Kata Kunci: pidana seumur hidup, tujuan pemidanaan, pemasyarakatan.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

1 dari 8 26/09/ :15

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

Institute for Criminal Justice Reform

Oleh : I Putu Sabda Wibawa I Dewa Gede Palguna Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

I. PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang diberlakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Secara yuridis formal pemberlakuan hukum pidana Belanda di Indonesia didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

elr 24 Sotnuqri f,ole NPM EIALAMA}.{ PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Tanda Tangan

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan narapidana yang didasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. hukum yang tercatat dalam perundang-undangan yang meliputi: 14

Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Pemasyarakatan Diah Gustiniati Maulani. Dosen dan Ketua Bagian Pidana Fakultas Hukum Univ. Lampung.

ANALISIS HUKUMAN KEBIRI UNTUK PELAKU KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DITINJAU DARI PEMIDANAAN DI INDONESIA

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DALAM UNDANG-UNDANG KEPABEANAN

UU 12/1995, PEMASYARAKATAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:12 TAHUN 1995 (12/1995) Tanggal:30 Desember 1995 (JAKARTA) Tentang:PEMASYARAKATAN

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU PEMBIARAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONTROVERSI LANDASAN PENGHAPUSAN PIDANA MATI DALAM RUU KUHP NASIONAL. oleh

BAB V PENUTUP. pembahasan, maka telah didapat pokok-pokok kesimpulan dalam penulisan

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF KUHP

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

PIDANA MATI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

Oleh : Nik Mirah Mahardani Pembimbing: I Gede Artha Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PENERAPAN ASAS TIDAK ADA EKSTRADISI UNTUK KEJAHATAN POLITIK TERHADAP PENOLAKAN PERMINTAAN EKSTRADISI

ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERZINAHAN DALAM PERSPEKTIF KUHP

I. PENDAHULUAN. Pidana penjara termasuk salah satu jenis pidana yang kurang disukai, karena

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

Oleh : I Gede Kusuma Jayantara NPM : Pembimbing I : A.A Sagung Laksmi Dewi,SH.,MH. Pembimbing II : Luh Putu Suryani,SH.,MH.

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. KEDUDUKAN PIDANA SEUMUR HIDUP DALAM HUKUM PIDANA 1 Oleh: Falko J. Sangian 2

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

PERLINDUNGAN ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

KEBIJAKAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN KEPADA KORBAN MALPRAKTEK MEDIS SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENGANTAR 1.1 Pengertian Hukum Pidana Hukum Pidana Endah Lestari D.,SH,MH. Fakultas Hukum Univ. Narotama Surabaya

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tabiat manusia yang cenderung pada sesuatu yang menguntungkan bagi

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Pemidanaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. wewenang untuk melaksanakan atau mengeksekusi vonis tersebut. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

Sistem Pidana dan Tindakan Double Track System Dalam Hukum Pidana di. Indonesia. Gita Santika Ramadhani, Barda Nawawi Arief, Purwoto*)

TINJAUAN UMUM FORMULASI KEBIJAKAN TINDAK PIDANA PENDIDIKAN

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA

Oleh. I Gusti Ngurah Bayu Pradiva I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

PERSPEKTIF KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP NARAPIDANA YANG MELARIKAN DIRI PADA SAAT MENJALANI PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Konsistensi, UU Pengampunan Pajak, UU Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. barang siapa yang melanggar larangan tersebut 1. Tindak pidana juga merupakan

FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI DAN MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Sri Wulandari

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

Transkripsi:

PIDANA SEUMUR HIDUP DITINJAU DARI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN I Gede Bagus Putu Anandayoga Gede Marhaendra Wija Atmadja Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Life imprisonment that was stipulated in article 12 of the penal code gave no clear explanaition about what is meant by life imprisonment and how long it would be. The absence of the clear explanation showed there is happened vagueness norm. so, how about the developing of the regulation of the life imprisonment in Indonesia today, and how it is seen form the correctional system based on act number 12 year 1995 regarding with penal law. Article 10 of criminal code that is regulating varius types of criminal is one of which, is about life imprisonment, but there is no explanation,so it causes various interpretation really the purpose of punishment in the penal law is not revenge, but to emphasized to coaching and teaching so that a punishment should have a humanity in it humanity for justice and educational. Keys word: life imprisonment, purpose of punishment, penal law. ABSTRAK Pidana seumur hidup yang diatur dalam Pasal 12 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak member ikan penjelasan secara jelas apa yang dimaksud dengan pidana seumur hidup dan berapa lama hukuman pidana seumur hidup. Tidak adanya penjelasan tentang pidana seumur hidup menunjukan ada kekaburan norma. Bagaimanakah perkembangan pengaturan tentang pidana seumur hidup di Indonesia hingga saat ini, dan bagaimanakah Pidana Seumur Hidup Dilihat Dari Sistem Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan(UU Pemasyarakatan). Pasal 10 KUHP mengatur tentang berbagai jenis pidana yang salah satunya adalah pidana seumur hidup, akan tetapi tidak adanya penjelasan mengenai apa yang dimaksud pidana seumur hidup ini menimbulkan berbagai penafsiran tentang berapa lama sanksi dari pidana seumur hidup ini. Tujuan dari pemidanaan dalam UU Pemasyarakatan bukan hanya pembalasaan saja, akan tetapi juga harus menekankan pada pembinaan dan pengajaran. maka dalam suatu pemidanaan seharusnya terdapat unsur kemanusiaan keadilan dan edukatif. Kata Kunci: pidana seumur hidup, tujuan pemidanaan, pemasyarakatan. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1

