KEBERADAAN PESUT (Orcaella brevirostris) DI SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR *)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANTAUAN STATUS POPULASI PESUT (Orcaella brevirostris) DI SUNGAI PELLA (DAERAH ALIRAN SUNGAI MAHAKAM), KALIMANTAN TIMUR

Facultative river dolphins : conservation and social ecology of freshwater and coastal Irrawaddy dolphins in Indonesia Kreb, D.

BAWAL Vol. 6 (1) April 2014 : 63-68

II. TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

Family Neobalaenidae. Ordo Odontoceti

PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION KALIMANTAN

KOMUNITAS IKAN DAN FAKTOR KONDISI BEBERAPA IKAN PUTIHAN DI SUNGAI MUARA KAMAN DAN DANAU SEMAYANG

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kondisi umum lokasi penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BERTUMPU PADA HUTAN DI DAS MAHAKAM

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

PENGARUH LALU LINTAS KAPAL TERHADAP PERILAKU MUNCUL PESUT (Orcaella brevirostris) DI SUNGAI MAHAKAM DAN TELUK BALIKPAPAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PROGRAM KONSERVASI PESUT MAHAKAM

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

Tiger (Panthera tigris) Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti)

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

PROGRAM KONSERVASI PESUT MAHAKAM

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

ANCAMAN KELESTARIAN DAN STRATEGI KONSERVASI OWA-JAWA (Hylobates moloch)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

USULAN PERLINDUNGAN KURA BANING HUTAN (Manouria emys emys) UNTUK MASUK DALAM DAFTAR SATWA LIAR YANG DILINDUNGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Seperti mamalia pada umumnya, mamalia laut memiliki ciri:

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

RE-DESAIN KONSERVASI PESUT MAHAKAM (Orcaella brevirostris Gray, 1866) BERBASIS PERUBAHAN SEBARAN DI SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR IVAN YUSFI NOOR

DISTRIBUSI LUMBA-LUMBA DI KEPULAUAN SERIBU, PROVINSI DKI JAKARTA CHIKARISTA IRFANGI

Pergerakan. Perilaku Makan

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

KOMPOSISI JENIS DAN ASPEK BIOLOGI IKAN PARI LAMPENGAN (Mobulidae) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN SELATAN JAWA

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

SUNGAI MARO: SALAH SATU SUMBER PLASMA NUTFAH JENIS IKAN ASLI PAPUA

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

PERSPEKTIF KELESTARIAN PESUT MAHAKAM (Orcaella brevirostris Gray, 1886) BERDASARKAN HABITAT SERTA PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT HAJAH AINAH

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

Transkripsi:

Keberadaan Pesut (Orcaella brevirostris) di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur (Oktaviani, D., et al.) ABSTRAK Pesut atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Irrawaddy dolphin dengan nama ilmiah (Orcaella brevirotris) adalah spesies mamalia air tawar yang dilindungi baik secara nasional maupun internasional. Sungai Mahakam yang berada di Propinsi Kalimantan merupakan salah satu habitat pesut di Indonesia, dan sampai dengan saat ini dapat dilihat keberadaan. Populasi pesut yang semakin turun sehingga memerlukan perhatian dalam upaya mempertahankan keberadaan. Upaya tersebut memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kualitas habitat dan pesut. KATAKUNCI: KEBERADAAN PESUT (Orcaella brevirostris) DI SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR *) Dian Oktaviani 1), Syahroma H. Nasution 2), dan Dharmadi 1) 1) Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Ancol-Jakarta 2) Peneliti pada Pusat Penelitian Limnologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong Teregristrasi I tanggal: 20 Pebruari 2006; Disetujui terbit tanggal: 4 Oktober 2006 pesut, Orcaella brevirostris, habitat, Sungai Mahakam, Kalimantan Timur PENDAHULUAN Sungai Mahakam sebagaimana sungai besar lain di Indonesia bersifat multi fungsi. Salah satu fungsi utama dari sungai adalah sebagai sum ber penghidupan bagi penduduk di sekitar seperti kebutuhan air dan juga dapat menjadi sumber mata pencarian bagi nelayan. Perkembangan jumlah penduduk di sepanjang Sungai Mahakam berkembang dengan cepat terutama di bagian sungai yang merupakan tepat pemukiman penduduk. Selain itu, Sungai Mahakam dikenal sebagai habitat alami dari berbagai jenis ikan, burung air, dan juga beberapa jenis mamalia air lain. Mamalia air tawar yang sangat dikenal berasal dari sungai ini adalah pesut. Pesut atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Irrawaddy dolphin dengan nama ilmiah (Orcaella brevirotris) merupakan salah satu jenis yang dilindungi baik secara nasional maupun internasional. Pemerintah telah menetapkan bahwa pesut termasuk hewan dilindungi yang tercantum dalam PP No.7 tahun 199. Di dunia internasional pesut masuk dalam daftar CITES yang digolongkan ke dalam Lampiran 1. Penggolongan ini merupakan hasil pertemuan CoP 13 CITES di Bangkok yang sebelum termasuk dalam Lampiran 2. Pesut merupakan simbol kebanggaan bagi Propinsi Kalimantan Timur, namun sampai dengan saat ini belum ada tindakan secara khusus dalam hal pengelolaan perlindungan. BIOLOGI PESUT Pesut merupakan jenis hewan menyusui dan habitat air tawar (sungai, danau, dan muara sungai), berikut urutan takson dari pesut: Phyllum: Chordata Class: Mammalia Ordo: Cetacea Family: Delphinidae Genus: Orcaella Spesies: Orcaella brevirotris Pesut memiliki warna tubuh abu-abu gelap sampai dengan bau-abu terang (Arnold, 2002 dalam CMS website). Panjang tubuh mencapai 2,5 m dengan bobot >100 kg (Gambar 1). Pesut betina hamil selama 14 bulan dan melahirkan seekor anak. Foto: website CMS, 2004 Gambar 1. Pesut (Orcaella brevirostris). 127

