BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada area bekas tambang batu bara Kecamatan Lahei Barat Barito Utara. tempat pengambilan sampel penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB V PEMBAHASAN. dari alam. Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN PERKEBUNAN SAWIT DESA TRINSING KECAMATAN TEWEH SELATAN KABUPATEN BARITO UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu dikawasan Hutan Sungai Teluk Sahang (berdasarkan wilayah sampling. 1. Menuju Lokasi Penelitian Menyusuri Sungai Rungan

BAB V PEMBAHASAN. paku-pakuan (Pterydophyta) dan divisio tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

BAB V PEMBAHASAN. dibandingkan secara akuatik dan teresterial. familia yang mampu beradaptasi pada daerah dataran rendah seperti

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB V PEMBAHASAN HASIL INTEGRASI SAINS. herba yaitu : Talas, singkong,, kangkung, patikan kebo, pandan, rimbang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Barat oleh Annisa, Nursyahra dan Abizar. Berdasarkan penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

Data Faktor Klimatik dan Edafik pada Berbagai Ketinggian ( 1180 m dpl 1400 m dpl ) di Kawasan Hutan Bebeng, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai situasi dan kejadian. Menggunakan metode survei dengan teknik

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE : Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan PT. CPI Rumbai Provinsi Riau Berdasarkan Karakter Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDHOPHYTA) DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN DHOLO, KABUPATEN KEDIRI

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda merupakan tanaman herba aquatic yang termasuk dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

DAVALLIACEAE (PTERIDOPHYTA) DI BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS-SIAK PROVINSI RIAU Eka Indra H 1, Nery Sofiyanti 2, Dyah Iriani 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. 110º BT - 110º dan 07º LS, sedangkan secara. longitudinal yang melewati Jawa (Anonim, 2005).

INVENTARISASI TUMBUHAN PAKU DI KAMPUS I UNIVERSITAS MEDAN AREA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari hutan belantara seluas km 2, rawa-rawa km 2, sungai,

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan secara umum merupakan permukaan tanah atau air yang sederhana

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah

Cynodon dactylon (L.) Pers.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun berasal dari bagian utara India kemudian masuk wilayah

BAB I PENDAHULUAN. kuasa dan kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari hutan belantara seluas km 2, rawa-rawa 18,115 km 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa trinsing terletak di Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. Keadaan tofografi desa Trinsing memiliki bentuk permukaan tanah yang bertekstur pasiran dan tanah liat, tanah berdataran rendah dan sebagian wilayah mempunyai tanah dataran tinggi. Kecamatan Teweh Selatan Ibukotanya Trahean dengan 10 Desa jumlah penduduknya 18.918 jiwa. Kecamatan Teweh Selatan memiliki wilayah administratif yang meliputi 10 Desa Defenitif, antara lain : Desa Buntok Baru, Desa Butong, Desa Bintang Ninggi I, DesaBintang Ninggi II, Desa Bukit Sawi, Desa Tawan Jaya, Desa Pandran Permai, Desa Trahean, Desa Pandran Raya, dan Desa Trinsing. Berdasarkan data dari profil Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara, Berbatasan dengan Wilayah : Bagian Wilayah Utara : Kecamatan Teweh Baru Dan Teweh Tengah Bagian Wilayah Selatan : Kecamatan Montalat Dan Gunung Timang Bagian Wilayah Barat Bagian Wilayah Timur : Kecamatan Teweh Tengah : Kecamatan Teweh Baru

2 Batas-batas wilayah penelitian lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1 Peta Kecamatan Teweh Selatan B. Deskripsi Data Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kawasan perkebunan sawit desa Tringsing Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara pada tanggal 16 Mei sampai dengan 16 Juli 2015, ditemukan 5 (lima) marga. Penelitian inventarisasi tumbuhan paku-pakuan ( pteridophyta ) yang telah dilakukan dikawasan perkebunan sawit desa trinsing, peneliti berhasil menemukan sebanyak 5 (lima) jenis tumbuhan paku-pakuan. Adapun 5 jenis tumbuhan paku-pakuan tersebut adalah : Asplenium nidus L., Pityrogamma calomelonas (L) Link., Gleichania linearis., Nephrolepis biserrata., Stenochlaena palustris Bedd.

