EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper, Kampus Dramaga Bogor 16680

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

Transmission of Potyvirus that Causes Mosaic Disease in Patchouli Plant through Vector Aphis gossypii

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk

UJI KISARAN INANG POTYVIRUS PENYEBAB MOSAIK NILAM (Pogostemon cablin (Blanco) Benth) ASAL SULAWESI TENGGARA

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein yang relatif murah.kandungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DAN IDENTIFIKASI Telosma mosaic virus YANG BERASOSIASI SERTA PENGENDALIANNYA RITA NOVERIZA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi

Patchouli Viruses: Identification, Biological and Physical Characters, and Control Strategy

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Ralstonia solanacearum

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

PENGANTAR VIROLOGI TUMBUHAN (PNH 3284, SKS 1/1) A. SILABUS

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang

EFEKTIVITAS BEBERAPA CARA PENULARAN VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN CABAI

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUDIDAYA NILAM ORGANIK. Muhamad Djazuli Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.

AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 2 SEPTEMBER 2010 ISSN

Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat

ABSTRAK IDENTIFIKASI VIRUS DAN FAKTOR EPIDEMI PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK VEIN BANDING PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis, L.

Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda

PERKEMBANGAN PENELITIAN PENYAKIT KERDIL PADA TANAMAN LADA

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

III. METODE PENELITIAN A.

Hama penghisap daun Aphis craccivora

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

Nasrun, Nurmansyah, Herwita Idris, dan Burhanudin

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI PENYEBAB PENYAKIT BELANG (MOTTLE) PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L.) DI INDONESIA IRWAN LAKANI

Alamat korespondensi :

LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI. EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens)

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA Gejala Infeksi Virus Pada Tanaman Lada

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Vigna sinensis L.) bukan tanaman asli Indonesia. Plasma nutfah tanaman kacang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DETEKSI SECARA SEROLOGI DAN MOLEKULER BEBERAPA JENIS VIRUS YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth)

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI Cymbidium Mosaik Virus (CyMV) PADA TANAMAN ANGGREK FITRI MENISA

TINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang Bean common mosaic virus (BCMV)

KEJADIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI KECIL YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO ABSTRAK

Kata kunci: Nilam, Potyvirus, kultur meristem apikal, perlakuan air panas. Abstract

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

INSIDENSI PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum anuum) DI DESA KAKASKASEN II KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON Oleh:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.

PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 6, No. 3, Juli 2017

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Transkripsi:

EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae NINING TRIANI THAMRIN Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo Email : niningtrithamrin@yahoo.com ABSTRAK Infeksi virus pada tanaman nilam umumnya menghasilkan gejala belang sampai mosaik yang diikuti dengan terjadinya perubahan bentuk daun kuning. Virus tersebut umumnya dapat ditularkan secara mekanik, tetapi dipertanaman dapat pula ditularkan secara non-persisten oleh kutu daun Myzus persicae. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efesiensi penularan virus mosaik pada tanaman nilam melalui serangga penular. Peubah yang diamati adalah masa inkubasi dan persentase penularan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis tanaman indikator. Penularan virus melalui serangga penular Myzus persicae menunjukkan bahwa periode makan akuisisi yang panjang tidak meningkatkan efisiensi penularan virus. Kata kunci : virus mosaik, penularan, myzus persicae. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) adalah jenis tumbuhan semak yang memiliki prospek ekonomi yang cukup cerah karena merupakan salah satu satu dari sekian banyak tanaman penting yang digunakan sebagai minyak esensial untuk material dasar pada industri yang berbeda. Minyak nilam banyak digunakan dalam industri kosmetika (Sudaryani dan Sugiharti 1990), dan juga digunakan sebagai bahan baku farmasi serta biopestisida. Di Indonesia, tanaman nilam hampir dapat ditemukan di seluruh wilayah Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan serta beberapa wilayah lainnya di Indonesia. Luas lahan pertanaman nilam di Indonesia mencapai lebih kurang 14.297 ha dengan total produksi 428.910 ton nilam basah (Ditjenbun, 2006). Indonesia merupakan negara penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang memasok sekitar 70 % kebutuhan minyak nilam dunia dengan volume ekspor rata-rata di atas 1.000 ton per tahunnya. Indonesia mengekspor minyak nilam ke Amrika Serikat sebesar 35 % sampai 40 %, ke berbagai negara Eropa sebanyak 30%, dan sisanya ke beberapa negara di dunia lainnya (Ditjenbun, 2012). Walaupun Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak nilam terbesar di dunia, namun kualitas dari minyak nilamnya masih dibawah negara-negara pengekspor minyak nilam lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti budidaya nilam yang masih dilakukan dengan sistem ladang berpindah, budidaya nilam pada tanah dan