BAWAL Vol.1 No.4-April 2007: 127-132 Makanan utama pesut adalah ikan bersirip lunak yang pada umumnya termasuk dalam kelompok ikan putihan. Selain itu, juga ada informasi yang mengatakan bahwa makanan pesut selain ikan juga udang (Ridgway & Harrison, 1989). Hasil tangkapan nelayan di Danau Melintang dan Danau Semayang terdapat jenis-jenis ikan putihan seperti repang (Osteochilus repang), tebal dada (Rohteicthys microlepis), pahat (Puntius nini), salap (Puntius schwanefeldi), dan barukung (Barbichthys laevis). Jenis-jenis ikan putihan tersebut dapat menjadi makanan bagi pesut. Kepastian jenis ikan yang dimakan oleh pesut belum dapat diketahui, sehingga hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Pesut pada umumnya hidup berkelompok antara 6 sampai dengan 15 ekor (Marsh et al., 1989). Gambar 2 memperlihatkan sekelompok pesut yang sedang berenang di Sungai Pella menuju ke Sungai Mahakam. Pergerakan pesut disinyalir mengikuti pergerakan ikan. Hal tersebut, dengan mekanisme cara perburuan yang memanfaatkan kemampuan ekolokasi untuk mendeteksi mangsa. Seperti kelompok cetacean lain pesut juga mempunyai kemampuan ekolokasi. Frekuensi dominan yang dipakai tercatat 60 khz (Kamminga, 1983). Namun, dugaan pergerakan pesut mengikuti pergerakan ikan memerlukan kajian yang lebih dalam dengan bantuan peralatan khusus. Gambar 2 juga memperlihat bentuk kepala yang bundar, moncong pendek, dan bentuk sirip punggung kecil terletak semi dorsal, yang menurut Carwadine (2002) merupakan ciri khusus bagi Orcaella brevirostris. Gambar 2. Kelompok pesut dengan bentuk kepala bundar (kiri); bentuk sirip punggung (kanan) sedang berenang di Sungai Pella. GAMBARAN KEADAAN HABITAT PESUT DI SUNGAI MAHAKAM Setiap waktu jumlah penduduk di suatu tempat akan mengalami perkembangan yang pesat, demikian pula yang terjadi di sepanjang Sungai Mahakam (Gambar 3). Perkembangan penduduk tersebut tentu diikuti dengan bertambah aktivitas penduduk seperti transportasi, pemanfaatan air untuk keperluan rumah tangga, penangkapan ikan, pembukaan lahan perkebunan dan persawahan, dan tempat penjualan bahan bakar (solar, minyak tanah, dan bensin). Aktivitas yang dilakukan penduduk di sekitar habitat pesut ini berpengaruh juga terhadap tingkah laku pesut. Salah satu dari alat transportasi yang menggunakan mesin bermotor, di mana pesut akan menghindarkan diri dari perahu bermotor tersebut. Selain itu, aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh penduduk dapat juga berpengaruh pada populasi pesut. Hal itu, dapat berakibat pada persaingan dalam mendapatkan ikan dan terjerat pada jaring nelayan. Aktivitas penduduk berada pada alur ruaya pesut seperti yang tergambar pada Gambar 4. Sepanjang alur ruaya pesut tidak terlepas dari aktivitas penduduk, terutama transportasi dan menangkap ikan. 128

