BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlaku diberbagai negara. Pandiangan (2008:5) menunjukkan bahwa. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada obyek

BAB I PENDAHULUAN. kalinya dilakukan pembaruan sistem perpajakan nasional melalui reformasi

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak penduduknya, dan sebagai negara yang sedang membangun masih

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

Banyak perusahaan yang mengidentikkan membayar pajak sebagai beban sehingga perusahaan akan berusaha meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pajak memiliki peranan yang sangat penting. Pajak merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama perusahaan profit eriented adalah. meningkat untuk setiap periode, dimana hal ini dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pemungutan tetapi hanya merupakan pemberian sukarela

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peraturan dan ketetapan, baik itu perubahan dari peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha dan perdagangan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap orang tidak dapat menghindarkan dirinya dari pajak. Pajak merupakan

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang (long term return) kepada para pemegang saham yang telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yang menggunakannya. Pengguna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah dalam mencapai tujuan yang bermanfaat untuk mendorong

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, yang umumnya mengikuti prinsip-prinsip atau peraturan dalam

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenditure).

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang berada dalam masa pembangunan, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara (pemerintah) baik secara rutin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Workshop Perpajakan Manajemen Risiko Perpajakan & Tax Planning Pasca Tax Amnesty. Dr. Nur Hidayat, SE, ME, Ak, CA, BKP

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80% (delapan puluh persen) dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa sekarang ini, pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BAB I PENDAHULUAN. lain pajak merupakan biaya bagi perusahaan karena beban pajak akan

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap rakyat sebagai bentuk peran serta dalam pembangunan di negaranya.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari rakyat. Oleh karena itu diperlukan partisipasi dari setiap warga negara

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu negara. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian dewasa ini, pajak merupakan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting dalam Anggaran

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sekian banyak kasus yang menimpa Indonesia, saat ini kasus pajak menempati peringkat kedua setelah kasus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terus menerus dilakukan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangatlah penting, karena diselenggarakannya roda pemerintahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk kepentingan bersama. Semakin besar pajak yang dibayarkan perusahaan maka pendapatan negara semakin banyak. Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan biaya atau beban yang akan mengurangi laba bersih. Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan berhubungan dengan pajak. Langkah pertama yaitu mulai dengan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan terdaftar di salah satu Kantor Pelayanan Pajak, melaksanakan akuntansi perpajakan, serta membayar dan menyampaikan SPT masa tahunan sesuai dengan jenis pajaknya pada tanggal yang telah ditentukan. Langkah kedua adalah tax planning yaitu dengan memperhitungkan pengaruh pengambilan keputusan tertentu terhadap kewajiban pajaknya. Menurut Waluyo (2008:18) sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini adalah self assessment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab atas segala pembukuan atau pencatatan yang diperlukan untuk menetapkan besarnya pajak terutang yang dilakukannya dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Wajib pajak menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang dengan cara mengalikan tarif orisinil dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) kemudian memperhitungkan berapa besar pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal dengan istilah Kredit Pajak yang menghasilkan pajak kurang bayar, nihil, atau lebih bayar. Tax planning atau perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak. Menurut Gunawan (dalam Lumbantoruan, 1996:485) tindakan itu legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes). Karena penghematan pajak 1

2 tersebut dilakukan dengan cara yang tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Tax planning merupakan sarana yang memungkinkan untuk merencanakan pajak-pajak yang dibayarkan, agar tidak terjadi kelebihan dalam membayar pajak. Direktorat Jendral Pajak pernah mengungkapkan bahwa tax planning bagi perusahaan dianggap benar sepanjang tidak menyalahi peraturan perpajakan yang berlaku. Karena harus diakui tidak ada satu pasal pun dalam Undang-undang Perpajakan yang melarang dilakukannya tax planning (www.kompasiana.com). Tax planning dapat dilakukan dengan cara tax evasion (penyelundupan pajak) dan tax avoidance (penghindaran pajak). Harry Graham B. (dalam Zain, 2008:49) berpendapat bahwa, Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan, sedang penghindaran pajak merupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Dalam mencapai tujuan ini, yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan tax planning dengan pihak manajemen perusahaan yang memahami ketentuan perpajakan serta menyelenggarakan kebijakan-kebijakan akuntansi dan pembukuan yang memenuhi syarat. Pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar sangat mutlak diperlukan oleh Wajib Pajak karena akan dapat melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar pula.wajib Pajak dapat memanfaatkan penentuan perpajakan yang menguntungkan dirinya, paling tidak Wajib Pajak akan memanfaatkan ketentuan yang membuat pemenuhan kewajiban perpajakannya menjadi sehemat mungkin dengan tidak melanggar ketentuan perpajakan itu sendiri. Sehingga dengan adanya self assessment system maka perusahaan sebagai pemotong pajak atas penghasilan pegawainya hendaknya memiliki strategi perhitungan pajak yang dapat menguntungkan perusahaan, tetapi tidak merugikan pegawai maupun negara. Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 1, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan atas penghasilan

