BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Suatu format Undang-Undang 20 Tahun 23 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin serta menggali

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

menyatakan bahawa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI di

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

Oleh: Imran (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian Dosen Pendidikan Sosiologi.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik agar meraih cita-citanya dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

SURVEI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB II KERANGKA TEORI. oleh Zahrotun Nur Jannah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 3. menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi dari seorang guru sangat

MOTIVASI MAHASISWA ANGKATAN JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG TERHADAP PROFESI GURU PKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki peserta didik tersebut. Guru adalah orang yang paling berpengaruh

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik. Bagi masyarakat yang kurang maju atau tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan lainnya. Pembangunan pendidikan digunakan sebagai suatu wahana proses transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi kehidupan system social yang terkenanya dapat meningkat atau menjadi lebih baik. 1 Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di dalam maupun di luar sekolah. Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran dan bukan sekadar suatu proses dari pengajaran itu sendiri. 2 1 Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten dan Profesional, Jakarta, Bee Media Indonesia, 2012, h. 7 2 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, h. 42-43 1

2 Sesuai dengan pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pada ayat ke satu disebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 3 Kompetensi yang dinyatakan pada ayat satu, disebutkan pada ayat ke tiga bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. 4 Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan Undang-Undang Guru dan Dosen. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. 5 Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal. Dalam syari at Islam, meskipun tidak terpaparkan secara jelas, namun terdapat hadits yang menjelaskan bahwa segala sesuatu itu harus dilakukan oleh ahlinya (orang yang berkompeten dalam tugasnya tersebut). Defenisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu 3 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru-Apa, Mengapa dan Bagaimana? (Bandung : YRAMA WIDYA, 2008), h.190. 4 Farida Sarimaya, Op. Cit, h. 191 5 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Cet. 3, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h.25

3 pekerjaan. Sedangkan defenisi kedua menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (k arakteristik) orangorang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan dan sebagainya. Untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Kemudian defenisi ketiga lebih jauh lagi, ialah bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan. 6 guru meliputi : Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian 1. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2. Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja. 3. Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4. Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5. Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 7 45 6 Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, Bandung, Alfabeta, 2009, h. 44-7 Farida Sarimaya, Op.Cit.h.18

4 Mengenal pentingnya kepribadian guru, maka seorang psikolog terkemuka menegaskan: "Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). 8 Jadi kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan seorang guru sebagai pembimbing dan pendidik, guru juga berperan sebagai panutan/figur dalam pendidikan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru PAI diharapkan memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis dan sesuai dengan pelajaran yang diajarkannya yaitu nilai-nilai ajaran Islam. Kegiatan belajar dan mengajar kurang atau bahkan tidak dapat tercapai apabila guru tidak memiliki kepribadian yang baik dan ideal. Jadi kepribadian guru memang diperlukan sebagai suatu kompetensi yang harus dimilikinya dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Pengertian kepribadian dari sudut pandang psikologi hendaknya dilihat dari berbagai teori yang muncul dari beberapa ahli, diantaranya: 1. Gordon Allport : Kepribadian adalah organisasi dinamik dari sistem psikofisik yang menentukan model penyesuaian individu dengan lingkungannya. 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet-14 : Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.225-226.

5 2. Afred Adler : Kepribadian adalah suatu konfigurasi motif, sifat serta nilainilai yang khas yang menjadikan corak khas gaya kehidupan yang bersifat individual. 3. Henry Murray : Suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional. 4. Guliford : Pola trait-trait yang unik dari seseorang. 5. Phares : Pola Khas dari pikiran, perasaan dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi. 9 Begitu banyaknya defenisi kepribadian serta penonjolan aspek yang berbeda, membuat kesulitan dalam memahami defenisi tersebut. Namun dari berbagai defenisi tersebut terdapat beberapa persamaan yang menjadi cirri dan defenisi kepribadian, yaitu : 1. Kepribadian bersifat umum yakni bahwa kepribadian menunjuk pada sifatsifat umum yang dimiliki oleh seseorang. Fikiran, kegiatan, perasaan yang berpengaruh terhadap totalitas tingkah laku. 2. Kepribadian bersifat khas yakni kepribadian menunjukkan bagaimana individu berbeda dengan individu lainnya. 3. Kepribadian berjangka lama yakni menggambarkan sifat individu yang bertahan lama dan tidak mudah berubah. 4. Kepribadian bersifat kesatuan yakni gambaran bahwa kepribadian 2008, h. 3 9 Yulita Kurniawaty Asra, Psikologi Kepribadian I, Pekanbaru, Al-Mutjahadah Press,