kondisi iklim yang kurang sesuai tanaman nilam penggunaan bibit atau stek asalan, pemupukan yang tidak kontinyu dan beberapa kendala lainnya mulai dari pra panen hingga pasca panen. Kendala lain yang sering ditemui dalam pengembangan nilam adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), khususnya serangan patogen penyebab penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tanaman nilam dan dan masih sulit dalam upaya pengendaliannya. Beberapa patogen penyebab penyakit, Ralstonia solanacearum yang mengakibatkan layu bakteri nilam dan penyakit budok yang disebabkan oleh Synchytrium pogostemonis serta infeksi patogen virus yang menyebabkan berbagai gejala penyakit (Wahyuno, 2010; Ditjenbun, 2012). Infeksi virus pada tanaman nilam umumnya menghasilkan gejala belang sampai mosaik yang diikuti dengan terjadinya perubahan bentuk daun kuning (Natsuaki et al. 1994). Lebih lanjut dikemukakan oleh Sukamto et al. (2007), bahwa tanaman nilam yang terserang virus menunjukkan gejala mosaik kekuningan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman nilam dibeberapa kebun botani dan lahan pertanian nilam di Brazil dilaporkan terinfeksi oleh Patchouli mild mosaic virus (PatMMV), Patchouli mottle virus (PaMoV), dan Patchouli virus X (Natsuaki et al. 1994; Filho et al. 2002), dan dapat pula disebabkan oleh Tobacco necrosis virus (TNV), Patchouli mosaic virus (PaMV), dan Peanut stripe virus (PStV) (Singh et al., 2009). Lebih lanjut dikemukakan bahwa virus tersebut umumnya dapat ditularkan secara mekanik, tetapi dipertanaman dapat pula ditularkan secara non-persisten oleh kutu daun. Selain itu, virus-virus tersebut memiliki kisaran inang yang luas. Tanaman inang yang dapat terinfeksi oleh virus tersebut terdiri atas beberapa famili diantaranya Leguminoceae, Solanaceae, Cucurbitaceae, Chenopodiaceae, Commelinaceae, Amarantaceae, Graminae, Malvaceae, Caricacea, Cruciferaceae, dan Compositaceae (Sutic et.al 1999). Infeksi virus pada tanaman dapat menyebabkan penurunan biomassa dan kandungan minyak esensial. Di Indonesia, hasil penelitian melaporkan adanya tanaman nilam di daerah Cianjur dan Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik terinfeksi oleh Cucumber mosaic virus (Sukamto et al. 2007). Selanjutnya dikemukakan oleh Noveriza et al. (2010) bahwa beberapa sampel tanaman nilam yang diperoleh dari Bogor terdeteksi terinfeksi oleh Potyvirus. Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman nilam di beberapa lokasi pertanaman di Sulawesi Selatan ditemukan adanya gejala mosaik dan perubahan bentuk daun, oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk mengkarakterisasi infeksi virus pada tanaman nilam dan penularannya melalui inokulasi mekanik dan melalui serangga penular. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penularan virus penyebab penyakit mosaik melalui serangga penular Myzus persicae berdasarkan gejala penyakit. Diharapkan hasil penelitian ini menghasilkan informasi sebagai dasar untuk mempelajari lebih lanjut penyebab penyakit pada tanaman nilam.

METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Persiapan Penelitian 1. Sumber Inokulum Tanaman nilam dan stek dari bagian tanaman nilam yang memperlihatkan gejala mosaik kuning dan mengalami perubahan bentuk daun yang digunakan sebagai sumber inokulum diperoleh dari lokasi pertanaman nilam di Kabupaten Luwu Timur. Tanaman nilam dan stek yang ditanam dalam media tanam dipelihara dan dimasukkan didalam sungkup yang berbentuk kotak di rumah kaca. 2. Penyiapan Tanaman Uji Bibit tanaman nilam sebagai tanaman uji merupakan hasil stek pucuk tanaman nilam yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Di Bogor. Pucuk yang telah distek kemudian direndam didalam air bertujuan untuk menyegarkan tanaman nilam hasil stek tersebut. Selanjutnya, stek pucuk tersebut ditanam dalam polybag berisi media tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang (2:1) kemudian disungkup dengan plastik untuk menjaga kelembaban. Dua minggu sungkup dibuka, tanaman dipelihara dalam kotak sungkup untuk menghindari serangga-seranga lain. 3. Pemeliharaan, perbanyakan dan identifikasi serangga penular Myzus persicae Kutu daun Myzus persicae yang akan digunakan sebagai serangga penular virus diperoleh dari pertanaman nilam di Kabupaten Luwu Timur. Serangga dewasa tersebut dipelihara dan diperbanyak pada tanaman nilam sehat yang berada dalam sungkup yang berbentuk kotak. Nimfa yang muncul digunakan sebagai serangga uji untuk pengujian selanjutnya. Kutu daun tersebut telah diidentifikasi berdasarkan kunci determinasi Borror (1991). Identifikasi dilakukan terhadap beberapa ekor serangga dewasa dengan mengamati morfologi serangga menggunakan mikroskop. Pelaksanaan Penelitian 1. Penularan virus melalui serangga penular Myzus percicae Kutu daun, M. persicae dibiarkan berada pada tanaman nilam yang memperlihatkan gejala mosaik selama 24 jam untuk memberikan periode makan akuisisi. Kemudian serangga penular tersebut dipindahkan ke tanaman nilam sehat sebagai tanaman uji untuk diberikan periode makan inokulasi selama 48 jam pada tanaman sehat bebas virus. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga munculnya gejala pada tanaman uji. Untuk pengujian penularan melalui serangga dilakukan dengan menggunakan dua serangga dewasa per satuan percobaan dengan dua perlakuan makan akuisisi, yakni 24 jam

dan 48 jam pada tanaman uji. Setiap unit percobaan menggunakan 5 tanaman dengan tiga ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 30 unit percobaan. Kemudian yang diamati adalah persentase serangan, bentuk gejala serta efisiensi penularan virus oleh serangga penular pada masing-masing tanaman uji dan tanaman-tanaman indikator lainnya. 2. Persentase penularan virus mosaik Peubah yang diamati untuk persentase penularan virus dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman yang terinfeksi per jumlah tanaman sakit yang dihitung dengan rumus yang telah dikembangkan oleh Widyastuti dan Hendrastuti (2005), yakni : I x Analisis data pada pecobaan ini dilakukan dengan uji hipotesis t-test untuk menunjukkan perbedaan yang nyata pada kedua perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Efisiensi penularan virus mosaik tanaman nilam melalui serangga Myzus Persicae. Serangga dewasa Myzus persicae dapat memindahkan virus mosaik pada tanaman nilam dengan lama periode inkubasi berkisar antara 6 18 hari (Tabel 2 dan Gambar 3). Efektivitas dari aphid, M. persicae tersebut sebagai vektor ditunjukkan oleh kapabilitas 5 ekor serangga untuk menularkan virus pada tanaman nilam dan menghasilkan penularan 73.33 % pada periode makan akuisisi 48 jam pada tanaman terinfeksi, dan terjadi penularan 60 % pada nilam yang diinokulasi dengan serangga vektor yang diberi perlakuan periode makan akuisisi 24 jam pada tanaman terinfeksi.