Pidana seumur hidup merupakan bagian dari pidana penjara yang diatur dalam Pasal 12 ayat (1) KUHP pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu. Akan tetapi dalam KUHP sendiri yang dimaksud dengan pidana seumur hidup tidak dijelaskan lebih lanjut sehingga muncul banyak penafsiran tentang berapa lama pidana seumur hidup itu, sehingga perlu adanya peraturan baru yang menjelaskan tentang pidana seumur hidup itu sehingga tidak ada lagi multitafsir terhadap pidana seumur hidup atau bahkan penghapusan terhadap pidana seumur hidup itu. terjadi perubahan dari sistem penjara kearah sistem pemasyarakatan dimana perubahan ini juga membawa perubahan besar dibidang kemanusiaan dan tujuan dari pemidanaan itu sendiri yang awalnya bertujuan hanya pembalasaan saja. Sedangkan yang saat ini diatur dalam UU Pemasyarakatan yang bertujuan sebagai pembinaan. Sehingga narapidana memperoleh pendidikan, pengayoman dan pembinaan sehingga dapat kembali kemasyarakat sebagai warga Negara yang baik. Peran lembaga pemasyarakatan yang selama ini tidak berjalankarena berbagai masalah yang salah satunya karena kelebihan kapasitas yang salah satu penyebabnya terlalu lama masa tahan seorang narapidana. Bagaimanakah perkembangan pengaturan tentang pidana seumur hidup di Indonesia hingga saat ini, dan bagaimanakah Pidana Seumur Hidup Dilihat Dari Sistem Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. 1.2 TUJUAN Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui apakah masih perlunya adanya pidana seumur hidup apabila dilihata dari tujuan pemasyarakatan yang diatur dalam undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif karena asas-asas hukum, selain itu penelitian ini juga mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis. 1 Dalam Pasal 12 ayat (1) KUHP tentang pidana seumur hidup tidak terdapat penjelasan mendetail tentang apa itu seumur hidup 1 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hal. 15. 2

sehingga terjadi kekosongan norma, selain itu terdapat konflik dari konsepsi pidana seumur hidup yang diatur dalam Pasal 12 ayat(1) KUHP dengan konsep sistem pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka(2) UU pemasyarakatan. karena penelitian ini adalah penelitian hukum normatif maka sumber datanya adalah berupa data sekunder yang berupa bahan hukum baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. 2 Jenis pendekatan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah pendekatan perundangundangan dan pendekatan konsep. Analisis terhadap bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif, analisis dan argumentatif. 3 2.2 Pengaturan Pidana Seumur Hidup Di Indonesia Pidana seumur hidup merupakan salah satu jenis pidana yang konsepnya dibawa dari hasil unifikasi Wetbook van Strafrecht (WvS) pada era kolonial. Yang berlaku hingga sekarang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 yang memberlakukan WvS di Indonesia. Berlakunya WvS ini di Indonesia disebut dengan KUHP dimana dalam Pasal 12 KUHP mengatur tentang pidana seumur hidup yang merupakan sanksi dari berbagai kejahatan berat, bahkan pidana seumur hidup ini digunakan juga di berbagai tindak pidana khusus seperti tindak pidana narkotika,korupsi, terorisme dan lain-lain, akan tetapi pidana seumur hidup ini tidak memiliki kejelasan dengan apa yang dimaksud dengan seumur hidup itu sehingga pidana seumur hidup ini menimbulkan berbagai penafsiran seperti pidana seumur hidup dijatuhkan hingga si terpidana meninggal dunia, selain itu pidana seumur hidup itu waktunya pidananya adalah sesuai usia dari terpidana dan adapula yang menafsirkan bahwa pidana seumur hidup itu harus lebih dari 20 tahun. Sehingga apabila dilihat dari sistem pemidanaannya pidana seumur hidup atau teori retributive. pembalasan terhadap pelaku kejahatan. 4 banyak terpengaruh oleh teori absolute Teori ini memandang bahwa pidana merupakan suatu Dengan lima ciri pokok teori retributif menurut Karl O. Christiansen yaitu 1. Tujuan pidana hanyalah pembalasan, 2. Pembalasan merupakan tujuan utama dan di dalamnya tidak terkandung hal yang lain, 3.kesalahan moral adalah satusatunya syarat 2 Amiruddin dan H.Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, hal. 113. 3 Ibid, hal. 131 4 M. Sholehuddin, 2003, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide dasar double track system Dan Implemtansinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,hal. 34 3