3 No Tabel 4.2 Pengamatan Tumbuhan Paku Pterodophyta Berdasarkan Ciri Morfologinya Karakter Spesies 1 2 3 4 5 1 Habitat tanah Habitat air Habitat pohon (epifit) 2 Sistem perakaran - Akar rimpang serabut - Akar serabut 3 Batang - Batang bulat - Batang pipih 4 Tinggi tumbuhan 7-30 cm 1 m 1 m 50 cm 1 m 5 Arah tumbuh - Tegak lurus - Menjalar 6 Bentuk daun - Bentuk bangun lanset - Bentuk memanjang - Bentuk jarum - Bentuk jantung 7 Tepian daun - Bergigi - Rata - Beringgit - Berombak - Bergerigi - Menyirip 8 Ujung daun - Runcing - Meruncing - Tumpul 9 Pangkal daun - Membulat - Berlekuk - Rata 10 Permukaan daun - Licin - Berbulu 11 Letak spora - Bawah daun - Tepi daun - Ujung daun

4 12 Bentuk sorus Garis Berbaris Bulat Bulat Garis Benang C. Deskripsi Jenis-Jenis Tumbuhan Paku-pakuan (Pteridophyta) Kelas Filicinae Diperoleh pada Kawasan Perkebunan Sawit Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara Hasil inventarisasi tumbuhan paku-pakuan yang berhasil di inventarisasi selama penelitian yang dilakukan di Kawasan Perkebunan Sawit Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara pada bulan Mei sampai dengan Juli berhasil menemukan jenis tumbuhan paku-pakuan sebanyak 5 jenis. Berikut ini deskripsi dan klasifikasi untuk masing-masing jenis tumbuhan paku-pakuan yang ditemukan. 1. Spesimen 1 Gambar Hasil Penelitian Gambar Pembanding a b 1 Gambar 4.3 Gambar Spesiemen 1 Asplenium nidus L Deskripsi Habitat tumbuhan paku-pakuan ini adalah pada pohon yang besar (epifit). Tumbuh pada sisi pohon yang mengarah pada datangnya cahaya matahari. Selain bersifat efifit tumbuhan paku-pakuan ini juga di temukan tumbuh di tanah. Salah satunya, yakni ditemukan di area perkebunan sawit 1 http://id.wikipedia.org/wiki.tumbuhan paku. (Online 5 September 2015)

5 yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ciri dari jenis tumbuhan pakupakuan jenis ini diantaranya adalah berdaun tunggal dan mempunyai ukuran bervariasi, dari yang berukuran besar dengan panjang sekitar 150 cm, lebar 25-30 cm, sedangkan ukuran kecil bekisar dengan panjang sekitar 7 cm dan lebar 2-3 cm. Perawakan herba, mempunyai rimpang yang berwarna coklat agak gelap. Ujung daun meruncing, tepian daun berombak, licin dan mengkilat, daun tidak dapat lepas dari rimpang, menyirip atau menyirip ganda, uraturat daun bebas atau bersambungan dengan tulang tepi. Warna daun bagian bawah lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang daunnya. Tata letak daun berkarang, sorusnya bergaris atau sempit memanjang, terletak di samping tulang cabang. Paku tanah atau efipit yang paling umum di Indonesia yaitu asplenium nidus (paku sarang). 2 Berdasarkan deskripsi diatas, spesimen tumbuhan paku-pakuan epifit tersebut diindentifikasi dengan cara mencocokan dengan deskripsi dan gambar. Sehingga diketahuai klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division : Pteridophyta Classis : Filicinae Ordo : Filicales Familia : Polypediaceae Genus : Asplenium 2 Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014, h. 267.