3 yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21 berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, bonus dan imbalan lainnya atas pekerjaan yang dilakukan (Zain, 2010:181). Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan atas penghasilan yang diterima oleh pegawai. Pegawai akan menerima penghasilan secara utuh tanpa pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21. Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 (b), Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Dalam perhitungan laba rugi, Pajak Penghasilan yang ditanggung perusahaan tidak boleh dimasukan sebagai unsur biaya. Hal ini akan menyebabkan laba perusahaan menjadi lebih besar, sehingga pajak terutang badan akan menjadi besar pula. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara pemberian tunjangan pajak. Tunjangan pajak tersebut besarnya sama dengan pajak yang dipotongkan dari pegawai. Tambahan penghasilan ini disebut tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21. Tunjangan dapat diakui sebagai biaya oleh perusahaan dan biaya yang ditambahkan dapat mengurangi laba perusahaan. Sehingga secara otomatis pajak yang ditanggung oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil atau jumlahnya dapat diminimalkan. Penelitian dilakukan disalah satu Badan Umum Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wening. PDAM Tirta Wening mulai menerapkan tax planning pada akhir tahun 2010. Sehingga tax planning yang diterapkan masih belum maksimal. Masih banyak pos-pos biaya yang masih bisa dijadikan pengurang pajak penghasilan badan. Sehingga perusahaan melakukan upaya untuk menekan jumlah beban pajak badan, dengan menerapkan tax planning yang tidak melanggar Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan Perpajakan. Upaya yang dilakukan berupa mengalihkan beberapa pemberian dalam bentuk natura ke bentuk tunjangan-tunjangan sehingga dapat diakui sebagai biaya dan dikurangkan terhadap penghasilan bruto. Hal ini yang

4 menarik penulis untuk melakukan penelitian di PDAM Tirta Wening Kota Bandung. Berdasarkan uraian di atas dilakukan penelitian mengenai analisis dari penerapan tax planning serta seberapa besar pengaruh sebelum dan sesudah penerapan tax planning atas komponen Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung terhadap beban pajak badan. Sehingga dengan demikian penulis akan mengangkat judul Analisis Sebelum dan Sesudah Penerapan Tax Planning Atas Komponen Pajak Penghasilan Pasal 21 Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Badan (Studi Kasus Pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung).

5 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mencoba untuk mengidentifikasikan permasalahan sebagai bahan yang diteliti dan dianalisis sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan tax planning atas komponen pajak penghasilan pasal 21 pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung? 2. Berapa besar pengaruh sebelum dan sesudah penerapan tax planning atas komponen pajak penghasilan pasal 21terhadap beban pajak badan? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pelaksanaan penyusunan skripsi dalam memenuhi persyaratan akhir Program Strata 1 Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama Bandung. 2. Sebagai kontribusi penulis selama melakukan penelitian untuk mengkaji dan mendapatkan gambaran mengenai analisis penerapan tax planning terhadap beban pajak badan. 1.3.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : 1. Menguji bagaimana penerapan tax planning atas komponen Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung. 2. Mengetahui apakah penerapan tax planning atas komponen Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan akan meminimalkan beban pajak badan.

6 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung diharapkan bagi: 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai penerapan tax planning atas komponen Pajak Penghasilan Pasal 21. 2. Perusahaan Sebagai bahan masukan dalam menerapkan penerapan tax planning atas komponen Pajak Penghasilan Pasal 21. untuk pegawainya. 3. Peneliti Lain Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, sehingga pengembangan ilmu dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkannya dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukannya. 1.5. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Secara fundamental, pajak merupakan transfer kekayaan dari rakyat kepada publik. Laba setelah pajak ditentukan oleh kedua hal yaitu level tarif pajak dan efisiensi dari sistem pengumpulan pajak. Hal ini berarti bahwa penghasilan ini mengatur standar hidup individu dan menjalankan peluang dan ancaman untuk bisnis. Oleh karena itu, tax planning dapat dipandang dari sudut pandang sosial maupun kepentingan pribadi. Definisi tax planning menurut Zain (2008:43) adalah Proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal itu dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. Beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar (Lumbantoruan, 1996) yaitu :

