BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reiza Kusumowardhany, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

DAFTAR ISI. B. Model Pembelajaran Konvensional... 20

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, 2014), 184. Wida Rachmiati, Konsep Bilangan Untuk Calon Guru SD/MI, (Depok: Madani Publishing, 2015), 2-8.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian, analisis data, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. berkualitas dan satu satunya wadah yang berfungsi sebagai alat untuk. membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian). Dalam dunia anak-anak usia

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel A, kita mengatakan arah variabel itu dari A ke B bukan dari B ke A.

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan. Dalam dunia matematika juga terdapat kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: Volume. 18, Nomor 1, hal 60-67

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI...

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak guru yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar siswa yang memiliki suatu tujuan tertentu. Menurut Isjoni (2007:11) pembelajaran merupakan sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Ruhimat (2010:5) pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa melalui suatu proses (belajar) yang efektif untuk mencapai perkembangan optimal dan seimbang antara aspek kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran posisi siswa harus ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek belajar, sehingga siswa tidak hanya menerima informasi akan tetapi siswa harus mampu mencari dan menerapkan informasi tersebut. Hal ini berarti bahwa siswa dalam belajar selalu dituntut untuk mengembangkan semua kemampuan dan potensinya secara maksimal. Selain itu, pembelajaran yang efektif tersebut harus dapat merangsang kemampuan komunikasi siswa, karena sejatinya kegiatan pembelajaran tidak akan pernah terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran, dengan kemampuan komunikasi siswa dapat mengkomunikasikan kembali seluruh potensi atau ide yang siswa tersebut miliki secara terbuka di kelas. Hal tersebut akan membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan saling mengkomunikasikan informasi atau ide satu sama lain, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran efektif di sekolah seharusnya menjadikan guru sebagai fasilitator yang bersifat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru belum sepenuhnya mengasah atau merangsang kemampuan komunikasi yang dimiliki

2 siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat mentransfer ilmu atau informasi yang guru miliki kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (metode ceramah). Pembelajaran konvensional tidaklah buruk untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah memang sesuai digunakan dalam beberapa materi dalam pembelajaran pada mata pelajaran geografi, namun jika model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah tersebut digunakan dalam setiap kali kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu yang panjang bisa jadi siswa akan merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada partisipasi dan kontribusi siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilalui, dan pada akhirnya kan berdampak pada kemampuan komunikasi siswa yang pada akhirnya berpengaruh pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi jika dalam kegiatan pembelajaran siswa mendapatkan sesuatu yang baru atau pembelajaran tersebut dilakukan dengan hal yang menyenangkan, sehingga diduga siswa tersebut akan lebih bersemangat dan berkontribusi secara aktif dalam proses kegiatan pembelajarannya. Djamrah (2006:3) menyatakan bahwa kemampuan yang dapat dimiliki siswa, akan ditentukan dengan kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini dapat diartikan, dengan penggunaan metode sesuai atau tepat maka akan sesuai pula dengan standar keberhasilan yang telah ditetapkan dalam suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya bahwa komunikasi merupakan salah satu hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran karena jika komunikasi tidak terjadi dalam kegiatan pembelajaran maka tidak akan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran secara konvensional jika dilakukan secara terus menerus pada setiap kegiatan pembelajaran, sedikit banyaknya akan berpengaruh pada rendahnya kontribusi dan partisipasi terhadap mata pelajaran geografi di setiap kegiatan pembelajarannya. Hal ini salah satu yang dapat

3 menyebabakan kurang terasahnya kemampuan komunikasi siswa itu sendiri. Kurangnya kontribusi dan partisipasi siswa di kelas ketika kegiatan pembelajaran menyebabkan siswa tersebut enggan untuk mengemukakan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengklarifikasi pemahaman siswa mengenai materi yang kurang dimengerti dan mengajukan gagasan, pendapat atau ide berdasarkan hasil pemikiran siswa secara umum kepada publik ataupun teman lainnya baik secara lisan khususnya secara tulisan. Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk saling berinteraksi satu sama lain untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kerja. Sehingga setiap anggota diharapkan dapat mampu saling berinteraksi dalam mengkomunikasikan gagasan atau pemikiran yang mereka miliki dan dapat saling melengkapi, mengklarifikasi ketidakpahaman terhadap suatu materi atau persoalan yang dihadapi dalam kelompok yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran seoptimal mungkin. Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang dilakukan dan dibuat oleh siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mendukung siswa berperan aktif didalamnya. Model pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis kerja tim atau kerja kelompok yang berpacu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya masing-masing sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran Menurut Lie (2002:12) cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur yang disebut dengan sistem pembelajaran gotong royong, dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu menurut Ningrum (2009: 173) pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

