BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia. Dari. peluang ekspor cukup menjanjikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama kayu manis dan termasuk dalam jenis rempah-rempah. Pohon tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai 2 meter. Temu ireng merupakan tumbuhan yang dapat hidup secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. S. aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat gram positif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan manusia. Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hingga saat ini semakin banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. cepat antara lain dalam hal makanan, baik makanan cepat saji maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik

BAB II TINJUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain


dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Demikian juga tubuh manusia yang diciptakan dalam keadaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanaman obat yang paling populer di Indonesia adalah daun salam. Daun salam

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tawas dapat digunakan sebagai pengering / pengawet, juga membersihkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 1. Klasifikasi dan Identifikasi Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka, Madagaskar, Honduras, Brazil dan Australia Utara. Manggis merupakan salah satu buah unggulan Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan. Permintaan manggis meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kebutuhan konsumen terhadap buah yang mendapat julukan ratu buah (Queen of Fruits). Ekspor manggis dari Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan buah manggis dunia terutama Hongkong, Singapura, dan Inggris (Prihatman, 2000). Manggis mempunyai berbagai macam nama local khususnya di Indonesia seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan

5 Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasing a, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. (Prihatman, 2000) Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan. (Prihatman, 2000) 2. Kandungan Kulit Buah Manggis a. Xanthone Anti-oksidan yang terdapat dalam kulit buah Manggis dengan kadar yang tinggi memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, seperti anti-peradangan, anti-diabetes, anti-kanker, anti-bakteri, antijamur, anti-plasmodial, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh, hepatoprotektif. Di dalam senyawa xanthone yang paling banyak terkandung dalam buah Manggis ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. b. Alfa-mangostin Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfamangostin, senyawa xanthone juga mengandung gamma-mangostin

6 yang juga memiliki banyak manfaat dalam memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit. c. Tanin Tanin adalah senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah Manggis, memiliki aktifitas anti-oksidan. d. Antosianin Antosianin memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik dan memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal. Antosianin merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam tanaman dan biasanya banyak ditemukan dalam bunga, sayuran maupun buah-buahan seperti Manggis, Stroberry, Rasberry, Apel, dan lainnya. e. Anti-inflamasi (Peradangan) Kulit buah Manggis memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi (anti-peradangan).. f. Anti-kanker Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kandungan xanthone dalam kulit buah Manggis mampu berperan sebagai senyawa anti-kanker. Kulit buah Manggis memiliki sifat antiproliferasi untuk bisa menghambat pertumbuhan sel kanker, selain juga mampu menghancurkan sel kanker.

7 g. Anti-mikroba Kulit buah Manggis juga dikenal memiliki daya anti-mikroba terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Bakteri ini sangat resisten terhadap anti-biotik metisilin. (Haryadi, E. 2011) 3. Pemanfaatan kulit buah manggis Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata dapat dikembangkan sebagai obat. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi, diantaranya alfa mangostin dan gamma-mangostin. (Mardiana,2102) Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Kulit buah manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di Negara India, Myanmar Sri langka, dan Thailand. Secara luas, masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim. (Mardiana,.2012) Kulit buah manggis dibuat menjadi salep untuk mengobati eksim, air rebusan kulit manggis juga digunakan sebagai ramuan untuk mengobati luka, demam, diare, sariawan dan sembelit, selain itu juga bubuk atau serbuk dari kulit manggis yang dikeringkan juga bermanfaat untuk mengobati disentri (Mardiana, 2012).