Keberadaan Pesut (Orcaella brevirostris) di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur (Oktaviani, D., et al.) Gambar 3. Perumahan penduduk di sepanjang Sungai Mahakam. POPULASI PESUT MAHAKAM (Orcaella brevirotris) Daerah penyebaran spesies meliputi daerah populasi yang terisolasi secara geografi yaitu Australia, Bangladesh, Cambodia, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Papua New Guinea, Philippines, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam (Gambar 5) (Kreb, 2004).Di Indonesia pesut dapat Gambar 4. ditemukan di daerah aliran Sungai Mahakam Propinsi Kalimantan Timur (Gambar 6), populasi diperkirakan sekitar 34 ekor yang berarti tidak lebih dari 50 ekor (www.panda.org/species/cites, 2004). Krebs (2004) mengestimasi bahwa jumlah pesut yang ada di daerah aliran Sungai Mahakam adalah 34 ekor. Angka perkiraan populasi ini merupakan gambaran dari indikasi bahwa terjadi penurunan jumlah populasi yang Alur ruaya pesut pada lahan yang merupakan tempat bermain (playing ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) di Sungai Makaham sampai dengan Danau Melintang. 129

BAWAL Vol.1 No.4-April 2007: 127-132 Gambar 5. Distribusi Orcaella brevirostris di dunia. Sumber: mod. from Arnold, 2002; copyright CMS/GROMS sekitar tahun 1970-an dikatakan antara 100 sampai dengan 150 ekor yang berlokasi di Danau Melintang, Danau Semayang, Sungai Pela, dan sebagian Sungai Mahakam (Ridgway & Harrison, 1989; website CMS: Orcaella brevirotris, Irrawady dolphin, 2004). Jadi, dalam jangka waktu sekitar 25 tahun terjadi penurunan jumlah sekitar 30%. Dari keadaan ini, dapat dikatakan bahwa keberadaan spesies Orcaella brevirostris dikhawatirkan akan mengarah pada kepunahan. Gambar 6. Ilustrasi pada Gambar 5 merupakan gambaran di mana kelompok pesut sering terlihat dan dikatakan dalam beberapa literatur. Kota Bangun merupakan ibu kota kabupaten yang posisi dekat habitat pesut, sehingga aktivitas penduduk sangat berpengaruh terhadap habitat dan populasi pesut (Gambar 4). Kekhawatiran ini tergambar dengan naik status pesut dalam daftar CITES dari Lampiran 2 menjadi Lampiran 1 dan juga Lokasi pesut di Kalimantan Timur. Sumber: Priyono (1993); Krebs (2004) 130

Keberadaan Pesut (Orcaella brevirostris) di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur (Oktaviani, D., et al.) status di dalam Redlist IUCN tergolong dalam critically endangered dengan status tambahan data deficient. Status sebagai data deficient berarti bahwa belum banyak diketahui tentang spesies ini. Apabila hal ini dibiarkan kekhawatiran akan punah ini bahwa spesies ini dapat terjadi dalam jangka waktu yang sangat cepat. penduduk di sekitar habitat pesut tidak pernah memanfaatkan pesut menjadi obyek penangkapan. Hanya terkadang pesut terperangkap di jaring yang dipasang oleh nelayan yang menjadi tempat bermain dan mencari makan bagi pesut. Kendala bagi pengelolaan pesut saat ini adalah belum ada koordinasi yang pasti dan perhatian yang khusus untuk menangani pengelolaan habitat pesut. ANCAMAN DAN PELUANG BAGI Perkembangan dan aktivitas penduduk di sekitar habitat pesut dapat menjadi ancaman bagi populasi pesut di Sungai Mahakam. Beberapa ancaman tersebut adalah sebagai berikut: 1. Degradasi habitat (habitat degradation). 2. Terjebak dalam jaring nelayan (incedental catch). 3. Penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing). 4. Polusi. Dari ancaman-ancaman terhadap populasi pesut tersebut terdapat juga beberapa peluang untuk melindungi populasi pesut yang ada. Peluang tersebut adalah: 1. Perbaikan habitat. 2. Pengelolaan suaka perikanan. 3. Tidak ada penangkapan oleh penduduk sekitar habitat. Peluang pengelolaan suaka perikanan terkait dengan ketersedian stok makanan berupa ikan yang menjadi makanan utama bagi pesut. Peluang lain yang sangat mendukung bagi perlindungan pesut di Sungai Mahakam yaitu tidak ada penangkapan pesut oleh penduduk sekitar. Jadi, dapat dikatakan bahwa Gambar 7. STRATEGI PENGELOLAAN PERLINDUNGAN PESUT MAHAKAM Pesut termasuk dalam satwa liar yang mempunyai peran bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai pada satwa liar meliputi nilai ekonomis, nilai rekreasi, nilai keindahan dan estetika, dan nilai ilmu pengetahuan (Alikodra, 2002). Berdasarkan pada nilai-nilai tersebut, maka stategi pengelolaan perlindungan terhadap satwa liar terutama untuk spesies yang terancam punah perlu segera mendapatkan perhatian. Keberadaan pesut di dunia semakin hari semakin menurun. Populasi pesut sangat dipengaruhi oleh degradasi kualitas lingkungan perairan yang terkait dengan pasokan sumber makanan. Salah satu strategi atau action plan untuk melindungi populasi pesut seperti diagram pada Gambar 7. Diagram pada Gambar 7 mencoba untuk menggambarkan strategi perlindungan yang terkait dengan biologi dari pesut, yaitu salah satunya adalah bahwa 80% dari seluruh hidup adalah aktivitas mencari makan. Adapun makanan utama bagi pesut adalah ikan, sehingga strategi yang mungkin dilakukan adalah dengan memperbaiki tempat-tempat yang menjadi Diagram alur strategi perlindungan pesut (Orcella brevirostris). 131

