BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 1. Klasifikasi dan Identifikasi Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka, Madagaskar, Honduras, Brazil dan Australia Utara. Manggis merupakan salah satu buah unggulan Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan. Permintaan manggis meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kebutuhan konsumen terhadap buah yang mendapat julukan ratu buah (Queen of Fruits). Ekspor manggis dari Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan buah manggis dunia terutama Hongkong, Singapura, dan Inggris (Prihatman, 2000). Manggis mempunyai berbagai macam nama local khususnya di Indonesia seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan
5 Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasing a, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. (Prihatman, 2000) Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan. (Prihatman, 2000) 2. Kandungan Kulit Buah Manggis a. Xanthone Anti-oksidan yang terdapat dalam kulit buah Manggis dengan kadar yang tinggi memiliki sifat yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, seperti anti-peradangan, anti-diabetes, anti-kanker, anti-bakteri, antijamur, anti-plasmodial, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh, hepatoprotektif. Di dalam senyawa xanthone yang paling banyak terkandung dalam buah Manggis ialah kandungan alfa-mangostin dan gamma-mangostin. b. Alfa-mangostin Alfa-mangostin adalah senyawa yang sangat berkhasiat dalam menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Selain alfamangostin, senyawa xanthone juga mengandung gamma-mangostin
6 yang juga memiliki banyak manfaat dalam memberikan proteksi atau melakukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit. c. Tanin Tanin adalah senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah Manggis, memiliki aktifitas anti-oksidan. d. Antosianin Antosianin memiliki kemampuan sebagai anti-oksidan yang baik dan memiliki peranan yang cukup penting dalam mencegah beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan neuronal. Antosianin merupakan kelompok pigmen yang terdapat dalam tanaman dan biasanya banyak ditemukan dalam bunga, sayuran maupun buah-buahan seperti Manggis, Stroberry, Rasberry, Apel, dan lainnya. e. Anti-inflamasi (Peradangan) Kulit buah Manggis memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi (anti-peradangan).. f. Anti-kanker Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kandungan xanthone dalam kulit buah Manggis mampu berperan sebagai senyawa anti-kanker. Kulit buah Manggis memiliki sifat antiproliferasi untuk bisa menghambat pertumbuhan sel kanker, selain juga mampu menghancurkan sel kanker.
7 g. Anti-mikroba Kulit buah Manggis juga dikenal memiliki daya anti-mikroba terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Bakteri ini sangat resisten terhadap anti-biotik metisilin. (Haryadi, E. 2011) 3. Pemanfaatan kulit buah manggis Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata dapat dikembangkan sebagai obat. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi, diantaranya alfa mangostin dan gamma-mangostin. (Mardiana,2102) Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Kulit buah manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di Negara India, Myanmar Sri langka, dan Thailand. Secara luas, masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim. (Mardiana,.2012) Kulit buah manggis dibuat menjadi salep untuk mengobati eksim, air rebusan kulit manggis juga digunakan sebagai ramuan untuk mengobati luka, demam, diare, sariawan dan sembelit, selain itu juga bubuk atau serbuk dari kulit manggis yang dikeringkan juga bermanfaat untuk mengobati disentri (Mardiana, 2012).
8 B. Staphylococcus aureus 1. Morfologi Staphylococcus aureus adalah bakteri kokus, gram positif, tampak seperti anggur cluster bila dilihat melalui mikroskop dan memiliki besar, bulat, kuning keemasan koloni, sering kali dengan hemolisis ketika tumbuh pada lempeng agar darah. Penampilan emas adalah etimologi akar dari nama bakteri : aureus berarti emas dalam bahasa latin. Beberapa diaantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, dan berbagai infeksi dan bahkan bahan septikimia fatal. S. aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (Jawetz, E, 2005). Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal. Kecuali impetigo, umumnya kuman ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadic bukan epidemik. (FKUI, 1994). 2. Sifat Biakan Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada perbenihan bakteri dalam keadaan aerob atau mikroaerob. Tumbuh paling cepat pada suhu
9 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni pada perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau, membentuk koloni berwarna putih sampai kuning emas tua. Berbagai tingkatan hemolisis dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. (Jawetz E.,1996) Pada media NA (Nutrient Agar) setelah diinkubasi selama 24 jam koloninya berpigmen kuning emas berukuran 20 μm (sebesar kepala jarum), bulat, cembung, licin, berkilau, keruh, tepinya rata. Pada media BAP (Blood Agar Plate) da erah di sekitar koloni terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar. Pada media MSA (Manitol Salt Agar) koloni berwarna kuning karena terjadi fermentasi manitol menjadi asam, dengan indicator phenol red warna media semula berwarna merah berubah menjadi kuning (Tambayong, 2009). Uji katalase pada Staphylococcus aureus positif. Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H 2 O 2 menjadi H 2 O dan O 2. Uji ini dengan langkah mengambil 1 mata ose koloni dari media BAP letakan pada objek glass yang steril, ratakan koloni jangan sampai menumpuk, kemudian ditetesi dengan 1-2 tetes H 2 O 2 3%, amati ada atau tidaknya gelembung jika ada gelembung maka uji katalase positif sebaliknya jika tidak ada gelembung maka uji katalase negative. Uji novobiosin pada Staphylococcus aureus sensitif. Uji novobiosin dengan diameter zona penghambat pertumbuhan 18 mm uji dikatakan sensitif,
10 sedangkan dengan diameter zona penghambat pertumbuhan < 18 mm resisten. Uji koagulase positif ditandai dengan adanya butiran pasir, terjadi koagulase plasma yang mengandung protein yang digumpalkan oleh enzim koagulase dalam bakteri (Waluyo, 2005). 3. Toksin dan Enzim Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat di produksi, antara lain : a. Koagulase adalah enzim yang mengaktifkan faktor yang mereaksi koagulase (Coagulase Reacting Factor CRF) yang biasanya terdapat pada plasma, yang menyebabkan plasma menggumpal karena perubahan fibrinogen (Volk & Wheler,1989) b. Lekosidin adalah zat yang dapat larut dan mematikan sel-sel darah putih dari berbagai spesies binatang yang berkontak dengannya. Lekosidin bersifat antigen tetapi lebih tidak tahan panas daripada eksotoksin. (Jawetz, E,.1986) c. Eksotoksin adalah suatu campuran termolabil yang dapat disaring dan mematikan bagi binatang penyuntikan, menyebabkan nekrosis pada kulit(jawetz, E,.1986) d. Enterotoksin adalah suatu protein dengan berat molekul 3,5 x 10 4, yang tahan terhadap pendidihan selama 30 menit (Jawetz,E,.1986)
11 4. Patogenitas Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit didalam saluransaluran pengeluaran lender dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada saat bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, pneumonia, dan mastitis pada manusia dan hewan (H.Imam Supardi,1999) Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat piogenik. Bakteri ini dapat masuk kedalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Staphlococcus aureus mempunyai sifat menghemolisa eritrosit, memecah manitol menjadi asa, staphylococcus aureus merupakan salah satu Staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar menimbulkan penyakit. Manusia merupakan pembawa Staphylococcus aureus dalam hidung sebanyak 40-50%, juga bisa ditemukan di baju,seprei,dan bendabenda lainnya di lingkungan sekitar manusia.(jawetz,e,1996). C. Mekanisme Kerja Antibiotik Mekanisme kerja Antibiotik antara lain menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membrane sel di kacaukan pembentukannya sehingga bersifat permeable akibatnya zat-
12 zat penting dari sel dapat keluar. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk. Menghambat asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak dapet berkembang. (Paramitha, 2011)