commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sembilan kabupaten dan satu kota madya. Bengkulu memiliki banyak suku dan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Bengkulu memiliki banyak daya tarik wisata mulai dari alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

Manfaat Keberagaman Budaya yang Ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB V PENUTUP. Penggunaan teknologi sederhana telah diterapkan di desa-desa salah satunya Desa

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Nusa Dua merupakan sebuah wilayah yang berada di bagian selatan Pulau

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peringatan Maulid Nabi Muhammad, merupakan peristiwa bersejarah bagi

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Jawa Barat. Kampung Adat Pulo memilki karakteristik yang unik yang

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. khususnya setelah Perang Dunia II. Jika dibandingkan dengan industri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

UPACARA RELIGI DAN PEMASARAN PARIWISATA DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Setiap suku bangsa, memiliki kebudayaan yang menjadi identitas serta jati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1 sampai dengan 10 Muharam kalender Islam. Menurut Zacky (2003:40) nama tabut sendiri berasal dari bahasa Arab mengumpulkan potongan tubuh Husain untuk dibawa dan dimakamkan menuju Padang Karbala, Baghdad Irak. Husein adalah anak dari Siti Fatimah Az-Zahroh Bin Muhammad yang gugur dalam medan perperangan pada tahun 680 sebelum masehi atau pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah. Husain meninggal karena pertempuran yang tidak seimbang melawan kaum Kawarij yang diperintahkan Ubaidillah Bin Ziyad. alifah Bani Umayah di bawah pimpinan panglima Tradisi tabut dipercaya sebagai ritual sakral yang wajib dilaksanakan, karena dianggap sebagai media untuk mengungkapkan rasa cinta mereka kepada ahlulbait (Keluarga Rassulullah) yang bernama Husein anak dari Siti Fatimah Az- Zahroh Bin Muhammad yang wafat dalam perperangan. Masyarakat Bengkulu meyakini, bahwa apabila tabut ini dilaksanakan tentu mereka yang melakukannya akan mendapat berkah dari Allah S.W.T, karena secara tidak langsung melalui tabut masyarakat Bengkulu dapat ikut mendoakan keselamatan dan kesejahteraan ahlul-bait (Keluarga Rassulullah), sebaliknya jika ritual ini tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan murka dari Allah S.W.T, sebab masyarakat telah melupakan perjuangan cucu Nabi Muhammad S.A.W bernama Husain yang gugur dalam perperangan demi memperjuangkan agama Islam (Dahri, 2009:16). Berkaitan dengan hal tersebut, Van Ball (1997:12) mengatakan, bahwa peranan upacara (baik ritual maupun seremonial) adalah untuk mengingatkan manusia berkenaan dengan eksistensi dan hubungan dengan lingkungan mereka. 1

2 Dengan adanya upacara-upacara tersebut, suatu warga masyarakat bukan hanya selalu diingatkan, tetapi juga dibiasakan untuk menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak yang berada pada tingkat pemikiran untuk berbagai kegiatan sosial yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Giddens (2010:48-50) di mana tradisi merupakan adat atau kebiasaan (custom or habit), yang merupakan penanda identitas, baik secara pribadi maupun kolektif masyarakat pendukungnya. Identitas adalah penciptaan konstansi dalam perjalanan waktu, yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan masyarakat pewarisnya dengan realitas identitas sosial yang lebih luas, dalam hal ini disebut dengan perhatian psikologis. Demikian pula dalam tradisi tabut, juga berkaitan dengan penghormatan masyarakat Bengkulu terhadap kematian Husain, cucu Nabi Muhammad S.A.W dalam upaya permohonan keselamatan dan kesejahteraan yang tidak lepas dari mitos bagi pendukung kebudayaan untuk menjaga dan mempertahankan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Bengkulu. Tradisi tabut sendiri, memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Bengkulu yang tidak hanya sebagai bentuk ritual keagamaan saja, melainkan juga sebagai bentuk tradisi yang mampu memunculkan identitas dan jati diri masyarakat Bengkulu. Saat ini ritual tabut telah mengalami proses transformasi dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman akibat persinggungan sebuah tradisi yang mampu menciptakan sebuah kedinamisan dalam sebuah tradisi. Menurut Sibarani (2012:3) transformasi yang tidak dapat dielakkan di masa mendatang adalah transformasi tradisi ke arah industri pariwisata oleh kapitalisme yang berkaitan dengan ekonomi, kekuatan budaya dominan, dan kekuatan ideologi-ideologi dunia yang tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Globalisasi menimbulkan pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal dan global yang semakin tinggi intensitasnya. Sistem nilai budaya lokal yang selama ini digunakan sebagai acuan atau panutan oleh masyarakat pendukungnya, tidak jarang telah mengalami perubahan karena nilai-nilai budaya global dengan