6 Spesies : Asplenium nidus L 2. Spismen 2 Gambar Hasil Penelitian Gambar Pembanding a b 3 Gambar 4.4 Gambar Spesimen 2 Pityrogamma calomelonas (L) Link Deskripsi Tumbuhan paku-pakuan ini hidup di tanah (paku teresterial), perawakan berupa herba, akar serabut, batang pokok ada tetapi tidak tampak, tumbuh arah tegak lurus, bercabang 2, membentuk rimpang. Daun tersusun majemuk menyirip hingga ganda, bagian bawah anak daunnya bertabur serbuk sejenis lilin berwarna putih perak atau kuning emas. Tata letak berumpun, bentuk daun oval memanjang, daun bertangkai 15 30 cm, tepi daun berbagi menyirip, ujung runcing, pangkal rata, warna hijau. Daun 1 macam (daun fertil). Daun bertangkai pendek. Sporangium bulat, membentuk sorus. Sorus berbentuk barisan yang tersebar pada permukaan bawah daun. Spora membentuk oval. 4 3 http://id.wikipedia.org/wiki.tumbuhan paku. (Online 5 September 2015) 4 Rismunandar dan Maudy Ekowati, Tanaman Hias Paku-Pakuan, Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1991, h. 76-77.

7 Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisio : Pteridophyta Classis : Filicinae Ordo : filicales Familia : polypodiaceae Genus : Pityrogamma Spesies : Pityrogamma calomelanos (L) Link. 3. Spesimen 3 Gambar Pembanding Gambar Hasil Penelitian a b 5 Gambar 4.5 Gambar Spesimen 3 Gleichenia Linearis (Burn.) Clarke. Deskripsi Tumbuhan paku ini hidup di tanah (paku teresterial), perawakan berupa perdu. Akar rimpang serabut, batang pokok terlihat jelas dan 5 http://id.wikipedia.org/wiki.tumbuhan paku. (Online 5 september 2015)

8 tumbuh tegak lurus. Daun tersusun majemuk, menyirip, betuk daunnya memanjang, dan ujung daun meruncing. Tangkai daun majemuk membentuk garpu, setiap tangkai garpu membentuk lagi garpu bercabang dua, berdaun dan letaknya melintang. Memiliki spora di bagian bawah daun. 6 Memiliki sorus berbentuk bulat dan sorus hanya mengandung sedikit sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan suatu celah membujur. Paku ini mempunyai sisik-sisik. Sorus tidak tertutup oleh indisium. 7 Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisio : Pteridophyta Classis : Filicinae Ordo : Filicales Familia : Gleicheniaceae Genus : Gleichenia Spesies : Gleichenia linearis (Burn). 6 Ibid., h. 96-97. 7 Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, h. 258-259.

9 4. Spesimen 4 Gambar Pembanding Gambar Hasil Penelitian a b 8 Gambar 4.6 Gambar Spesimen 4 Nephrolepis biserrata Deskripsi Habitat tumbuhan paku-pakuan ini adalah pada cabang pohon (efipit) yang tidak tinggi, terdapat pada daerah terbuka dengan kelembaban rendah, dapat juga tumbuh secara teresterial. Tumbuh pada sisi pohon yang mengarah pada datangnya cahaya matahari. Perawakan herba, akar serabut, batang pokok ada tetapi tidak tampak dan tumbuh tegak lurus. Tangkai daunnya berwarna sawo matang, panjang 10-50 cm. helai daun majemuk menyirip, panjangnya lebih dari 50 cm dan lebarnya lebih dari 15 cm, karena panjangnya menggelantung. Anak Daun yang msih muda berbulu halus. Daun yang steril pinggir daunnya utuh atau agak bergerigi, yang menghasilkan sporangium bentuknya lebih kecil. 9 Memiliki sorus 8 http://id.wikipedia.org/wiki.tumbuhan paku. (Online 5 september 2015) 9 Rismunandar dan Maudy Ekowati, Tanaman Hias Paku-Pakuan, h. 55-57.

