17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga. Pengambilan contoh air untuk pengukuran kualitas perairan di lakukan pada 5 stasiun, tiap stasiun diambil 3 kali ulangan, selama waktu penelitian dari bulan Juli sampai akhir bulan Agustus 2009. Tiga kali ulangan artinya tempat yang sama hanya waktu yang berbeda. Pengamatan dan analisa dilakukan secara in situ dan ex situ. Analisa ex situ untuk contoh air dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. 3.2 Metode Pengambilan Data dan Pengukuran 3.2.1 Penentuan Stasiun Pengamatan Penentuan stasiun pengamatan pada lokasi penelitian didasarkan pada pendekatan konseptual dengan melakukan survey terhadap kegiatan yang diperkirakan sebagai sumber pencemaran di lingkungan perairan tempat pembuangan limbah dari peternakan, pertanian, industri dan rumah tangga. Lokasi pengambilan sampel adalah : - Stasiun 1 : Hulu Sungai Cihideung yaitu Desa Situ Daun RT 2 RW 5 (aktivitas yang ada, pertanian) - Stasiun 2 : Desa Cihideung Udik RT 1 RW 2 (aktivitas yang ada perikanan dan peternakan, ponpes Darul Mustopa) - Stasiun 3 : Desa Cihideung Ilir RT 04/RW 03 (belakang pabrik Kecap Zebra) - Stasiun 4 : di bawah jembatan Jl Raya Darmaga Cibanteng Proyek (limbah bengkel besi dan bengkel motor) - Stasiun 5 : Sebelum masuk penjernihan air (perumahan penduduk) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta lokasi penelitian pada Gambar 3.
18 Gambar 3 Lokasi pengambilan sampel 3.2.2 Peralatan dan Bahan Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur parameter ph, BOD, COD dan TSS. Adapun alat yang digunakan meliputi : botol sample, cawan Goch atau penyaring yang dilengkapi penghisap atau penekan, kertas saring berpori 0,45 µm, alat pendingin (box ice), oven pemanas, desikator, neraca analitik kapasitas 200 gram ketelitian 0,1 mg, penjepit, ph meter, labu ukur 1 liter, thermometer, DO meter, Botol BOD 300 ml, pengaduk otomatis, lemari pengeram BOD, aerator, gelas ukur 100 ml dan 1000 ml, gelas piala 100 ml dan 2000 ml, tabung COD, buret, pipet 10 ml, labu Erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, tabung durham, kapas pembakar Bunsen, alat tulis menulis, label dan alat pengambil contoh air. Bahan digunakan adalah sampel air sungai. Teknik sampling untuk pengambilan contoh air yang dianalisis dilaksanakan secara komposit pada musim kemarau. Pengambilan contoh dilakukan pada tiga lapisan, yaitu pada tepi kiri, tengah dan tepi kanan sungai. Analisis air dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penentuan parameter yang diteliti
19 berdasarkan jenis-jenis kegiatan yang terdapat sepanjang aliran Sungai Cihideung. Metode analisis yang digunakan disesuaikan dengan parameter yang diteliti sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter fisika, kimia dan biologi air dan metode pengukuran No. Parameter Satuan Alat Analisis Keterangan A Fisika 1. Suhu o C Termometer In Situ 2. Kekeruhan (NTU) Turbidimeter In Situ 3. Warna PtCo Spektrofotometer Laboratorium 4. Padatan tersuspensi mg/l Gravimetri Laboratotium B Kimia 5. ph - ph meter In Situ 6 BOD mg/l Inkubasi Laboratorium 7. COD mg/l Bikromat, Refluks Laboratorium 8. Nitrat mg/l Spektrofotometer Laboratorium 9. Nitrit mg/l Spektrofotometer Laboratorium 10. Ammoniak mg/l Spektrofotometer Laboratorium 11. Timbal mg/l AAS Laboratorium 12. Besi mg/l AAS Laboratorium C Biologi 13 Fecal Coliform (E.coli) Jml/100 ml MPN Laboratorium 3.3 Data Kebutuhan Pengguna (Stakeholder) Untuk mengetahui aspirasi dan kebutuhan stakeholder tentang faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pemakaian kebutuhan air di Kampus IPB Darmaga berupa wawancara dan kuesioner. Responden yang diambil adalah teknisi dan laboran yang ada di lingkungan Kampus IPB Darmaga untuk 9 fakultas. Data diolah dengan analisis deskriptif. 3.4 Pengumpulan Data Sekunder Data pendukung dikumpulkan dari berbagai instansi terkait yang ada di Kabupaten Bogor seperti Dinas PU, Kantor Klimatologi Kabupaten Bogor. Data pendukung meliputi data iklim.
