GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA OBES DI KABUPATEN MINAHASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI OBESITAS PADA REMAJA DI KABUPATEN MINAHASA. Karina Kussoy. Billy Kepel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

PREVALENSI OBESITAS PADA REMAJA DI SMA KRISTEN TUMOU TOU KOTA BITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2016 dan bertempat

PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

PROSEDUR PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambaran Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh, dan Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Kedokteran Umum Angkatan Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

Transkripsi:

GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA OBES DI KABUPATEN MINAHASA 1 Rosie Tooy Aaltje Manampiring Fatimawali 1 Kandidat skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: tooy.rosie@yahoo.com Abstract: The incidence of obesity continues to rise everywhere. Obesity can increase the risk of high blood pressure. For adolescents, hypertension is also a problem because adolescents with hypertension can continue in adulthood and also with higher chance of morbidity and mortality. According to the data from Riskesdas for the year 007, the prevalence of hypertension in adolescents is 9%. The Riskesdas data for the year 010 also show that prevalence of obesity in adolescents 19,1%. This study aims to describe the blood pressure in obese adolescents at Minahasa district. This study is crosssectional descriptive approach, with the sample amounted to 4 people. The test results found that 104 students have a waist circumference greater than a normal waist should be. Beside that, the results showed an outline of blood pressure in obese adolescents at Minahasa district is 9,6% that has hypertension. There are 16 subjects from 4 subjects studied had the blood pressure greater than normal limits while 38 subjects studied had blood pressure within normal limits. Keywords: Blood Pressure, Obesity Abstrak: Angka kejadian obesitas terus meningkat dimana-mana. Obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit darah tinggi. Pada remaja, hipertensi juga merupakan suatu masalah, oleh karena remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki resiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Menurut data Riskesdas tahun 007, prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%. Prevalensi obesitas pada remaja menurut data Riskesdas 010 sebesar 19,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tekanan darah pada remaja obes di kabupaten Minahasa. Penelitian ini bersifat cross-sectional dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian ini berjumlah 4 orang. Hasil pemeriksaan didapati 104 siswa yang memiliki lingkar pinggang lebih dari normal. Hasil penelitian menunjukkan gambaran tekanan darah pada remaja obes di kabupaten Minahasa didapatkan 9,6% yang menderita hipertensi. Terdapat 16 subjek dari 4 subjek yang diteliti memiliki tekanan darah lebih dari batas normal sedangkan 38 subjek memiliki tekanan darah dalam batas normal. Kata kunci: Obesitas, Tekanan Darah Tekanan darah merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Tekanan darah normal yaitu 10/80 mmhg, jika melebihi batas normal, tekanan darah tersebut tergolong tekanan darah tinggi atau hipertensi. Di Indonesia, prevalensi penyakit hipertensi pada orang dewasa cukup tinggi. Berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi. hipertensi di Indonesia adalah 3,%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 4,% dari kasus hipertensi di masyarakat. Berarti 7,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. 1 Pada remaja hipertensi juga merupakan suatu masalah, oleh karena 91