10 bulat atau bangun garis, pada sisi bawah daun sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi daun. 10 Klasifikasi Kingdom : Plantae Diviso : Pteridophyta Classis : Filicinae Ordo : Filicales Familia : Polypodiaceae Genus : Nephrolepis Spesies : Nephrolepis biserrata 5. Spesimen 5 Gambar Pembanding a b 11 Gambar 4.7 Gambar Spesimen 5 Stenochlaena palustris Bedd 10 Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta, h. 265. 11 http://id.wikipedia.org/wiki.tumbuhan paku. (Online 5 september 2015)

11 Deskripsi Tumbuhan paku ini hidup di tanah (paku teresterial), perawakan berupa herba. Memiliki akar serabut hingga bercabang 2-3. Batang pokok ada tetapi tidak tampak, tumbuh menjalar dan juga tegak lurus, tidak bercabang. Membentuk rhizoma dan rimpang. Daun tersusun majemuk menyirip dan bergerigi. Tata letak berumpun, bentuk daun memanjang, daun bertangkai berukuran 10-25 cm, tepi daun berbagi menyirip, ujung runcing, pangkal tumpul dan berwarna hijau. Anak daun letaknya menyirip berseling, berbentuk lanset, daun bertangkai pendek, tepi daun bergerigi halus, ujung meruncing, pangkalan membulat. Sporangium berbentuk bulat atau oval membentuk sorus. Sorus berbentuk benang terletak di permukaan bawah atau seluruh permukaan anak daun dan spora berbentuk oval. 12 Tumbuhan paku ini mampu hidup di atas daerah yang lembab, becek, dan teduh hutan rawa atau yang lain, teepi hutan bahkan selokan, kerap kali membentuk selimut batang yang rapat. 13 12 Observasi tumbuhan paku-pakuan di perkebunan kelapa sawit desa trinsing kabupaten barito utara. 2 Mei 2015. 13 C.G.G.J. Van Steenis, Flora, Terjemahan Moeso Surjowinoto, dkk, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006, h. 81.

12 Klasifikasi Kingdom : Plantae Diviso : Pteridophyta Classis : Filicinae Ordo : Filicales Familia : Polypodiaceae Genus : Stenochlaena Spesies : Stenochlaena palustris Bedd D. Analisis Data 1. Spesies Tumbuhan Paku-pakuan yang ditemukan Berdasrkan hasil indentifikasi dwengan membandingkan sepsies dan gambar dengan Taksonomi Tumbuhan (Gembong Tjitrosoepomo, 2014), Tanaman Hias Paku-pakuan (Rismunandar dan Ir.Maudy Ekowati, 1991), C.G.G.J Van Steenis Flora (Moeso Surjowinoto, 2006), membandingkan dengan skripsi Diah Irawati Dwi Arini dan Julianus Kinto, Ahmad Dwi Setyawan, dkk, serta referensi-referensi yang relevan lainnya. Maka dari kegiatan penelitian ini diindentifikasikan 5 spesies tumbuhan paku yang ditemukan berdasarkan 4 lokasi sampling pengambilan spesimen yang sudah ditentukan secara bertahap, dapat dilihat pada tabel 4.8 Berikut :