20 3.5 Metode Analisis Data Untuk mengevaluasi apakah kualitas air Sungai Cihideung layak dimasukkan ke dalam klasifikasi Kelas I, maka tiap parameter kualitas air hasil analisis dibandingkan dengan mutu air Kelas I (air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Parameter-parameter kualitas air yang telah melewati batas maksimum yang diperbolehkan, dipelajari sejauh mana penyimpangannya dari baku mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.5.1 Kualitas Air Sungai dan Status Pencemar Hasil pengukuran karakteristik kualitas air (fisika, kimia dan biologi) yang diperoleh dibandingkan dengan standar baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Status kualitas lingkungan Sungai Cihideung ditetapkan dengan menggunakan metode STORET. Status kualitas lingkungan perairan ditetapkan untuk setiap titik stasiun pengamatan. Pada prinsipnya metode ini membandingkan antara data kualitas dengan baku mutu yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna menentukan status mutu air (Kepmen LH No. 115 Tahun 2003). Tahapan analisis data untuk menentukan indeks STORET adalah sebagai berikut : 1. Data hasil pengukuran untuk tiap parameter dibuat tabulasi nilai kadar maksimum, minimum maupun rata-rata yang kemudian dibandingkan dengan data hasil pengukuran dan nilai baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. 2. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran baku mutu) maka diberi skor 0. 3. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3. 4. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang diperoleh dengan menggunakan Sistem EPA (Environmental Protection Agency) yang disajikan pada Tabel 4.
21 Tabel 3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air Jumlah Nilai Parameter Sampel Fisika Kimia Biologi Maksimum -1-2 -3 <10 Minimum -1-2 -3 Rata-rata -3-6 -7 Maksimum -2-4 -6 10 Minimum -2-4 -6 Rata-rata -6-12 -18 Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 Tabel 4 Penentuan status mutu perairan No Kelas Skor Kategori 1 Kelas A (baik sekali) 0 memenuhi baku mutu 2 Kelas B (baik) -1 s/d -10 tercemar ringan 3 Kelas C (sedang) -11 s/d -30 tercemar sedang 4 Kelas D (buruk) -31 tercemar berat Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 3.5.2 Analisis Beban Pencemaran Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung dari kualitas air Sungai Cihideung yang dipakai sebagai bahan baku pengolahan di WTP Cihideung yang menuju ke muara sungai (Kepmen LH No. 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri). Cara penghitungan beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran langsung debit sungai dan konsentrasi parameter yang diukur, berdasarkan persamaan berikut: BP = C x Dx f Keterangan : BP = Beban pencemaran yang masuk dari sungai (ton/bulan) C = Kosentrasi limbah (mg/l) D = Debit air sungai (m 3 /detik) f = Faktor konversi (3600 x 24x30x1x10-6 )
22 Debit air sungai, dengan persamaan berikut : (Effendi, 2003) D = V x A = V x (d x w) Keterangan : D = Debit air (m 3 /detik) V = Kecepatan arus (m/detik) A = Luas penampang (m 2 ) d = Kedalaman sungai(m) w = Lebar sungai (m) Kecepatan arus Pengukuran kecepatan arus pada masing-masing stasiun dilakukan secara melintang di pinggir kiri, tengah dan kanan sungai dengan menggunakan botol air mineral bekas ukuran 600 ml yang diikatkan pada tali sepanjang 10 meter. Setelah itu botol tersebut dihanyutkan mengikuti aliran sungai dan dicatat waktu yang diperlukan botol tersebut untuk mencapai jarak 10 meter. Kedalaman sungai Pengukuran kedalaman sungai pada tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan bambu berskala yang dicelupkan sampai ke dasar perairan sungai. Lebar sungai Pengukuran lebar sungai dengan cara membentangkan rol meter secara melintang dari bagian kiri sampai kanan sungai yang masih terdapat aliran.