Gambar 1. Karakteristik tanaman nilam terinfeksi virus mosaik yang ditularkan dengan vektor, M. persicae. (A) Tanaman nilam sehat, (B-D) dan variasi gejala mosaik pada hari 18 setelah inokulasi. 2. Persentase penularan virus mosaik Walaupun jumlah tanaman yang terinfeksi meningkat seiring lamanya periode inkubasi setelah penularan oleh vektornya, namun perlakuan makan inokulasi vektor yang berbeda pada tanaman sakit menunjukkan perbedaan tidak nyata dalam efisiensi penularan virus (Tabel 1). Tabel 1. Persentase penularan dan periode inkubasi virus mosaik pada tanaman nilam dengan dua periode waktu makan akuisisi serangga Myzus persicae pada hari 18 setelah inokulasi. Tanaman Nilam Periode Makan Inokulasi Tanaman Sakit/ Tanaman Uji Persentase Penularan (%) Periode Inkubasi ( hari) 24 9/15 60.00 7-18 48 11/15 73.33 6-18 t-hitung 2.00 t-tabel 0.05 = 2.920; 0.01 = 6.965 Keterangan: Nilai-nilai yang tidak diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji-t. Pembahasan Virus mosaik pada nilam yang diuji dalam penelitian diduga merupakan kelompok Potyvirus dan Fabavirus berdasarkan penampakan gejala di lapang dan hasil uji kisaran inang merupakan kelompok virus yang ditularkan oleh spesies kutu daun. Hal ini sejalan dengan laporan Noveriza et al. (2012) bahwa jenis virus yang banyak menyerang tanaman nilam di Indonesia adalah genus Potyvirus yaitu Telosma mosaic virus (TeMV). Anggota dari genus Potyvirus ditularkan oleh kutu daun secara nonpersisten dan menginfeksi banyak spesies tanaman monokotil dan dikotil (Shukla et al., 1998) dan sebagian juga ditularkan melalui benih yang berasal dari tanaman sakit (Gibbs et al., 2008). Beberapa ratus spesies kutu daun diketahui sebagai vektor dalam penyebaran Potyvirus dan kebanyakan berasal dari subfamily Aphidinae diantaranya yaitu beberapa spesies dari Aphis sp, Myzus sp dan Rhopalosiphum sp (Gibbs et al. 2008). Pembagian genus dalam famili tersebut berdasarkan penularan yang dilakukan oleh vektor pada virus tersebut dan karakteristik genom (Berger et al. 2005). Selain itu, virus yang termasuk kedalam genus Fabavirus juga dapat ditularkan oleh kutu daun secara non persisten dan dapat menyebabkan penyakit pada bagian tanaman dan buah (Kobayashi 2005). Selain itu, dapat juga ditularkan secara mekanis, namun tidak melalui benih. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini pengujian penularan virus dilakukan dengan menggunakan M. persicae.

