BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia mulai meningkat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya manusia dari sejak awal terbentuknya, yakni sejak terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyelesaikan atau mengatasi stres dengan efektif maka stres tersebut berpotensi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

PENDAHULUAN. mungkin tercapai tanpa memberikan jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. pembangunannya adalah mereka kelompok masyarakat yang belum bekerja

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah


HUBUNGAN UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PERNIKAHAN, STATUS GIZI DAN KEJADIAN ANEMIA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA BURUH PABRIK PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PABRIK TEKSTIL KOPERASI BATIK WONOPRINGGO DI PEKALONGAN

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.pembangunan kesehatan harus mencakup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia mulai meningkat. Menurut Badan Statistik jumlah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2011 USD3.542. Akan tetapi, jumlah upah minimum disertai jumlah kebutuhan hidup yang meningkat membuat masyarakat harus bekerja lebih keras. Pada hakekatnya sosok yang berperan sebagai pencari nafkah adalah laki-laki atau kepala keluarga. Seperti firman Allah SWT : Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya (An-Nisa [4] : 34). Seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan hidup maka para wanita turut andil dalam menambah pendapatan keluarga. Hal ini dibuktikan dengan besarnya peningkatan jumlah angkatan kerja wanita dibanding jumlah angkatan kerja laki-laki (BRS, 2007). Teknologi industri yang kini sedang berkembang juga memperbesar peluang kerja para wanita di pabrik. Data Pemerintah Kabupaten Bantul menunjukkan jumlah tenaga kerja wanita pada tahun 2010 mencapai 191.286 jiwa dari jumlah tenaga kerja 400.289 jiwa (Disnakertrans, 2011). Menurut menteri kesehatan yang dikutip dari media elektronik Suara Pembaharuan tertanggal 1 Maret 2011 bahwa jumlah pekerja di Indonesia baik disektor formal maupun informal sangat besar yakni sekitar 39,95 juta, sekitar 25 juta diantaranya adalah wanita usia produktif yaitu 15-45 tahun. 1

Sekitar 90% pekerja wanita bekerja di perusahaan ritail, garmen, tekstil dan elektronik. Industri garmen merupakan industri padat karya. Sebagian besar pekerjanya adalah wanita. Hal ini dikarenakan wanita memiliki tingkat ketelitian, ketekunan dan kepatuhan lebih baik dibandingkan laki-laki. Walaupun keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja telah dijamin oleh pemerintah, namun dalam kenyataan masih terdapat kasus yang menyangkut kesehatan psikologis (depresi). Tingginya depresi dikalangan pekerja pabrik wanita, menunjukkan banyak permasalah yang terjadi akibat keputusan dari seorang wanita untuk bekerja salah satunya adalah lingkungan kerja. Pekerjaan di industri garmen menuntut ketelitian yang cukup tinggi dengan karakteristik pekerjaan umumnya adalah proses material handling (angkut) dengan posisi duduk dan berdiri, tingkat pengulangan kerja tinggi, berinteraksi dengan benda tajam (jarum, gunting dan pisau potong), panas dibagian pengepresan dan penyetrikaan, banyaknya debu, serat dan aroma kain, kebisingan, getaran dan lain-lain. Persepsi terhadap lingkungan kerja yang dihadapi baik fisik maupun non-fisik setiap hari memberi dampak terhadap kesehatan psikologis para pekerja (Khotimah, 2010). Tekanan psikologis yang dialami terkadang menyebabkan manusia lupa akan kehadiran Allah SWT yang mampu menentramkan hati manusia sehingga sering terjadi depresi. Seperti yang firman Allah SWT : (Yaitu), orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. 2

