BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan


adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi. kesehatan optimal tersebut ditandai hidup sehat dan kemajuan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil,

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Labour Organizatiom (ILO) 2013, 1 pekerja. pekerja kehilangan nyawa (Depkes, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. International Laboir Organization (ILO) tahun 2010, diseluruh dunia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut sangat dibutuhkan perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. Perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat lebih besar tertuju pada tenaga kerja sektor formal dibandingkan dengan tenaga kerja sektor informal. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No. 50/2012 dijelaskan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja wajib menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) (1). Begitu juga data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Ketenagakerjaan dilaporkan akhir tahun 2015 menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang. (2) Kurangnya perhatian pemerintah pada tenaga kerja sektor informal sangat disayangkan sementara sektor informal sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka pengangguran. Dewasa ini sektor informal mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat dibandingkan sektor formal. Pada tahun 2008 kurang lebih 60 juta orang tenaga kerja dari 97 juta orang total tenaga kerja Indonesia, terserap di sektor informal. Oleh karena itu, sektor informal telah banyak membantu

2 mengurangi beban negara akibat penggangguran atau merupakan pendukung utama sektor perekonomian negara. Namun demikian sektor ini memiliki standar kesejahteraan pekerja yang masih jauh dari memuaskan. Umumnya para pekerja memiliki beban dan waktu kerja berlebih, sementara upah yang diterima jauh di bawah standar, demikian juga aspek keselamatan dan kesehatan kerja belum banyak diperhatikan oleh para pemilik usaha. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang ditunjukkan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus benar-benar diterapkan dalam suatu perusahaan, pengawasan tidak hanya terhadap mesin saja tetapi yang lebih penting terhadap manusianya. Hal ini dilakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tanaga kerja yang akan selalu berhadapan dengan resiko kerja yang antara lain dalam bentuk kecelakaan kerja yang berdampak, cacat bahkan sampai meninggal. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan terjadi pada pekerja saat melaksanakan pekerjaan. (3) Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu ditingkatkan upaya dan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di kalangan pengusaha dan pekerja yang dihadapi diperusahaan. Maka sebagai upaya terakhir adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari bahaya atau kecelakaan yang terjadi. Pemakaian APD harus diangap sebagai garis pertahanan terakhir dan hanya akan digunakan ketika pengendalian mesin menjadi sulit dan tidak efektif, namun

3 APD dapat digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di perusahaan. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. PAK sering dianggap sebagai The Silent Killer, tidak saja merugikan pekerja yang tanpa sadar telah mengidap penyakit akibat pekerjaan/lingkungan kerja, melainkan juga mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi serta menurunnya produktivitas. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari- hari, pekerja di berbagai sektor akan terpajan dengan risiko PAK. Risiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. (4) Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan lingkungan bangungan serta kualitas manajemen dan tenaga pelaksana. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Internasional tahun 2013, satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun 2012, ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. (5) Data kecelakaan akibat kerja (KAK) dan PAK di Indonesia tahun 2011 tercatat 96.314 kasus dengan korban meninggal 2.144 orang dan cacat 42 orang. (5) Pada tahun 2012 kasus KAK dan PAK meningkat menjadi 103.000 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Indonesia belum berjalan dengan baik. (6) Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan ( unsafe condition), sedangkan

4 golongan kedua adalah faktor manusia ( unsafe action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja yaitu antara 80 85% (7) Seorang pekerja yang melakukan tindakan tidak aman ( unsafe action), memiliki latar belakang mengapa mereka melakukan tindakan tidak aman. Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai kondisi kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, minat, emosi, kehendak, berpikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi, dan sebagainya. (8) Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Faktor pertama yaitu faktor dasar ( predisposing factors), mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan, norma sosial, keterlibatan pekerja, komunikasi dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu di dalam masyarakat yang terwujud dalam motivasi. Faktor kedua yaitu faktor pendukung (enabling factors), mencakup sumber daya atau potensi masyarakat, terwujud dalam pelatihan, tersedianya fasilitas atau sarana keselamatan kerja, lingkungan fisik, dan lingkungan kerja. Faktor ketiga yaitu faktor penguat ( reinforcing factors) mencakup sikap dan perilaku dari orang lain yang terwujud dalam dukungan sosial. (9) Sebagai contoh dari faktor penguat yaitu komitmen manajemen, pengawasan, Undang-Undang, peraturan dan prosedur K3. Upaya mengurangi kecelakaan kerja adalah dengan menerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Pemahaman dan penerapan K3 di industri besar pasti lebih baik dibandingkan perusahaan kecil atau sektor informal oleh karena di sektor ini Alat Pelindung Diri (APD) saja belum tentu ada. (6) Alat Pelindung Diri (APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. Berbagai penelitian tentang penggunaan APD antara lain telah dilakukan oleh Ranggi Pratama (2014) menyimpulkan terdapat

5 hubungan pengetahuan tentang dampak pengelasan dengan penggunaan alat pelindung diri pada tukang las. (10) Demikian pula yang dilakukan oleh Prilia Relastiani Ramadan (2014) menyatakan ada pengaruh positif antara pengetahuan K3 dan sikap terhadap kesadaran berperilaku K3. (11) Selanjutnya Dewinta (2012) juga menyimpulkan perilaku kerja berpengaruh positif terhadap keselamatan kerja. (12) Bengkel las merupakan salah satu tempat kerja informal yang berisiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selama proses pengelasan akan timbul radiasi dari sinar ultra violet yang mengakibatkan kelelahan pada mata, penglihatan kabur, konjungtiva kemotik, kekeruhan pada lensa, katarak, dan mata terasa sakit. Kejadian trauma pada pekerja las juga sering terjadi seperti trauma mekanik yang bisa melukai palpebra, sistem lakrimalis, laserasi konjungtiva, erosi kornea, trauma kimia dan trauma fisik seperti luka bakar dan luka akibat radiasi. Selain itu debu dan gas uap dari pengelasan (CO, CO2,NO2) dapat menyebabkan sesak nafas, percikan api atau panas dapat menyebabkan luka bakar. (13) Kecamatan Kuranji merupakan salah satu dari 11 kecamatan di Kota Padang yang sedang giat mengembangkan wilayahnya. Dengan pesatnya pembangunan, maka perkembangan sektor informal terus terjadi peningkatan. Salah satu sektor informal yang terus berkembang adalah bengkel las. Dari 9 kelurahan di Kecamatan Kuranji yang paling banyak terdapat bengkel las adalah kelurahan Gunung Sarik yaitu 17 bengkel las. Hasil survey awal pada 10 pekerja tentang penggunaan APD terdapat 60 % tidak menggunakan, 70% pengetahuannya rendah, 60 % sikap negatif, 60 % motivasi yang rendah, 60 % tidak ada pengawasan. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Gunung Sarik

6 Kecamatan Kuranji Tahun 2017. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 3. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 4. Diketahuinya distribusi frekuensi motivasi pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 5. Diketahuinya distribusi frekuensi pengawasan pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 6. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji

7 7. Diketahuinya hubungan sikap dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 8. Diketahuinya hubungan motivasi dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 9. Diketahuinya hubungan pengawasan dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Balai Hiperkes Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola Balai Hiperkes dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pekerja bengkel las 2. Bagi Begkel Las Tersedianya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji tahun 2017 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat mengaplikasikan ilmu selama di bangku perkuliahan.

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, motivasi, dan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel las di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji tahun 2017.