Penularan virus mosaik dalam kelompok potyvirus pada beberapa kasus memperlihatkan bahwa efisiensi transmisi terjadi bilamana serangga makan segera melakukan periode makan inokulasi pada tanaman sehat setelah periode makan akuisisi pada tanaman terinfeksi (Shukla et al., 1994). Hal ini terlihat pula pada percobaan ini bahwa periode makan akuisisi yang panjang tidak berpengaruh terhadap efisiensi penularan pada tanaman uji (Tabel 1). Tanaman nilam yang diamati memperlihatkan gejala ditandai dengan munculnya belang-belang kuning dan atau hijau gelap pada pertulangan daun tanaman (Gambar 1). Persentase penularan virus tidak meningkat secara signifikan dengan periode makan akuisisi yang panjang. Inokulasi dan periode makan akuisisi pada penularan virus oleh kutu daun secara non-persisten hanya berlangsung singkat dan virus yang terhisap oleh kutu daun pada saat makan akuisisi hanya berada dibagian stilet dari serangga penular (Berger et al., 2005). Pendeknya masa inkubasi virus dalam jaringan tanaman mempercepat terbentuknya gejala awal pada tanaman terinfeksi. Menurut Agrios (2005), keparahan gejala yang diakibatkan oleh infeksi virus tergantung pada beberapa hal diantaranya umur tanaman pada saat terinfeksi, lingkungan yang sesuai untuk perkembangan virus, strain dan virulensi virus yang menyerang tanaman, serta keberadaan vektor serangga sebagai agen pembawa virus. Virus yang memiliki virulensi yang tinggi akan mampu melakukan replikasi dengan cepat di dalam sel tanaman (Goodman et al., 1986). Kemampuan virus melakukan replikasi juga ditentukan oleh respon tanaman. Menurut Fraser (1998) menyatakan bahwa tanaman yang imun dicirikan oleh ketidakmampuan virus untuk bermultiplikasi sehingga gejala tidak terjadi, sedangkan tanaman yang tahan dicirikan oleh kemampuan tanaman untuk membatasi perkembangan virus dalam sel tertentu sehingga virus tidak menyebar ke sel-sel yang lain (Matthews, 2002). Tanaman yang toleran terhadap virus adalah tanaman yang masih dapat terinfeksi, tetapi memiliki kemampuan bertahan terhadap keberadaan dan multiplikasi virus yang dapat ditunjukkan dengan berkurangnya gejala penyakit (Keller et al., 2000). Secara keseluruhan penelitian ini memerlukan pengujian lebih lanjut, misalnya melakukan deteksi dan diagnosis virus mosaik nilam dengan uji serologi dan teknik molekuler lainnya, seperti PCR dalam memberikan data akurat jenis virus yang menginfeksi nilam di Luwu Timur dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Selain itu, pengujian penularan virus dengan menggunakan berbagai vector perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi penularan virus ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan lapang pada pertanaman nilam di Kabupaten Luwu Timur dan pengujian penularan virus diduga bahwa gejala mosaik tersebut memiliki kemiripan dengan infeksi kelompok Potyvrus dan Fabavirus pada tanaman nilam. Penularan virus melalui serangga penular Myzus persicae menunjukkan bahwa periode makan akuisisi yang panjang tidak meningkatkan efisiensi penularan virus. Saran

Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan karakterisasi bio-ekologi dan molekuler virus mosaik nilam untuk menghasilkan akurasi data virus yang menginfeksi tanaman nilam di Sulawesi Selatan. DAFTAR PUSTAKA Ditjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jendral Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. Gallitelli, D. 1998. Present status of controlling Cucumber mosaic virus (CMV). in: Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa H (eds.) Plant Virus Disease Control. APS Press. pp: 507-523. Natsuaki, K.T., K. Tomaru, S. Ushiku, Y. Ichikawa, Y. Sugimura, T. Natsuaki, S. Okuda Noveriza et al., 2012. Potyvirus Associated With Mosaic Disease On Patchouli (Pogostemon cablin (Blanco) Benth.) Plants In Indonesia. Vol. 18, No. 1:131-146 (2012) Noveriza, R., Suastika, G., Hidayat, S.H., dan Kartosuwondo, U. 2010. Identification of A Potyvirus Associated with Mosaic Disease on Patchouli Plants in Indonesia (Abstract). ISSAAS International Congress 2010 Agricultural Adaptation in Response to Climate Change ; Denpasar, 14-18 November 2010: 227-273(17). Wahyuno, D. 2010. Pengelolaan Perbenihan Nilam Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Budok (Synchytrium pogostemonis). Perspektif Vol. 9 No. 1. Hlm 01 11 Singh, M.K., V. Chandel, V. Hallan, R. Ram and A.A. Zaid. 2009. Occurrence of Peanut stripe virus on patchouli and raising of virus-free patchouli plants by meristem tip culture. Journal of Plant Diseases and Protection 116 : 2-6. Sukamto, I.B. Rahardjo, dan Y. Sulyo. 2007. Detection of potyvirus on patchouli plant (Pogostemon cablin Bent.) from Indonesia. Proceeding International Seminar on Essential Oil. Jakarta, 7-9 November 2007. hlm. 72-77.