13 Tabel 4.8 Jenis-Jenis Tumbuhan Paku Di Kawasan Perkebunan Sawit Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara No Spesies 1 Asplenium Nindus L 2 Pityrogamma Calomelonas (L) Link 3 Gleichania linearis 4 Neprolephis biserrata 5 Stenochlaena palustris Bedd Tempat Pengambilan Sampel Habitat Keterangan I II III IV - - + - Tanah Teresterial - - + - Tanah Teresterial + - + + Tanah Teresterial + + + + Pohon sawit - + - - Air dan tanah Epifit Akuantik/teresteri al Keterangan : + : Ditemukan _ : Tidak Ditemukan 2. Analisis Data Untuk Setiap Jenis Dan Seluruh Jenis Dengan Menggunakan Rumus Indeks Dominansi Jenis ( C ) Analisis data hasil untuk mengetahui perhitungan setiap jenis dan seluruh jenis, berdasarkan masing-masing 4 wilayah sampling yang sudah ditentukan secara bertahap dengan menggunakan Rumus Indeks Dominansi Jenis ( C ). Adapun hasil perhitungannya sebagai berikut :

14 Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Jumlah Perhitungan Untuk Tiap Jenis Data Seluruh Jenis No Tempat Ditemukan Spesies Ni ni/n 1 Wilayah Sampling I Gleichania linearis Neprolephis biserrata 2 0,22222 2 Wilayah Sampling II 3 Wilayah Sampling III 4 Wilayah Sampling IV Neprolephis biserrata Stenochlaena palustris Bedd Asplenium Nindus L Gleichania linearis Neprolephis biserrata Neprolephis biserrata Gleichania linearis 2 0,22222 3 0,33333 2 0,22222 9 1 Indeks Dominansi Jenis ( C ) : C = n₁ N )2 + n₁ N )2 + ( n₁ N )2 + ( n₁ N )2 Keterangan : = ( 2 9 )2 + ( 2 9 )2 + ( 3 9 )2 + ( 2 9 )2 = ( 0,222 ) 2 + ( 0,222 ) 2 + ( 0,333 ) 2 + ( 0,222 ) 2 = ( 0,0499 ) + ( 0,0499 ) + ( 0,1199 ) + ( 0,0499 ) = 0,2696 D = 1 C = 1 0,2696 = 0,7304 C = Indeks dominansi jenis ( 0-1 ) ni = Jumlah individu/jenis ke i N = Jumlah total individu

15 Jadi, dapat diambil kesimpulan jika indeks dominansi jenis mendekati 1, maka komunitas didominansi oleh jenis atau spesies tertentu. 3. Diagram Batang Berdasarkan Wilayah Sampling Tumbuhan Paku Yang Paling Dominan Ditemukan Berdasarkan tabel 4.9 dari uraian diatas, dapat dibuat skema diagram batang berdasarkan 4 wilayah sampling yang sudah di tentukan secara bertahap, tumbuhan paku yang paling dominan ditemukan pada wilayah sampling yaitu : 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Wilayah sampling I Wilayah sampling II Wilayah sampling III Wilayah sampling IV Wilayah sampling I Wilayah sampling II Wilayah sampling III Wilayah sampling IV Grafik Batang 4.10 Spesimen Tumbuhan Paku Berdasarkan Masing-Masing Wilayah Yang Paling Dominan Ditemukan Tumbuhan Paku.

16 E. Pembahasan Allah SWT telah menciptakan alam semesta beserta sumber daya alam yang sangat melimpah yang diperuntukkan bagi seluruh makhluk-nya untuk hidup yang berkelanjutan. Manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam. Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling membutuhkan, saling terkait dengan makhluk yang lain. Oleh karena itu ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam agar manusia bisa mengelola alam ini sebagaimana mestinya. Islam memandang ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi dan tingkat kebenaran mutlak. Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan, oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikkan kembali. Oleh karena itu sains bagaimana pun juga memerlukan agama paling tidak ketika berbicara tentang lingkungan dan alam sekitarnya. 14 Penelitian inventarisasi tumbuhan paku-pakuan ( pteridophyta ) yang telah dilakukan dikawasan perkebunan sawit desa trinsing, peneliti berhasil menemukan sebanyak 5 (lima) jenis tumbuhan paku-pakuan. Adapun 5 jenis tumbuhan paku-pakuan tersebut adalah : Asplenium nidus L., Pityrogamma calomelonas (L) Link., Gleichania linearis., Nephrolepis biserrata., Stenochlaena palustris Bedd. 14 Akhmad Supriadi dan Jumrod, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Publiser. 2013 h.17.