BAWAL Vol.1 No.4-April 2007: 127-132 sum ber makanan. Selain itu, diagram ini menggambarkan juga pihak-pihak yang terkait dalam usaha pengelolaan perlindungan pesut. Jadi, pengelolaan perlindungan bagi spesies ini tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi tertentu ataupun hanya pemerintah, namun merupakan tanggung jawab semua pihak yaitu instansi pemerintah (pusat dan daerah) dan masyarakat. Arnold,P. W. 2002. Irrawady dolphin Orcaella brevirotris. In: Encyclopedia of marine mammals (Perrin WF, Wûrsig B, Thewissen JGM, eds) Academic Press. Sandiego. 652-654. KESIMPULAN Kamminga. 1983. In: Ridgway, S. H. & S. R. Harisson. 1989. Handbook of marine mammals. Vol.4: River dolphins and the larger toothed Whales. Academic Press Limited. Toronto: 113. Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Populasi pesut di Sungai Mahakam mengalami penurunan dan terancam punah. 2. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan perlindungan pesut, terutama pihak-pihak yang berada langsung di sekitar habitat pesut. 3. Penanganan dan strategi pengelolaan yang tepat harus segera dilakukan. 4. Dampak lain dari strategi pengelolaan yang berdasarkan pada pengendalian degradasi habitat dapat berpengaruh pada populasi spesies ikan yang ada di habitat pesut. 5. Perlu penelitian yang lebih mendalam mengenai biologi pesut di Sungai Mahakam, antara lain meliputi distribusi, bioekologi, perilaku, dan reproduksi, sehingga didapatkan informasi dasar bagi strategi pengelolaan perlindungan. Persantunan: Hasil dari kegiatan riset: Inventarisasi Mamalia Air T.A. 2004-2005 di Pusat Riset Perikanan Tangkap DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan satwa liar. Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. pp: 24-29. 132 Carwadine, M. 2002. Handbooks: Whales, dolphin, and porpois. Dorling Kindersley Publishing. Inc. New York. pp: 222 223. Marsh H., Lloze R., Heinsohn G. E., & Kasuya T. 1989. Irrawady dolphin Orcaella brevirotris (Gray, 1866) In: Handbook of Marine Mammals (Ridgway S. H., Harisson S. R. eds.) Vol.4: River Dolphin and the Larger Toothed Whales. Academic Pres. London. pp. 101-118. Priyono. 1993. Telaah habitat pesut (Orcaella brevirotris) di Danau Semayang dan sekitarnya. Dalam: Suharso, A. 1995. Studi habiatat dan penyebaran pesut (Orcaella brevirotris) di Muara Sungai Citanduy dan perairan Segara Anakan. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 9. Kreb, D. 2004. Facultative river dolphins: Conservation and social ecology of freshwater and coastal irrawaddy dolphin in Indonesia. Febodruk B. V. Enschede: 1 230; i iv. Ridgway, S. H. & S. R. Harisson. 1989. Handbook of Marine Mammals. Vol.4: River dolphins and the larger toothed Whales. Academic Press Limited. Toronto. Website CMS. 2004. Website CITES. 2005.