3 kemajuan teknologi informasi yang semakin mempercepat proses perubahan tersebut (Sirtha, 2007:63). Terkait dengan fenomena globalisasi, sejak Provinsi Bengkulu dijadikan sebagai daerah destinasi pariwisata nasional, gejala praktik kapitalisme mulai nampak dengan munculnya industri pariwisata berbasis budaya yang merupakan fenomena kebudayaan global yang dipandang sebagai suatu sistem yang terus berkembang mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar. Pariwisata ibarat pisau bermata dua yang mempunyai dua sisi berbeda. Pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan dapat pula menimbulkan dampak negatif. Pariwisata di satu sisi dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal/setempat dan dapat pula mengangkat identitas budaya daerah ke tingkat global, namun di sisi lain dengan adanya pariwisata justru mengakibatkan terjadinya kemerosotan nilai budaya daerah dari yang bersifat sakral menjadi profan. Apabila nilai budaya masyarakat telah merosot maka masyarakat akan kehilangan kepribadiannya, bahkan kemerosotan nilai budaya masyarakat tersebut menyebabkan pengembangan pariwisata budaya akan terancam. Sejalan dengan hal tersebut, tabut mengalami kemerosotan nilai budaya akibat pengaruh globalisasi yang menyebabkan masyarakat Bengkulu terintegrasi ke dalam suatu tatanan yang lebih luas dari yang bersifat lokal menjadi global yang kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran dari masyarakat untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan akar budaya leluhur yang menyebabkan terjadinya perubahan fungsi tabut. Perubahan fungsi tabut terkait dengan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat yang menjadi tendensi ekonomi, sehingga tradisi tabut menjadi alat komoditas dan dikonsepkan sebagai salah satu bentuk mata pencaharian yang mendapat dukungan besar dari pemerintah untuk mengemasnya menjadi daya tarik wisata budaya (Yuliati, 2010:3). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2010) terkait dengan tabut, diketahui bahwa beliau hanya mengungkapkan tentang komodifikasi tabut secara umum dari segi pemasaran pariwisata. Komodifikasi yang dilakukan merupakan strategi pemerintah bersama-sama masyarakat setempat dalam pengembangan tabut menjadi industri pariwisata berbasis budaya yang memenuhi

