebanyakan enzim, dapat digunakan pada berbagai ph, dan harganya murah (Scopes, 1984).

9 4. Dialisis Dialisis merupakan metode yang biasa digunakan untuk memisahkan garam dari larutan protein. Proses yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmosis antara cairan yang ada di dalam membran dan yang di luar. Prosesnya, molekul protein atau enzim yang berukuran besar akan tertahan dalam kantung dialisis sedangkan molekul-molekul kecil seperti garam anorganik akan keluar melalui pori-pori membran. Keluarnya molekul menyebabkan distribusi ion-ion yang ada di dalam dan di luar kantong dialisis tidak seimbang. Untuk memperkecil pengaruh ini digunakan larutan buffer dengan konsentrasi rendah di luar kantong dialisis. Membran yang digunakan adalah selofan (Lehninger, 1982). 5. Kromatografi penukar ion Kromatografi penukar ion adalah metode kromatografi yang paling umum digunakan untuk pemurnian protein (Bollag et al., 1996). Prinsip dasar teknik penukar ion adalah memisahkan biomolekul berdasarkan muatan ioniknya. Penukar ion terdiri atas matriks yang tidak larut dan gugus bermuatan yang terikat secara kovalen pada matriks. Gugusgugus bermuatan berasosiasi dengan counter ion. Counter ion dapat digantikan secara reversibel oleh ion-ion lain yang bermuatan sama. Penukar ion yang bermuatan positif mempunyai counter ion yang bermuatan negatif, sehingga disebut penukar anion. Sedangkan penukar kation bermuatan negatif, mempunyai counter ion yang bermuatan positif. Protein yang terikat

10 pada penukar dapat dielusi dari kolom dengan mengubah ph atau konsentrasi garam, misalnya NaCl. Penukar ion dengan matriks selulosa yang banyak digunakan dalam pemisahan adalah DEAE-selulosa dan CMselulosa. Gugus DEAE, -OC 2 H 5 NH(C 2 H 5 ) 2 bermuatan positif pada ph 6,0-8,0 sehingga dapat digunakan untuk protein yang bermuatan negatif pada rentang ph tersebut. Sedangkan CM-selulosa (selulosa-och 2 COO-) dapat digunakan untuk pemisahan protein yang bermuatan positif pada ph 4,5 (Palmer, 1991 dalam Sariningsih, 2000). Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode filtrasi gel adalah apabila menggunakan sampel yang banyak tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi kolom, sehingga efisiensi diameter kolom dapat ditingkatkan (Suhartono, 1989) D. Kinetika Reaksi Enzim Kinetika reaksi enzim adalah suatu cabang enzimologi yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatis. Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi substrat, dengan mengubah-ubah konsentrasi substrat, dapat dipelajari mekanisme reaksi enzim, yakni bagaimana tahap-tahap terjadinya pengikatan substrat oleh enzim, maupun pelepasan produknya (Suhartono, 1989).

11 Reaksi enzim : k 1 k 3 E + S ES E + P...(1) k 2 E = Enzim ; S = Substrat ; ES = Keadaan transisi dari komplek E dengan S ; P = hasil reaksi (produk). Untuk mempermudah menghitung konsentrasi substrat yang diperlukan dalam mencapai kecepatan maksimumnya, digunakan tetapan Michaelis-Menten. Nilai V maks dan K M (konstanta Michaelis Menten) didapat dengan mengadakan percobaan penentuan kecepatan reaksi V pada perbedaan konsentrasi substrat, sehingga diperoleh : Vmaks[ S] V=...........................( 2) Km [ S} Persamaan diatas dapat diubah menjadi : 1 1 Km 1... (3) v Vmaks Vmaks S Dengan demikian terlihat bahwa bila dibuat grafik yang menunjukkan hubungan antara 1/ V dan 1/ [S], akan terjadi garis lurus ( Gambar 1.). Metode penentuan harga K M dan V Maks dengan cara ini disebut metode grafik Lineweaver-Burk (Poedjiadi, 1994).