8 B. Staphylococcus aureus 1. Morfologi Staphylococcus aureus adalah bakteri kokus, gram positif, tampak seperti anggur cluster bila dilihat melalui mikroskop dan memiliki besar, bulat, kuning keemasan koloni, sering kali dengan hemolisis ketika tumbuh pada lempeng agar darah. Penampilan emas adalah etimologi akar dari nama bakteri : aureus berarti emas dalam bahasa latin. Beberapa diaantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, dan berbagai infeksi dan bahkan bahan septikimia fatal. S. aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (Jawetz, E, 2005). Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal. Kecuali impetigo, umumnya kuman ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadic bukan epidemik. (FKUI, 1994). 2. Sifat Biakan Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada perbenihan bakteri dalam keadaan aerob atau mikroaerob. Tumbuh paling cepat pada suhu

9 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni pada perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau, membentuk koloni berwarna putih sampai kuning emas tua. Berbagai tingkatan hemolisis dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. (Jawetz E.,1996) Pada media NA (Nutrient Agar) setelah diinkubasi selama 24 jam koloninya berpigmen kuning emas berukuran 20 μm (sebesar kepala jarum), bulat, cembung, licin, berkilau, keruh, tepinya rata. Pada media BAP (Blood Agar Plate) da erah di sekitar koloni terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar. Pada media MSA (Manitol Salt Agar) koloni berwarna kuning karena terjadi fermentasi manitol menjadi asam, dengan indicator phenol red warna media semula berwarna merah berubah menjadi kuning (Tambayong, 2009). Uji katalase pada Staphylococcus aureus positif. Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2. Uji ini dengan langkah mengambil 1 mata ose koloni dari media BAP letakan pada objek glass yang steril, ratakan koloni jangan sampai menumpuk, kemudian ditetesi dengan 1-2 tetes H 2 O 2 3%, amati ada atau tidaknya gelembung jika ada gelembung maka uji katalase positif sebaliknya jika tidak ada gelembung maka uji katalase negative. Uji novobiosin pada Staphylococcus aureus sensitif. Uji novobiosin dengan diameter zona penghambat pertumbuhan 18 mm uji dikatakan sensitif,

10 sedangkan dengan diameter zona penghambat pertumbuhan < 18 mm resisten. Uji koagulase positif ditandai dengan adanya butiran pasir, terjadi koagulase plasma yang mengandung protein yang digumpalkan oleh enzim koagulase dalam bakteri (Waluyo, 2005). 3. Toksin dan Enzim Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat di produksi, antara lain : a. Koagulase adalah enzim yang mengaktifkan faktor yang mereaksi koagulase (Coagulase Reacting Factor CRF) yang biasanya terdapat pada plasma, yang menyebabkan plasma menggumpal karena perubahan fibrinogen (Volk & Wheler,1989) b. Lekosidin adalah zat yang dapat larut dan mematikan sel-sel darah putih dari berbagai spesies binatang yang berkontak dengannya. Lekosidin bersifat antigen tetapi lebih tidak tahan panas daripada eksotoksin. (Jawetz, E,.1986) c. Eksotoksin adalah suatu campuran termolabil yang dapat disaring dan mematikan bagi binatang penyuntikan, menyebabkan nekrosis pada kulit(jawetz, E,.1986) d. Enterotoksin adalah suatu protein dengan berat molekul 3,5 x 10 4, yang tahan terhadap pendidihan selama 30 menit (Jawetz,E,.1986)

11 4. Patogenitas Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit didalam saluransaluran pengeluaran lender dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada saat bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, pneumonia, dan mastitis pada manusia dan hewan (H.Imam Supardi,1999) Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat piogenik. Bakteri ini dapat masuk kedalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Staphlococcus aureus mempunyai sifat menghemolisa eritrosit, memecah manitol menjadi asa, staphylococcus aureus merupakan salah satu Staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar menimbulkan penyakit. Manusia merupakan pembawa Staphylococcus aureus dalam hidung sebanyak 40-50%, juga bisa ditemukan di baju,seprei,dan bendabenda lainnya di lingkungan sekitar manusia.(jawetz,e,1996). C. Mekanisme Kerja Antibiotik Mekanisme kerja Antibiotik antara lain menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membrane sel di kacaukan pembentukannya sehingga bersifat permeable akibatnya zat-

12 zat penting dari sel dapat keluar. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk. Menghambat asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapet berkembang. (Paramitha, 2011)