9 Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 1, Nomor, Juli 013, hlm. 91-9 remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Walaupun prevalensi secara klinis sangat sedikit pada anak dan remaja dibanding pada dewasa, namun cukup banyak bukti yang menyatakan bahwa hipertensi esensial pada orang dewasa dapat berawal pada masa kanakkanak dan remaja. 1 Menurut Riskesdas tahun 007 di Indonesia, prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%. Prevalensi obesitas pada remaja menurut Riskesdas 010 sebesar 19,1%. Angka kejadian hipertensi meningkat sesuai dengan usia, berkisar 1% pada usia dewasa muda hingga 60% pada orang yang berusia 1 6 tahun ke atas. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya penyakit tekanan darah tinggi. Obesitas saat ini disebut sebagai The New World Syndrome, angka kejadiannya terus meningkat dimana-mana. Di seluruh dunia, kini dilaporkan ada lebih dari satu miliar orang dewasa dengan berat badan lebih (gemuk), dan paling sedikit ada 300 juta orang yang masuk kategori obesitas. "Di setiap wilayah di dunia, obesitas meningkat dua kali lipat antara tahun 1980 dan 008," kata Dr Ties Boerma, Direktur Departemen Statistik Kesehatan dan Sistem Informasi di WHO (Mei 01). Tingkat obesitas tertinggi berada di wilayah WHO dari Amerika (6% orang dewasa) dan terendah di wilayah WHO Asia Tenggara (3% obesitas). 3 Penelitian di Semarang pada tahun 004 memperlihatkan bahwa prevalensi overweight pada remaja adalah 9,1% sedangkan obesitas 10,6%. 0 Dalam semua bagian dunia, perempuan lebih cenderung menjadi gemuk daripada laki-laki, dan dengan demikian beresiko lebih besar terkena diabetes, penyakit jantung dan 3 beberapa jenis kanker. Di Indonesia, dapat dikatakan lebih dari seperempat penduduk memiliki berat badan berlebihan. Ini disebabkan karena konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat sehingga kemungkinan memiliki resistensi insulin lebih besar. Begitupun masyarakat Minahasa yang sangat dikenal dengan pola konsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh tinggi. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh factor budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan. kebiasaan makan tersebut turut menentukan dalam proses terjadinya obesitas dan penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada siapa saja bukan hanya orang dewasa, tetapi juga pada remaja di Minahasa. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tekanan darah pada remaja obes di kabupaten Minahasa. 4 Peran METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat cross-sectional dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di SMK Negeri Tondano dan SMK Negeri 3 Tondano antara bulan Agustus 01 Januari 013. Populasi adalah remaja yang berusia 13 sampai 18 tahun di Tondano. Sampel adalah siswa SMK Negeri dan SMK Negeri 3 Tondano yang tergolong obesitas. Pemilihan sampel menggunakan cara Simple Random Sampling. Kriteria inklusi yaitu siswa yang berusia 13 sampai 18 tahun, sehat, terdaftar dan aktif mengikuti kegiatan di sekolah dan siswa yang bersedia menandatangani surat persetujuan untuk dijadikan sampel penelitian. Kriteria eksklusi yaitu siswa yang menderita penyakit kronis dan siswa yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Definisi operasional tekanan darah adalah hasil pengukuran yang diukur dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Remaja adalah individu yang berusia 13-18 tahun (Hurlock,1981). Obesitas adalah suatu keadaan patologis, dimana lingkar perut yang diukur melebihi batas normal. Lingkar perut 90 cm pada laki-laki dan 80 cm pada perempuan dinyatakan obesitas sentral. Indeks Massa Tubuh menurut CDC 000 persentil ke-9. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain: timbangan, alat pengukur tinggi badan, meteran, stetoskop, sphygmomanometer. Cara kerja untuk mengukur Obesitas Sentral yaitu diukur