12 Gambar 1. Kurva Lineweaver-Burk. E. Stabilitas Enzim Stabilitas enzim dapat diartikan sebagai kestabilan enzim selama penyimpanan dan penggunaan enzim tersebut, serta kestabilan terhadap senyawa yang bersifat merusak seperti pelarut tertentu (asam atau basa) oleh pengaruh suhu dan ph ekstrim (Wiseman, 1978 dalam Seriaty, 1991). Stabilitas enzim dipengaruhi oleh banyak faktor seperti suhu, ph, pelarut, kofaktor, dan adanya surfaktan (Eijnsink et al., 2005). Dari faktor faktor tersebut suhu dan ph memegang peranan penting dan sangat tepat untuk dipelajari. Pada suhu tinggi kebanyakan enzim akan membuka atau inaktif, yang berarti tidak fungsional lagi. Proses inaktivasi enzim pada suhu tinggi berlangsung melalui dua tahap, pertama adanya pembukaan parsial struktur sekunder, tersier dan kuartener molekul enzim, dan adanya perubahan struktur primer enzim karena adanya kerusakan asam amino tertentu oleh panas (Ahern dan Klibanov, 1987).

13 Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam maupun basa, terutama pada gugus residu terminal karboksil dan terminal aminonya. Perubahan keaktifan enzim akibat perubahan ph lingkungan disebabkan terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau kompleks enzim-substrat (Winarno, 1986). F. Bacillus subtilis Bacillus subtilis adalah bakteri gram positif berbentuk batang yang dapat membentuk endospora, anaerobik fakultatif, ditemukan pada permukaan tanah, air, lingkungan akuatik, saluran pencernaan manusia dan hewan. Sel Bacillus subtilis mempunyai ukuran panjang 2,0-8,0 µ dengan lebar 0,3-0.7 µ (Suriawiria, 1986). Bakteri ini tersusun dalam bentuk rantai dan bergerak dan berwarna keruh (Gupte, 1990). Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 12-48 0 C dan ph 6,5 10,8. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27 35 0 C dengan ph 7,0 7,5. Dalam taksonomi mikrobiologi, kedudukan Bacillus subtilis adalah sebagai berikut :

14 Divisio : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Bacillaceae Genus : Bacillus Bakteri ini mampu menghasilkan enzim amilase, protease, kaseinase dan antibiotik bacitrasin. Bacillus subtilis juga mampu memfermentasikan glukosa menghasilkan 2,3-butanadiol dan gas CO 2 (Brock, 1979). G. Senyawa Aditif Enzim Senyawa aditif merupakan senyawa yang ditambahkan pada larutan enzim sehingga dapat meningkatkan stabilitas struktur protein enzim tanpa mempengaruhi interaksi kovalen pada enzim. Penggunaan senyawa aditif terbukti dapat mempertahankan konformasi enzim (Suhartono, 1989). Salah satu senyawa aditif yang sering digunakan adalah poliol (polihidroksi alkohol), poliol yang diketahui reaktif adalah yang mengandung tiga karbon atau lebih.

15 Beberapa jenis poliol yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Gliserol Gliserol atau dikenal juga dengan gliserin atau glisil alkohol, memiliki berat molekul sebesar 92,094 g/mol, densitas 1.261 g/ cm 3, titik didih 290 o C dan titik leleh 18 o C. Gliserol adalah gula alkohol yang memiliki tiga gugus hiroksil (- OH) yang bersifat hidrofilik, oleh karenanya gliserol dapat larut dalam air. Gliserol merupakan komponen penting dalam trigliserida dan fosfolipid. Dalam keadaan murni merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berwarna, higroskopis, dan berupa cairan kental yang berasa manis. Struktur gliserol dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur gliserol 2. Sorbitol Sorbitol juga dikenal dengan glusitol. Sorbitol memiliki berat molekul 182, 17 g/mol, densitas sebesar 0,68 g/cm 3, titik didih 296 o C dan titik leleh 95 o C. Sorbitol banyak ditemukan pada buah-buahan dan biji-bijian dari genus Sorbus. Sorbitol digunakan sebagai bahan campuran sirup obat batuk, selain itu sorbitol juga digunakan sebagai gula pengganti pada

16 makanan dan minuman rendah kalori. Struktur dari sorbitol dapat dilihat pada Gambar 3 : Gambar 3. Struktur Sorbitol