pemidanaan, 4. Pidana harus disesuaikan dengan kesalah pelaku, 5. Pidana melihat hanya kebelakang tanpa adanya tujuan lainnya seperti meperbaiki,mendidik pelaku. 5 Sehingga penjara itu(khususnya pidana seumur hidup) menjadi suatu lembaga yang berfungsi hanya semata-mata memberikan penderitaan atau pembalasan kepada para pelaku terhahadap kejahatan yang dilakukanya. berkembangnya nilai-nilai kemanusian membawa perubahan di berbagai Negara untuk merubah sistem kepenjaraanya. Khususnya di Indonesia yang dasar filosofi Negaranya pancasila maka sudah barang tentu sistem kepenjaran yang hanya bertujuan untuk memberikan pembalasan terhadap pelaku kejahatan dengan tanpa mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan jelas sudah harus di hapuskan. Maka mulai tanggal 30 desember 1995 telah diundangkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan ketentuan-ketentuan mengenai sistem kepenjaraan yang diatur dalam Ordonnantie op de Voorwaardelijke Invrijheidstelling (Stb. 1917-749, 27 Desember 1917 jo. Stb. 1926-488) sepanjang yang berkaitan dengan pemasyarakatan, Gestichten Reglement (Stb. 1917-708, 10 Desember 1917), Dwangopvoeding Regeling (Stb. 1917-741, 24 Desember 1917) dan Uitvoeringsordonnantie op de Voorwaardelijke Veroordeeling (Stb. 1926-487, 6 November 1926) sepanjang yang berkaitan dengan pemasyarakatan, tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sehingga telah tidak diberlakukan lagi. Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan pada umumnya dapat menimbulkan rasa tidak puas bagi orang, yang dengan jalan menjatuhkan pidana yang setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukan. Namun demikian, kita harus juga mementingkan tuntutan masyarakat, yaitu membentuk pergaulan hidup yang teratur sesuai dengan perasaan keadilan yang ada pada orang. Oleh karena itu tujuan pemidanaan bukanlah untuk membalas, tetapi untuk mempertahankan tertib hukum. Maka kemudian munculah teori tujuan itu pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut. Pencegahan secara umun yang dilakukan agar setiap orang takut untuk melakukan tindak pidana dan pencegahan secara khusus agar si pelaku kejahatan tidak melakukan lagi tindak pidana. 6 Dilihat dalam undang-undang pemasyarakatan 5 Ibid, h.35. 6 Wirjono Prodjodikoro,2003,asas-asas hukum pidana di Indonesia,Refika Aditama,Bandung,hal 19. 4

penegakan hukum yang bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sehingga perlunya kejelasan dengan harus segera dibuat peraturan yang jelas terhadap pidana seumur hidup masih bisa diberlakukan dengan batas waktu yang jelas atau harus dihapuskan. 2.3 Pidana Seumur Hidup Dilihat Dari Sistem Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Pidana seumur hidup merupakan bagian dari jenis pidana penjara yang di ancamkan terhadap beberapa kejahatan dalam KUHP atau Undang-Undang diluar KUHP seperti Undang-Undang narkotika dan lain- lain. Pengaturan pidana seumur hidup diatur dalam Pasal 12 KUHP yang tidak secara jelas menjelaskan pengertian atau pun batasan dari kata seumur hidup itu sendiri sehingga secara doktrinal pidana seumur hidup lazim ditafsirkan sebagai pidana selama hidup/sepanjang hidup. Pengertian seperti ini dapat dilihat dari pendapat Barda Nawawi Arief yang menyatakan : Dilihat dari sudut penjatuhan pidana dan juga dari sudut terpidana, pidana seumur hidup itu bersifat pasti (definite sentence) karena si terpidana dikenakan jangka waktu yang pasti (a definite period of time), yaitu menjalani pidana penjara sepanjang hidupnya. 7 Sehingga jika dilihat dari tujuan pemasyarakataan di Indonesia saat ini pidana seumur hidup bertentangan dengan UU Pemasyarakatan, UUD 1945 dan Pancasila,bahkan menurut Hulsman dengan sangat ekstrim menyatakan bahwa : Pidana perampasan kemerdekaan khususnya pidana seumur hidup akan mengakibatkan rantai penderitaan yang tidak saja dirasakan oleh narapidana yang bersangkutan, tetapi juga oleh orangorang yang kehidupannya tergantung pada narapidana yang bersangkutan. 8 Tiga alasan mendasar pentingnya kajian tentang pidana seumur hidup di Indonesia, yaitu: a. Pidana seumur hidup sebagai bagian dari pidana penjara bukanlah jenis pidana yang berasal dari hukum pidana (adat) yang ada di Indonesia, akan tetapi 7 Tongat, 2005, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia, UMM Press, Malang,,hlm 37 8 Ibid 5