17 Jumlah 5 jenis tumbuhan paku-pakuan yang ditemukan pada penelitian ini relatif sedikit bila dibandingkan dengan jumlah jenis tumbuhan paku yang telah diindentifikasi di Indonesia. Akan tetapi jika jumlah 5 jenis ini bila diukur secara proporsional, yaitu hanya mencakup luas wilayah kurang dari 1 hektar (luas areal kebun sawit yang diteliti), maka keanekaragaman jenisnya termaksuk tinggi. Kawasan perkebunan sawit desa trinsing merupakan kawasan perkebunan yang sangat lebat oleh pepohonan kelapa sawit, kawasan perkebunan sawit ini sangat cocok untuk tumbuhnya tumbuhan paku-pakuan dan proses kelangsungan hidup tumbuhan paku-pakuan. Namun, dalam hal ini setelah dilakukannya penelitian terdapat perbedaan pada masing-masing habitat tumbuhnya tumbuhan paku-pakuan, kebanyakan di kawasan ini hidupnya tumbuhan paku-pakuan secara teresterial, dibandingkan secara epifit. Dari hasil penelitian 5 jenis tumbuhan paku-pakuan (pteridophyta) ini ditemukan 1 jenis tumbuhan paku habitatnya dipohon (efipit) yaitu : Nephrolepis biserrata. Sedangkan habitat hidupnya ditanah ditemukan 4 jenis tumbuhan paku yaitu : Asplenium nidus L,. Pityrogamma calomelonas (L) Link., Gleichania linearis., Stenochlaena palustris Bedd. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 5 jenis tumbuhan paku yang tercatat dari kegiatan eksplorasi dapat dikelompokkan ke dalam 5 famili. Famili Polypodiaceae memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu 4 jenis,

18 diikuti oleh Famili Gleicheniaceae sebanyak 1 jenis, beberapa spesies yang tercakup dalam dua family tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri. Selama berselang waktu 6 hari penelitian dengan batas waktu 1 minggu tersebut perolehan tumbuhan paku-pakuan berturut-turut selama 6 hari yaitu : pada family Polypodiaceae diperoleh sebanyak Asplenium nidus L = 1 Tumbuhan, Pityrogamma calomelonas (L) Link = 7 Tumbuhan, Gleichania linearis = 46 Tumbuhan, Stenochlaena palustris Bedd = 83 Tumbuhan, dan sedangkan Nephrolepis biserata = 246 tumbuhan. Tabel 3.6 menunjukan bahwa sebagian besar jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dikawasan diperkebunan sawit desa trinsing merupakan tumbuhan paku yang habitat hidupnya di tanah (paku teresterial), yang berjumlah 4 jenis tumbuhan paku yaitu : Asplenium nidus L, Pityrogamma calomelonas (L) Link, Gleichania linearis, Stenochlaena palustris Bedd. Lebih banyaknya jumlah jenis tumbuhan paku pada habitat tanah (paku teresterial) ini disebabkan jenis tumbuhan paku tersebut telah mampu beradaptasi dengan kondisi tanah setempat, yaitu tanah liat bergambut, yang Ph-nya antara 4,0 5,0. Jenis tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangnya keanekaragaman jenis paku pada suatu wilayah, karena tanah merupakan substart hidup utama bagi semua tumbuhan, tidak terkecuali tumbuhan paku-pakuan. Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah

19 jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat obatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan. Loveless (1989) dalam Asbar (2004) menjelaskan bahwa tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai. 15 Sedangkan pada habitat pohon (paku epifit) hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan paku, yaitu : Nephrolepis biserrata. Hal ini disebabkan pohonpohon kelapa sawit yang tumbuh pada wilayah perkebunan merupakan sebagai tanaman tumbuhan yang dirawat dan dimanfaatkan sebagai perkebunan sawit yang hasil akhirnya akan menjadi minyak. Sehingga sewaktu-waktu dilakukan pembersihan terhadap tumbuhan efipit yang dianggap menganggu kelangsungan hidup pohon kelapa sawit dan dalam pemetikan panen buah kelapa sawit. 15 Diah Irawati Dwi Arini dan Julianus Kinho, Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara, t.tp. h. 17-18.