Tooy, Manampiring, Fatimawali; Gambaran Tekanan Darah pada Remaja Obes... 93 dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista iliaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir ekspirasi normal. Nyatakan lingkar pinggang dalam cm. Cara mengukur tekanan darah yaitu diukur dalam posisi duduk pada lengan kanan setelah subjek duduk tenang minimal 1 menit. Lengan kanan sedikit flexi, lengan atas setinggi jantung. Lengan baju disingkirkan kemudian pasang manset yang lebarnya dapat melingkari sekurangkurangnya /3 panjang lengan atas dan tidak boleh menempel baju. Stetoskop diletakkan di fossa cubiti dengan terlebih dahulu dilakukan palpasi arteri untuk mendapat posisi stetoskop yang tepat. Pemompaan dilakukan hingga 0-30 mmhg di atas tekanan waktu denyut arteri radialis tidak teraba. Pengempesan dilakukan dengan kecepatan -3 mmhg tiap detik. Tekanan sistolik dinyatakan dengan korotkoff I dan tekanan diastolik dengan korotkoff V. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali untuk mengambil rata-ratanya dengan selisih waktu pengukuran menit. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan karakteristik dan gambaran tekanan intraokular pada pemain musik bia yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 01-Januari 013 di SMK Negeri di Kota Tondano. Pada awal penelitian peneliti terlebih dahulu membuat surat persetujuan penelitian yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di Kota Tondano. Kemudian surat tersebut diserahkan kepada kepala sekolah SMK Negeri di Kota Tondano untuk mendapatkan izin agar dapat melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri di Tondano terdapat 1677 orang siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kemudian peneliti melakukan pemeriksaan obesitas dengan mengukur lingkar pinggang. Siswa yang mengikuti pemeriksaan obesitas adalah 39 orang siswa sedangkan siswa yang tidak mengikuti pemeriksaan lingkar pinggang adalah 18 orang. Siswa yang tidak mengikuti pemeriksaan obesitas dikarenakan siswasiswa tersebut tidak masuk sekolah berhubung tidak ada lagi kegiatan belajarmengajar. Setelah dilakukan pengukuran ditemukan 104 orang siswa obes, sedangkan 91 orang siswa tidak obes. Kemudian 4 orang siswa obes yang bersedia mengikuti pemeriksaan tekanan darah sebagai sampel, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 43 orang siswa perempuan. Tabel 1, menunjukkan dari 39 orang remaja yang diukur lingkar pinggangnya ditemukan 104 orang remaja yang mengalami obesitas, terdiri dari 17 orang remaja lakilaki (4,30%) dan 87 orang remaja perempuan (,03%), sedangkan untuk 91 (73,67%) siswa yang lain yang diukur lingkar pinggangnya tidak mengalami obesitas atau memiliki berat badan yang normal. Tabel, menunjukkan dari 4 sampel yang diteliti, siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan jumlah 14 siswa (,9%) yang tergolong memiliki tekanan darah sistolik lebih dari normal dan 4 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan jumlah 13 siswa (4,07%) memiliki tekanan darah diastolik lebih dari normal. Dan 6 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan dengan jumlah 38 siswa (70,37%) yang tergolong memiliki tekanan darah yang normal. Dari 4 sampel yang diteliti yaitu 11 siswa laki-laki dan 43 siswa perempuan semuanya memiliki lingkar pinggang lebih dari normal.

94 Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 1, Nomor, Juli 013, hlm. 91-9 Tabel 1. Prevalensi obesitas pada remaja di Kabupaten Minahasa No Jenis Kelamin N Berat Badan Normal (%) Obesitas (%) % 1 Laki-laki 19 11 (8,3) 17 (4,30%) 100 Perempuan 66 179 (4,3) 87 (,03) 100 Total 39 91 (73,67%) 104 (6,33%) 100 Tabel. Hasil kriteria diagnosis (Menurut IDF) Kriteria Diagnosis Tekanan Darah (mmhg) Sistolik 130 Diastolik 8 ( 130/8) (<130/8) Lingkar Pinggang (cm) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (%) 4 6 11 (>90) 9 9 11 3 43 (>80) 14 (,9) 13 (4,07) 16 (9,6) 38 (70,37) 4 (100) BAHASAN Pada hasil penelitian 4 sampel yang tergolong lingkar pinggang lebih, 11 diantaranya adalah laki-laki dan 43 perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kamso pada tahun 007 bahwa prevalensi obesitas sentral di Kota Padang didapatkan sebesar 1,1 % pada pria dewasa dan 46,3% pada wanita dewasa. Dengan data yang diperoleh obesitas sentral cukup tinggi pada usia remaja. Hal ini mungkin disebabkan karena tingginya konsumsi makanan berlemak, rendahnya konsumsi sayuran dan buah, dan rendahnya aktivitas fisik. Masa remaja adalah masa kritis terjadinya obesitas. Hal ini karena pada usia remaja terjadi perkembangan fisik dimana remaja laki-laki menginginkan bentuk fisik yang besar dan anak perempuan karena pengaruh 6 faktor endokrin dan perubahan hormonal. Hasil pemeriksaan pada Tabel 4. dari 4 sampel yang diteliti siswa (9,%) lakilaki dan 11 siswa (0,37%) perempuan dengan jumlah 16 siswa (9,6%) yang tergolong memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi). Menurut Riskesdas 007, prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 9%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini lebih tinggi dari data Riskesdas tersebut. Bila ditinjau perbandingan prevalensi hipertensi antara perempuan dan laki-laki, ternyata menunjukkan angka yang bervariasi. Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Irza (009) di Sumatera Barat, hipertensi lebih banyak dialami oleh wanita (66,67%) dibandingkan pria (33,33%). Sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria 7 dan 13,7% perempuan (Sugihartono, 007). Faktor resiko terjadinya hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu genetis, jika mempunyai riwayat keluarga hipertensi, maka peluang untuk menderita hipertensi semakin besar. Usia juga merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat diubah, walaupun penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tekanan darah tinggi biasanya terjadi pada usia lebih tua. Selain itu, jenis kelamin juga merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause. Tekanan darah wanita, khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu pertama kebiasaan merokok, adanya penelitian mengenai hubungan antara