berasal dari hukum pidana Belanda. Sebagai jenis pidana yang tidak berakar pada nilai-nilai sosial masyarakat Indonesia, pidana penjara, termasuk didalamnya pidana seumur hidup menjadi sangat mendesak untuk disesuaikan dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat Indonesia; b. Kebijakan legislative tentang pidana seumur hidup yang ada selama ini mengandung pertentangan filosofis. Secara filosofis pidana penjara sebenarnya hanya bersifat sementara, sebagai tempat untuk mempersiapkan terpidana melakukan readaptasi sosial. Pidana seumur hidup yang ada selama ini cenderung hanya diorientasikan pada upaya perlindungan masyarakat, yang merupakan refleksi atas fungsi pidana sebagai sarana untuk mencegah kejahatan. Sementara perlindungan terhadap individu (pelaku tindak pi dana) kurang mendapat perhatian; c. Penonjolan salah satu aspek dengan mengabaikan aspek yang lain baik individu maupun masyarakat dalam merumuskan tujuan pemidanaan, tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila yang mengutamakan keadilan. 9 Dilihat dari Pasal 1 angka 1 dan 2, Pasal 2 dan Pasal 3 maka pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan itu berfungsi untuk menbina para terpidana untuk dapat kembali lagi kedalam masyarakat. Akan tetapi peran ini belum bisa dijalankan karena berbagai alasan yang salah satunya adalah terlalu banyak narapidana dalam satu lapas yang salah satu penyebabnya adala pidana yang terlalu lama. Di berbagai Negara seperti Norwegia, Portugal, Spanyol pidana seumur hidup telah dicabut. Dilihat dari berbagai aspek diatas bahwa penerapan pidana seumur hidup sendiri tidak juga menimbulkan efek jera yang besifat general preventif. Sehingga apakah masih perlu mempertahakan pidana seumur hidup yang merupakan peninggalan colonial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, pancasila dan bukan merupakan pidana yang sesuai dengan nilai sosial dan budaya indonesia 3.1 Simpulan Pidana seumur hidup merupakan salah satu dari jenis pidana yang ada di Indonesia akan tetapi belum adanya penjelasan tentang pidana seumur hidup ini menimbulkan adanya multi tafsir sehingga menimbulkan kekaburan norma. Sehingga diperlukan suatu peraturan yang jelas tentang pidana seumur hidup atau bahkan penghapusan terhadap pidana seumur hidup. 9 Djisman Samosir, 1992, Fungsi Pidana Penjara dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia, Cetakan pertama, Bina Cipta, Bandung, hal 45. 6

Dilihat dari UU Pemasyarakatan saat ini dalam penjatuhan pidana harus memiliki unsur kemanusiaan, keadilan, dan edukatif dapat dilihat bahwa pidana seumur hidup telah tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan yang telah ada. Pidana seumur hidup sendiri mencermikan pembalasan saja terhadap kesalahan pelaku tanpa ada nilai pembinaan dan pengajaran terhadap pelaku dan jelas tidak memberikan kesempatan terhadap terpidana untuk memperbaiki diri kondisi lapas di Indonesia saat ini yang sudah over kapasitas jelas menimbulkan masalah tersendiri yang menghambat progam untuk mengembalikan main set dan prilaku para terpidana menjadi lebih baik sehingga dapat kembali lagi kemasyarakat, hingga malah menjadi tempat para terpidana menaikan kompentsi mereka dalam melakukan kejahatan DAFTAR PUSTAKA Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Djisman Samosir, 1992, Fungsi Pidana Penjara dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia, Cetakan pertama, Bina Cipta, Bandung. M. Sholehuddin, 2003, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide dasar double track system Dan Implemtansinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Tongat, 2005, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia, UMM Press, Malang. Wirjono Prodjodikoro, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, PT RefikaAditama, Cet. IX, Bandung. Undang-Undang: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 7