6 merupakan suatu unit tunggal, struktur yang membentuk kesamaan dan konsisten. 5. Kepribadian bisa berfungsi baik atau buruk yakni bahwa kepribadian adalah cara seseorang menghadapi dunia menjelaskan bagaimana dan mengapa orang bertingkah laku. 10 Dalam penelitian ini hanya akan penulis masukan salah salah satu jenis kompetensi saja, yakni kompetensi kepribadian, dan sama sekali tidak bermaksud untuk mengesampingkan pentingnya ketiga kompetensi lainnya. Tingkah laku merupakan realisasi sikap yang terbentuk dalam jiwa seseorang. Sebagai seorang pelajar, siswa dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Norma dalam kehidupan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi tolak ukur bagi tingkah laku seseorang. Jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan diterima. Sebaliknya jika tingkah laku tersebut bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai buruk dan ditolak. Tingkah laku yang menyalahi norma itu disebut sebagai tingkah laku yang menyimpang. 11 Guru adalah seseorang yang harus digugu dan harus ditiru, khususnya oleh murid. Sebagai seseorang yang harus digugu dan ditiru dengan sendirinya mensyaratkan secara internal seorang guru harus memiliki kepribadian dan perilaku yang baik, bukan hanya dalam kaitannya dengan tradisi, kesopanan, dan unggah-ungguh di masyarakat setempat, akan tetapi juga nilai-nilai 10 Ibid, h. 4 11 Jalaludin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h. 251

7 keagamaan Islam. Sebagai seorang guru yang professional tidak ada alasan lain kecuali berakhlak yang mulia baik dalam kaitannya dengan orang lain (murid dan masyarakat), diri sendiri, lingkungan ( alam sekitar), dan tentunya dengan Allah. Berakhlak baik dengan Allah belum menjadi jaminan bahwa sang guru telah berakhlak baik dengan masyarakat, dengan dirinya atau dengan lingkungan. 12 Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru, penulis menemukan bahwa di dalam lembaga pendidikan ini masih terdapat gejala-gejala sebagai berikut: 1. Masih ada guru yang merokok di kawasan sekolah 2. Masih ada guru yang tidak memberikan nasehat ketika siswa berbuat salah 3. Masih ada guru berpakaian tidak rapi ketika dalam kawasan sekolah 4. Masih ada guru yang meninggalkan ruangan kelas ketika jam mengajar 5. Masih ada siswa yang berkelahi di lingkungan sekolah 6. Masih ada siswa yang berpakaian tidak rapi ketika masuk kelas 7. Masih ada siswa yang datang terlambat masuk sekolah Berdasarkan latar belakang dan gejala-gejala di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah dengan judul "Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Tingkah Laku Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru h.25 12 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2010,

8 B. Penegasan Istilah Adapun penegasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam rencana penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. 13 2. Kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam adalah seperangkat kecakapan, kemampuan, kekuasaan, kewenangan yang dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang semua itu terorganisir dalam suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan bersifat dinamis dan khas (berbeda dengan orang lain).. 14 3. Tingkah laku sama dengan perilaku, maksudnya adalah kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerakan atau perbuatan. 15 C. Permasalahan 1. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a. Bagiamana kompetensi kepribadian guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru? 13 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, hlm. 664 14 E. Mulyasa, Op.Cit, h.117 15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22

9 b. Bagaimana tingkah laku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru? c. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru PAI dengan tingkah laku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru? d. Bagaimana hubungan antara guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru 2. Batasan Masalah Berhubung banyaknya masalah yang mengitari penelitian ini, maka penulis memfokuskan kajiannya pada pengaruh kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam terhadap tingkah laku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: apakah ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam terhadap tingkah laku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui signifikan pengaruh kompetensi

10 kepribadian guru pendidikan agama islam terhadap tingkah laku siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam As-Shofa Pekanbaru. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi dunia pendidikan pada umumnya, sebagai khazanah intelektual dengan pengembangan keilmuan di bidang pendidikan. b. Bagi Lembaga terkait, sebagai bahan masukan terhadap lembaga terkait lainnya sehingga dapat lebih baik dalam mengambil langkah-langkah untuk mensosialisasikan dan menjadikan sosok guru PAI yang nantinya benar-benar memiliki kompetensi kepribadian yang baik dalam proses kegiatan belajar mengajar PAI. c. Bagi penulis sendiri, Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi diri penulis dalam mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga pengajar serta sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dan teori tentang kependidikan yang didapat selama duduk di bangku perkuliahan ke dalam kehidupan sekolah, lembaga pendidikan secara luas, dan masyarakat. Serta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar strata satu (SI) dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Suska Riau.