4 strategi pembelajaran yang dilakukan agar siswa bekerja bersama-sama pada suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif learning ini memiliki lima unsur yang harus diterapkan, seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002:31), yaitu: 1. Saling ketergantungan positif (keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya), 2. Tanggung jawab perseorangan (masing-masing anggota melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugasnya dalam kelompok bisa dilaksanakan), 3. Tatap muka (setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi), 4. Komunikasi antar anggota (unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan keterampilan berkomunikasi), 5. Evaluasi proses kelompok (adanya evaluasi untuk mengetahui proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok agar selanjutnya bisa berkerja sama dengan lebih baik lagi). Aktivitas quick on the draw merupakan aktivitas yang terdiri dari kelompok-kelompok siswa yang bertugas untuk menyelesaikan pertanyaanpertanyaan yang disiapkan oleh guru. Sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Ginnis (2008:163-164) quick on the draw merupakan sebuah aktivitas riset dan kerja tim atau kerja kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dan tulisan seperti berbicara (mengungkapkan suatu gagasan, memberikan pertanyaan dan menyanggah suatu pendapat atau gagasan pada proses pembelajaran); mendengarkan, membaca (kemampuan siswa dalam membaca soal secara tepat dan cepat sehingga dapat langsung mengetahui inti dari suatu soal tersebut), menulis (menuliskan dan melaporkan hasil kegiatan atau aktivitas pembelajaran dengan laporan kelompok secara tertulis). Aktivitas ini berpacu kepada kecepatan sebuah tim dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang dapat mendorong kerja sama berkelompok untuk menyelesaikan satu set kartu pertanyaan. Menurut Ginnis (2008:163-164) ada beberapa keunggulan dan manfaat dari aktivitas ini, yaitu: (1) Dapat membantu membiasakan siswa untuk mendapatkan pengalaman mengenai macam-macam keterampilan komunikasi seperti membaca, berbicara, menulis yang didorong oleh kecepatan aktivitas; (2) Membiasakan siswa belajar mandiri; (3) Membiasakan

5 siswa belajar kepada sumber lain tidak hanya bersumber kepada guru; (4) aktivitas ini sesuai untuk siswa berkarakter kinestetik, karena dalam aktivitas ini siswa akan terus bergerak sehingaa siswa tidak akan duduk diam selama lebih 2 menit. Model pembelajaran kooperatif ini sesuai jika dikombinasikan dengan aktivitas quick on the draw dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif learning dengan kelima unsurnya yang juga terdapat dalam aktivitas quick on the draw dan keunggulan-keunggulan dalam aktivitas tersebut memiliki kesesuaian jika dikombinasikan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa akan memperoleh kesempatan berkerja sama dalam suatu kelompok yang heterogen dalam model pembelajaran kooperatif dan selain bekerjasama dalam suatu kelompok, siswa pun dapat melakukan kegiatan kerjasama tersebut dalam suatu aktivitas pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga akan lebih pembelajaran akan lebih optimal jika pada saat menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan komposisi siswa yang heterogen. Pembelajaran dikelas akan lebih menarik atau hidup jika didalam kelas siswa turut ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut. Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu guru untuk melibatkan siswa berperan aktif didalamnya, sehingga guru tidak hanya menjadi satu-satunya sumber informasi yang hanya melakukan interaksi dan komunikasi yang sifatnya hanya satu arah saja dan siswa pun tidak hanya menerima informasi tersebut tanpa adanya interaksi dan komunikasi dalam pembelajaran tersebut. Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang diduga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa pada mata pelajaran geografi. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif quick on the draw ini dalam meningkatkan kemampuan komunikasi siswa sebelumnya sudah diterapkan pada beberapa Sekolah Menengah Pertama di Pekanbaru dalam tesis Pascasarjana UPI tahun 2012 yang berjudul Penerapan Aktivitas Quick On The Draw Dalam Tatanan Pembelajaran

6 Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa oleh Hayatun Nufus. Berdasarkan hasil penelitian kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan. Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif ini belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, selain itu setiap pembelajaran dirasa perlu untuk meningkatkan baik kemampuan komunikasi, khususnya kemampuan komunikas tulisan siswa tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada program studi geografi dengan judul Pengaruh Aktivitas Quick On The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMAN Caringin Kabupaten Bogor). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: "Apakah aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi siswa di Sekolah Menengah Atas?" Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan komunikasi kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional?

7 C. Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi pengaruh aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten Bogor 2. Untuk mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol pada mata pelajaran geografi di SMAN I Caringin Kabupaten Bogor 3. Mengidentifikasi perbedaan kemampuan komunikasi siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah) D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat praktis, diharapkan dapat memberikan alternatif lain dalam pemilihan model pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui aktifitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa 2. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi yang diharapkan dapat membantu penelitian sejenis yang ruang lingkupnya lebih luas mengenai pengaruh kemampuan komunikasi dengan aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif. E. Hipotesis Penelitian

8 Menurut Sudjana, N. (1993:215) hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang perlu diuju kebenarannya. Berdasarkan pemasalahannya sebelum penelitian ini dilakukan, maka hipotesis yang akan diuji yaitu: 1. Hipotesis Nol (Ho): Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor Hipotesis Alternatif (H1): Aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa kelas eksperimen pada mata pelajaran geografi di SMAN Caringin Kabupaten Bogor 2. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol Hipotesis Alternatif (H1): Adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) terhadap kemampuan komunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol 3. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas kontrol Hipotesis Alternatif (H1): Adanya perbedaan kemampuan komunikasi tulisan siswa yang mendapatkan pembelajaran aktivitas quick on the draw dalam model pembelajaran kooperatif kelas eksperimen dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional (ceramah) kelas kontrol.