20 Tumbuhan epifit merupakan salah satu kekayaan hayati yang belum banyak diungkapkan, sehingga pemanfaatannya terbatas sekali. Biodiversitas tumbuhan epifit pada tegakan pohon, selain dipengaruhi factor mikroklimat juga dipengaruhi spesies pohon inangnya, karena setiap pohon inang memiliki kekhasan dalam bentuk kanopi, ketinggian batang, proses biokimiawi dan lain-lain. Tumbuhan epifit hidup menempel pada batang tumbuhan lain atau bebatuan. Tumbuhan ini mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang di bawa ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain. Tumbuhan ini melimpah di tempat yang cukup curah hujan, di sekitar mata air, sungai atau air terjun. Bentuk kehidupan epifit didominasi oleh Bryophyta, Pterydophyta dan Orchidaceae (Steenis, 1972). 16 F. Pembahasan Grafik Batang 4.1 Pada tabel 3.7 diatas dapat dibuat grafik batang, dimana terdapat perbedaan tiap-tiap masing wilayah sampling tumbuhan paku yang ditemukan yaitu dengan grafik batang berwarna merah, kuning dan biru dengan jumlah nilai spesies terendah adalah (2), yang terdapat pada wilayah sampling I,II dan IV, grafik batang yang berwarnah hijau dengan jumlah nilai spesies tertinggi adalah (3), terdapat pada wilayah sampling III. Jadi tumbuhan paku-pakuan yang paling dominan ditemukan pada grafik batang berwarna hijau dengan jumlah spesies adalah (3), yang terdapat pada 16 Ahmad Dwi Setyawan, Tumbuhan Epifit pada Tegakan Pohon Schima wallichii (D.C.) Korth. di Gunung Lawu, h. 14.

21 wilayah sampling III dan dihitung menggunakan rumus Indeks Dominansi Jenis (C) didapatkan (0,7304). Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan, tumbuhan pakupakuan yang paling dominan ditemukan yaitu pada wilayah sampling III (daerah dataran tinggi perkebunan sawit). G. Integrasi Islam dan Sains berkaitan dengan Tumbuhan paku-pakuan (pteridophyta) Islam memandang ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi dan tingkat kebenaran mutlak. Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan, oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikkan kembali. Oleh karena itu sains bagaimana pun juga memerlukan agama paling tidak ketika berbicara tentang lingkungan dan alam sekitarnya. 17 Menurut pandangan Islam alam beserta isinya bukan hanya benda yang tidak berarti apa-apa selain dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Alam beserta isinya dalam pandangan Islam adalah tanda keberadaan Sang Pencipta. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: 17 Akhmad Supriadi dan Jumrod, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Publiser. 2013 h.17.

22 Artinya: Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orangorang yang yakin. (QS. Adz-Dzariyat (51) : 20). 18 Ayat di atas memberikan informasi bahwa di alam terdapat banyak sekali sesuatu yang Allah pertunjukkan kepada manusia agar sekiranya mampu berpikir, menelaah dan mendalami serta meneliti sehingga menambah keyakinan atas kekuasaan-nya. Salah satu tanda kekuasaan Allah yang ada di alam ialah adanya tumbuhan paku-pakuan yang terdapat di Wilayah Perkebunan Kelapa Sawit Desa Trinsing Kecamatan Teweh Baru Kabupaten Barito Utara dengan keanekaragamannya merupakan salah satu bukti kekuasaan-nya. Menurut ilmu pengetahuan, tumbuhan paku-pakuan ini sebagiannya dapat dikonsumsi, dapat dijadikan bahan pengobatan dan sebagiannya lagi manfaatan tumbuhan paku-pakuan ini belum diketahui. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S Thaahaa: 53 yang berbunyi: Artinya : Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam. (Q.S. Thaahaa:53) 19 18 Qs. Adz-Dzariyat [51]: 20. 19 Qs. Thaahaa [20]: 53.