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2009), pada pekerja pabrik tekstil di Kabupaten Sleman, Yogyakarta bahwa pekerja wanita dengan derajat depresi ringan sampai berat mencapai 70,3%. Penelitian yang dilakukan Kandan Jamyan (2011) terhadap pekerja pabrik di Thailand menunjukkan hasil kepuasan kerja seperti upah, keamanan bekerja, rekan kerja, pengawasan serta kesempatan promosi mempengaruhi kesehatan mental para pekerja sehingga timbul kasus seperti kecemasan dan insomnia (29,5%), gejala somatik (28,9%), disfungsi sosial (23,7%), dan depresi berat (12,1%). Dampak gangguan depresi di tempat kerja pada perempuan sangat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan perusahaan. Penelitian Association of America Women s Health (2003) menemukan dampak depresi pada perempuan di tempat kerja, antara lain 94% tidak produktif, 82% sering menangis, 54% mengisolasi diri, 34% mengalami konflik dengan teman dan 27% mengkonsumsi alkohol. Menurut Leila (2002), depresi yang tidak segera ditangani akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan. Kesehatan yang terganggu tersebut akan menggangu tampilan kerja individu. Pekerja menjadi sulit memusatkan perhatian, motivasi kerja dan tingkat keterampilan menurun. Selain itu, biaya pemeliharaan kesehatan menjadi meningkat. Hal ini menggangu proses produksi secara umum. Gangguan depresi yang dialami oleh tenaga kerja wanita merupakan masalah besar dalam bidang kesehatan mental dan keselamatan kerja, karena gangguan tersebut akan berpengaruh pada meningkatnya kecelakaan kerja serta menurunkan produktivitas kerja (Nuwawea, 2002). Kejadian depresi yang terjadi pada pekerja, khususnya pada pekerja pabrik wanita mendorong peneliti untuk 3

melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Depresi pada Pekerja Pabrik Wanita PT Ameya Livingstyle Indonesia di Kabupaten Bantul. PT Ameya Livingstyle Indonesia dipilih sebagai tempat penelitian karena pabrik tersebut merupakan salah satu pabrik garmen di daerah Bantul serta keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan perizinan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas,dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara lingkungan kerja terhadap depresi pada pekerja pabrik wanita PT Ameya Livingstyle Indonesia di Kabupaten Bantul?. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara lingkungan kerja dengan depresi pada pekerja pabrik wanita PT Ameya Livingstyle Indonesia di Kabupaten Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui persepsi lingkungan kerja oleh pekerja pabrik wanita PT Ameya Livingstyle Indonesia di Kabupaten Bantul b. Mengetahui kejadian depresi pada pekerja pabrik wanita PT Ameya Livingstyle Indonesia di Kabupaten Bantul D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Penulis 4

Penulis dapat memperoleh pengetahuan tentang pengadaan penelitian dan depresi yang diakibatkan lingkungan kerja serta pengalaman dalam mengadakan penelitian. 2. Bagi Pekerja Pabrik Wanita Diharapkan para pekerja mengenali gejala-gejala depresi dan dapat mencari solusi dari penyebab depresi yang dialami terutama terkait lingkungan kerja. 3. Bagi Pabrik yang Diteliti Pabrik diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan mental maupun fisik para pekerja, memberi sarana dan prasarana agar dapat tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi pekerja sehingga produktifitas pekerja meningkat. 4. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana ilmu bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran terutama mengenai hubungan lingkungan kerja terhadap depresi pada pekerja pabrik wanita PT Ameya Livingstyle Indonesia di Kabupaten Bantul. 5. Bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Diharapkan pemerintah memberi perhatian terhadap kesehatan psikologis para tenaga kerja Indonesia dengan mengevaluasi atau mempertegas peraturan yang berisi tentang ketentuan ketentuan yang harus ditaati perusahaan mangenai ketenagakerjaan serta mengadakan pengawasan terhadap hal tersebut. 5

E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian serupa dengan penelitian yang dilakukan peneliti antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Agita Suci R. (2009), yang berjudul Analisa Stressor Pekerja Wanita dengan Pendekatan Structural Equation Modelling. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terletak pada variabel bebas yakni lingkungan kerja dan metode penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada variable terikat serta subyek penelitian. Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah stress dan subyek penelitian adalah pekerja wanita. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah (2010), yang berjudul Hubungan Antara Persepsi Lingkungan Kerja Psikologis dengan Burnout Pada Perawat RSU Budi Rahayu Pekalongan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada metode penelitian serta variabel bebas yang digunakan. Perbedaan terletak pada subyek penelitian yakni perawat di RSU Budi Rahayu pekalongan serta variabel terikat yakni burnout. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Ismiyati (2006), yang berjudul Hubungan Stresor Psikososial Dengan Tingkat Depresi Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Tekstil di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Persamaan dalam penelitian tersebut yang serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada subjek penelitian dan metode penelitian. Sedikit berbeda dengan penelitian peneliti yang hanya 6

menilai adanya depresi, penelitian Rini Ismiyati menilai tingkat depresi. Perbedaan lainnya terletak pada variabel bebas, metode pengambilan sampel dan metode analisis data. 7