Tooy, Manampiring, Fatimawali; Gambaran Tekanan Darah pada Remaja Obes... 9 merokok dan hipertensi menunjukkan bahwa dalam waktu lima menit pengisapan rokok, tekanan sistolik subjek meningkat secara dramatis, rata-rata lebih dari 0 mmhg, sebelum secara bertahap menurun ke tingkat asli tekanan darah subjek setelah 30 menit. Hal ini berarti tekanan darah perokok melonjak berkali-kali sepanjang hari. Peningkatan ini terjadi karena nikotin, menyempitkan pembuluh darah sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih keras sehingga kecepatan jantung dan tekanan darah meningkat. Faktor resiko kedua yaitu obesitas. Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras. Orang dengan kelebihan lemak di atas pinggul (bentuk apel) lebih beresiko hipertensi, kolesterol tinggi dan diabetes. Faktor resiko ketiga yaitu asupan garam, karena seringnya mengkonsumsi makanan cepat saji yang kadar garamnya sangat tinggi. Keempat yaitu, penggunaan alkohol. Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. 8 SIMPULAN Hasil pemeriksaan dari 4 sampel yang diperiksa tekanan darahnya didapatkan 16 orang (9,6%) yang mengalami hipertensi, yang terdiri dari orang laki-laki (9,%) dan 11 orang perempuan (0,37%). DAFTAR PUSTAKA 1. Saing, J. Hipertensi Pada Remaja. Sari Pediatri. 00; 6(4): 19-16.. Rabaity, A., M. Sulchan. Konsumsi gula sederhana dan aktifitas fisik sebagai factor resiko kejadian hipertensi obesitik pada remaja awal. Journal of nutrition college. 01; 1(1): 408-40 3. WHO (World Health Organization). New data highlight increases in hypertension, diabetes incidence. 01. Available from http://www.who.int/mediacentre/news/releas es/01/world_health_statistics_01016/e n/. Acessed on 6 Okt 01. 4. Bodhy, W., A. E. Manampiring. Prevalensi sindroma metabolic pada remaja obese di kota Tomohon. Laporan penelitian itek dan seni Universitas Sam Ratulangi, Manado; 010.. Sugianty Elya. Faktor resiko obesitas sentral pada orang dewasa di Sulawesi Utara, Gorontalo dan DKI Jakarta. Available from: http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/134678 9/110//109esu.pdf. Acessed on 17 Jan 013. 6. Manampiring, A. E., W. Bodhy. Prevalensi hiperurisemia pada remaja obese di kota Tomohon. Laporan penelitian itek dan seni Universitas Sam Ratulangi, Manado; 011. 7. Sarasaty, R. F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lanjut usia di kelurahan sawah baru kecamatan Ciputat, kota Tangerang Selatan. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Jakarta; 011. 8. Casey, A., H. Benson. Menurunkan Tekanan Darah: Bhuana Ilmu Populer; 006.