23 Ayat di atas menyatakan bahwa, Allah SWT telah menciptakan bumi ini sebagai hamparan dan menjadikan sebagian kecil lainnya gunung-gunung untuk menjaga kestabilan bumi dan Allah juga yang telah menjadikan bumi ini jalan-jalan yang mudah ditempuh, serta Allah juga yang telah menurunkan dari langit air hujan sehingga tercipta sungai-sungai dan danau, lalu ditumbuhkan dari air itu bermacam-macam jenis tumbuhan dan bermanfaat untuk kelanjutan hidup makhluk ciptaan-nya. 20 H. Aplikasi dengan Dunia Pendidikan Penelitian ini berkaitan dengan mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah (BTR) terkait dengan bahasan tumbuhan paku-pakuan (pteridophyta). Spesimen tumbuhan paku-pakuan dalam bentuk herbarium dapat dijadikan sebagai koleksi sebagai penunjang mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah tersebut. Selain itu untuk mengenal perbedaan antara akar, batang dan daun (morfologi luar) yang dapat dijadikan sebagai penunjang mata kuliah Morfologi Tumbuhan, dan sebagai pengenal dasar-dasar tumbuhan dalam mata kuliah Biologi Umum. yang dapat diaplikasikan dalam pengayaan bahan ajar dan praktikumnya. Herbarium merupakan sampel tumbuhan yang dikeringkan. Herbarium berguna di dalam pengenalan dan indentifikasi jenis-jenis tumbuhan. Herbarium yang baik adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan yang representative, yaitu organ-organ yang penting untuk 20 M. Quraisi Shihab, Tafsir Al Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur an),jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 604-606.

24 indentifikasi. Pada tumbuhan tingkat rendah organ-organ tersebut adalah spora atau kumpulan-kumpulan spora dan bagian-bagian tertentu spesifik. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi bagian-bagian tersebut berupa bunga, buah, dan biji karena dasar klasifikasi tumbuhan tersebut adalah struktur bunga. Karena sampel yang berupa bunga adalah syarat utama untuk berhasilnya indentifikasi sampai ke tingkat suku atau spesies. Sedangkan organ-organ lain seperti akar, batang dan daun sifatnya adalah tambahan. Material herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan koleksi untuk kepentingan penelitian dan indentifikasi, hal ini dimungkinkan karena pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan dapat bertahan lama. Adapun manfaat dari herbarium ini yaitu : 1. Sebagai pusat koleksi herbarium tumbuhan sebagai data otentik kegiatan penelitian dibidang botani, ekologi, taksonomi tumbuhan dan etnobotani. 2. Sebagai pelayanan indentifikasi tumbuhan kepada pihak yang memerlukan. 3. Sebagai pelatihan untuk mengenal tumbuhan dan memberikan saran mengenai herbarium kepada instansi lain dan perguruan tinggi. 4. Sebagai pusat referensi yang merupakan sumber utama untuk indentifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pencinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam. 5. Sebagai lembaga dokumentasi, koleksi yang mempunyai nilai sejarah.

25 6. Sebgai material peraga pelajaran. 7. Sebagai material pertukaran antara herbarium diseluruh dunia. 8. Sebgai bukti tentang keberadaan dan keanekaragaman suatu jenis tumbuhan di suatau pulau wilayah atau suatu tempat. 9. Sebagai spesimen acuan untuk publikasi spesies baru.