7 1. Pergeseran pajak Pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak menanggungnya. 2. Kapitalisasi Pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli. 3. Transformasi Cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya. 4. Tax evasion Penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan. 5. Tax avoidance Penghindaran pajak dengan mematuhi peraturan yang ada. Ada strategi-strategi yang bisa diambil oleh wajib pajak terutama badan, dalam usahanya melaksanakan tax planning dengan tujuan mengatur atau dengan kata lain meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Diantara strategistrategi tersebut ada yang legal maupun ilegal. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran (cash disbursement) tanpa adanya imbalan secara langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin selama hal tersebut memungkinkan. Makin pentingnya variabel pajak sebagai komponen yang harus diperhitungkan, membuat banyak perusahaan melakukan tax planning. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 3 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan definisi badan yaitu : Badan adalah sekumpulan orang/modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha

8 Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dalam bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Ada tiga kecenderungan yang memotivasi manajemen dalam badan melakukan tax planning sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suandy (2003:11) : 1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy) Kebijakan perpajakan yang terkandung dalam Ketentuan Undangundang Perpajakan yang berlaku. Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem pemungutan di mana Wajib Pajak boleh menghitung dan melaporkan sendiri besar pajak yang harus disetorkan (self assessment system). 2. Undang-undang Perpajakan (tax law) Pada kenyatannya di mana pun tidak ada Undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi Wajib Pajak untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik. 3. Administratif Perpajakan (tax administration) Hal yang mendorong perusahaan untuk melakukan tax planning dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran antara aparat fiskus dan Wajib Pajak akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakanyang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adawiah (2011) berjudul Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada Yayasan Al-Muhajirin Kota Depok. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan tax planning yang dilakukan berpengaruh pada beban pajak. Beban pajak penghasilan badan sesudah penerapan tax planning menjadi lebih

9 kecil dibandingkan sebelum diterapkan tax planning pada biaya kesejahteraan karyawan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Hidayat (2010) dengan judul Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan Dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Pembayaran Beban Pajak Pada PT Agricon Putra Citra Optima. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dengan adanya tax planning, perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp 79.344.216 dan terjadi peningkatan laba setelah pajak sebesar Rp 56.699.082 selama lima tahun periode 2005-2009. Menurut Undang-undang Perpajakan tidak semua biaya dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto, salah satunya yaitu pemberian imbalan dalam bentuk natura. Dalam rangka memaksimalkan pengurangan-pengurangan (maximizing deduction), maka pemberian dalam bentuk natura tersebut dapat dialihkan ke bentuk tunjangan-tunjangan sehingga dapat diakui sebagai biaya dan dikurangkan terhadap penghasilan bruto. Hal ini sesuai dengan prinsip taxable dan deductable di mana biaya dapat dikurangkan jika yang menerima biaya tersebut mengakuinya sebagai penghasilan dan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21. Maksimalisasi biaya fiskal ini akan menekan jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP). Sehingga tarif pajak yang dikenakan akan lebih rendah. Pada akhirnya pajak terutangnya pun akan menjadi lebih kecil dan laba setelah pajak akan meningkat.

10 PDAM Tirta Wening Kota Bandung Self Assessment System Laporan Keuangan Perhitungan Pajak-Pajak Sebelum Tax Planning (X1) Sesudah Tax Planning (X2) Minimalisasi Beban Pajak Badan (Y) Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

11 1.6. Hipotesis Penelitian Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Menurut Hasan (2004:31), Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran. Pernyataan atau dugaan tersebut disebut proposisi. Pengajuan hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis tersebut Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan perbandingan rata-rata besarnya Pajak Penghasilan Badan sebelum dan sesudah diterapkannya tax planning. Pengujian hipotesis yang akan dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan antara rata-rata kedua variabel. Perumusan Ho dan Ha untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ho : 1 2 : Rata-rata jumlah Pajak Penghasilan Badan sebelum tax planning lebih kecil atau sama dengan rata-rata besarnya Pajak Penghasilan Badan sesudah tax planning. 2. Ha : 1 > 2 : Rata-rata jumlah Pajak Penghasilan Badan sebelum tax planning lebih besar dari rata-rata besarnya Pajak Penghasilan Badan sesudah tax planning. 1.7. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengertian metode deskriptif (Nazir,2003:54) adalah sebagai berikut : Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

12 Aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, diamati secara seksama, sehingga diperoleh data primer maupun sekunder yang mendukung penelitian. Penelitian ini dilakukan di PDAM Tirta Wening Kota Bandung. Data yang peneliti kumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang kemudian diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang dipelajari. Dalam pengumpulan data, cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data primer Data primer diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. Data primer ini diperoleh dengan wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pejabat yang berwenang yang ada kaitannya langsung dengan objek penelitian. 2. Pengumpulan data sekunder Data sekunder diperoleh dan dikumpulkan melalui study literature / studi kepustakaan. 1.8. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung. Objek penelitian ini berkedudukan di Jalan Badak Singa nomor 10 Bandung 40132. Penelitilan ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan Juli 2013.