4 persyaratan keaslian (originality), kelangkaan (scarsity), dan keutuhan (wholesomeness) sebagai aset berharga dalam pembangunan pariwisata budaya di Provinsi Bengkulu, di mana dalam pendistribusiannya menggunakan media massa dan komunikasi lisan dengan harapan agar wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik berkunjung untuk menyaksikan tabut di Provinsi Bengkulu, sedangkan peneliti sendiri melihat dari sudut pandang keilmuan kajian budaya (cultural studies) yang mengkritisi dampak lain yang ditimbulkan dari komodifikasi yang secara harfiah adanya sentuhan kapitalis dan hegemoni di dalamnya. Pemerintah, masyarakat, dan pemangku tradisi secara sengaja mengubah tabut dari yang bersifat sakral menjadi profan demi pengembangan kepariwisataan di Provinsi Bengkulu. Oleh sebab itu, secara sadar atau tidak pada akhirnya akan membawa berbagai macam persoalan. Persoalan yang ditemukan di lapangan oleh peneliti yakni, (1) tabut saat ini didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana penunjang wisata, (2) Tradisi tabut oleh pemerintah dijadikan komoditi bernilai ekonomi, dan (3) adanya penambahan daya tarik tabut yang dibuat secara sengaja oleh pemerintah, sebagai strategi dalam menarik wisatawan. Ironis fenomena ini justru membuat tradisi tabut yang berlangsung secara turun temurun, kini berubah fungsi dari makna aslinya ke arah komodifikasi yaitu sebuah proses kapitalisme yang merupakan cara produksi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya (Karl Marx, dalam Barker, 2000:13). Persoalan-persoalan tersebut di atas telah membuat tabut tidak lagi sebagaimana dilakukan seperti dulu. Tradisi tabut telah menjadi bagian dari praktik kapitalisme yang mengacu pada praktik komodifikasi. Tradisi tabut sebelumnya tidak dianggap sebagai barang/jasa dagangan dan hanya dimiliki oleh masyarakat pemangku tradisi yakni suku Sipai di Provinsi Bengkulu, namun kini menjadi produk komoditas yang berorientasi ekonomi (pasar). Dari hal tersebut, tentunya ini menarik untuk dikaji secara mendalam terkait proses komodifikasi tabut, respon masyarakat dan pemangku tradisi, dan dampak komodifikasi terhadap nilai kesakralan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu? 2. Bagaimanakah respon masyarakat dan pemangku tradisi terhadap komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu? 3. Bagaimanakah dampak komodifikasi terhadap nilai kesakralan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran tentang komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu. Penelitian ini memiliki tujuan umum dan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Kajian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi khasanah budaya daerah sebagai hak kekayaan intelektual bangsa indonesia dalam usaha untuk memperkokoh persatuan nasional yang tentunya ikut memperkaya khasanah budaya nasional. Disamping itu pula, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami serta mendeskripsikan tentang, proses komodifikasi tabut, respon masyarakat dan pemangku tradisi terhadap komodifikasi tabut, dan dampak komodifikasi terhadap nilai kesakralan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu yang berkaitan dengan nilai budaya dan religi yang harus dilestarikan dan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. 1.3.2 Tujuan Khusus Sejalan dengan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka ada empat tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: 1. Menjelaskan proses komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu.

6 2. Menjelaskan respon masyarakat dan pemangku tradisi terhadap komodifikasi tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu. 3. Menjelaskan dampak komodifikasi terhadap nilai kesakralan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dibedakan atas dua, yakni manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan secara logis, terutama yang berkaitan dengan tabut sebagai daya tarik wisata budaya di Provinsi Bengkulu. Selain itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat dalam pengembangan cakrawala keilmuan kajian budaya, khususnya dalam pengkajian mengenai komodifikasi. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : (1) pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu dalam menentukan dan menetapkan kebijakan yang tepat dalam pelestarian budaya lokal yang dimiliki masyarakat Bengkulu khusunya pada tradisi tabut, (2) pihak-pihak yang peduli dengan pelestarian budaya-budaya lokal yang berkaitan dengan tabut yang kian hari semakin memudar, (3) peneliti-peneliti yang ingin mengkaji tabut dan bagi masyarakat Bengkulu diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran akan pentingnya menggali dan memaknai tabut yang merupakan bagian dari identitas budaya masyarakat Bengkulu, (4) masyarakat untuk menambah wawasan mereka, khususnya masyarakat Bengkulu tentang akan pentingnya melestarikan budaya leluhur sebagai identitas dan jati diri bangsa, (5) langkah inventarisasi budaya yang kian hari keadaanya semakin menurun oleh mayarakat pendukungnya