BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Peran Komite Sekolah dalam Partisipasi Standar Pengelolaan SMA. cenderung pasif dalam menjalankan tugas dan fungsi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. dalam dokumen sekolah. Komite Sekolah SMA Islam Kartika Surabaya tidak. komite tidak banyak berpartisipasi dalam standar pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI (AIPT)

BAB I PENDAHULUAN. memainkan peranan penting dalam era globalisasi saat ini. Sebaliknya,

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam UU Kepegawaian, 1999 dinyatakan bahwa kebutuhan guru merupakan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

ARTIKEL MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. School, yaitu Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak, dan juga Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang terjadi antara guru dan siswa sering disebut dengan interaksi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 33

BAB I PENDAHULUAN. mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan

PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan. 1. Membantu guru. pembimbing dalam. mengembangkan profesinya.

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN. Penarikan Kesimpulan ini dapat dilakukan setelah dilaksanakannya penelitian dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Sebagai tolak ukur pelaksanaan akuntabilitas manajemen di SMK Yaditama Sidomulyo

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Standar Dosen & Tenaga Kependidikan STIKES HARAPAN IBU

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. dasar di Sumatera dan Jawa masih termasuk sebagai kualitas rendah. Jumlah guru

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 29 TAHUN 2011 T E N T A N G SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah

BAB III STANDAR PROSES

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR VISI MISI UNSRI

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN, NOMOR : PK. 01 /BPSDMP TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komentar dan Rekomendasi

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang SMA Islam Kartika Surabaya. 1. Nama Sekolah : SMA ISLAM KARTIKA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya pengelolaan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR VISI MISI STIE MURA

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Gambaran Umum SD Kemala Bhayangkari 1 Surabaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

Strategi Pengembangan. Fakultas Ekonomi Bab 4. Rencana Strategik (Renstra) Fakultas Ekonomi Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 SEMARANG

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang manajemen. 1. Model manajemen kesiswaan MTs Darul Amin berupa :

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Peran Komite Sekolah dalam Partisipasi Standar Pengelolaan SMA Islam Kartika Surabaya Temuan peneliti dilapangan disinyalir peran komite sekolah tidak begitu mengambil peran dalam pengelolaan standar sekolah. Hal ini terbukti dari beberapa temuan dilapang berkenaan dengan peran komite sekolah yang cenderung pasif dalam menjalankan tugas dan fungsi. Berkenaan dengan berbagai pengelolaan yang ada, peran komite sekolah seolah tidak mampu menjalankan peran dan fungsi dengan baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan analisa sebagai berikut : 1. Pengelolaan Kurikulum Dalam pengelolaan kurikulum hendaknya komite sekolah mengambil peran dalam rencana pembelajaran.komite sekolah juga harus ikut serta dalam pengelolaan yang kooperatif, komprehensif, sistematik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Akan tetapi temuan dilapangan mengatakan bahwa komite sekolah sifatnya hanya berkoordinasi. Baik berkenaan dengan hal yang sifatnya dari luar maupun dari dalam. Peran komite sekolah bersifat umum dan tidak spesifik. Dari temuan ini peneliti menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan kurikulum peran serta

komite sekolah masih minim. Berbagai persoalan berkaitan dengan rencana dan strategi hanya dikoordinasikan. Komite sekolah seolah menempatkan diri sebagai informan, bukan pihak yang seharusnya ikut andil dalam mewujudkan tujuan dari kurkulum itu sendiri. 2. Pengelolaan Keuangan Dalam hal pengelolaan keuangan sekolah peran serta komite sekolah nampak berjalan efektif. Hal ini senada dengan dengan temuan di lapangan yang menyebutkan bahwa Komite Sekolah bekerja sama dengan pihak Yayasan pengampu sekolah dan pihak sekolah bersama-sama merencanakan kebutuhan dana operasional sekolah yang terkumpul dalam rencana strategi (Renstra) sekolah berjangka, mengawasi jalannya implementasi perencanaan sekaligus turut berperan aktif dalam menjalin komunikasi dengan pihak luar yang dapat membantu dalam segi pendanaan (donatur), mengikuti proses pelaporan akhir keadaan keuangan sekolah berupa keterangan pemasukan, pengeluaran, dan hasil akhirnya. Akan tetapi ada sedikit hal yang berbeda dengan kondisi keuangan sekolah pada umumnya. Sekolah Menengah Atas Islam Kartika memiliki donator tetap dari pihak selain pemerintah, yakni pihak swasta Baitul Mal Hidayatullah. Menanggapi hal demikian, sudah sepatutnya SMA Islam Kartika membuat rencana pembelajaran yang memadai. Sarana dan prasarana tentunya

lebih menunjang dalam proses pembelajaran. Namun hasil wawancara ini kontradiktif dengan kondisi dilapangan yang minim fasilitas. 3. Pengelolaan Ketenagaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhusannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Yang maksudkan disini adalah seorang guru atau tenaga pendidik harus bersifat professional sesuai dengan bidangnya. Tenaga pendidik harusnya diseleksi sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh pihak sekolah. Komite sekolah dalam hal ini harus bersikap aktif untuk membantu pihak sekolah dalam menemukan tenaga pendidik yang professional. Melalui rapat-rapat yang diagendakan untuk mencapai standar pengelolaan pendidikan pihak komite sekolah dituntut aktif untuk memberikan masukan terkait kriteria tenaga pendidik yang mampu menunjang tujuan pendidikan. Akan tetapi di lapangan, komite sekolah justru tidak mengambil banyak peran dalam mewujudkan pencapaian standar pengelolaan pendidikan. Pada SMA Islam Kartika sampai detik ini belum memiliki kriteria khusus dalam menjaring tenaga pendidik yang menunjang system pembelajaran. Seleksi tenaga pendidik bersifat subjektif dan di ambil dari kolega, pertemanan maupun alumni dari sekolah tersebut.

Sedangkan upaya peningkatan mutu tenaga pendidik hanya mengandalkan dari pendelegasian dan pengiriman tenaga pendidik mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Melihat hal yang demikian, komite sekolah SMA Islam Kartika Surabaya terkesan menutup mata. 4. Pengelolaan Kesiswaan Berkenaan dengan peran komite sekolah dalam bidang pengelolaan kesiswaan hampir tidak nampak sama sekali. Bagaimana mungkin menanggapi persaingan dengan sekolah lain pihak sekolah justru mengaambil langkah dengan memberikan beasiswa bukan meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Disini seharusnya komite sekolah memberikan masukan dalam peningkatan kualitas sekolah dengan cara memperhatikan cara belajar siswa, bukan memberikan bea siswa. Dengan begitu pihak sekolah secara tidak langsung sudah mengabaikan kualitas siswa dan terkesan mengedepankan kuantitas siswa. Persoalan semacam ini tidak mendapat respon dari pihak komite sekolah. 5. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peran serta komite sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana bekerjasama dengan pihak yayasan. Artinya pengelolaan sarana dan prasarana tidak bisa serta merta dikelola oleh komite sekolah dan pihak sekolah. Mengingat dalam satu atap terdapat beberapa institusi dalam nanungan yayasan, maka komite sekolah dan pihak sekolah tidak sepenuhnya mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk menunjang kegiatan

belajar siswa. Termasuk diantaranya penjadwalan jam masuk sekolah kelas siang karena bergantian ruang kelas dengan satuan pendidikan menengah pertama yang lebih dulu di jam pagi. 6. Pengelolaan Potensi Masyarakat Sekitar Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Kerjasama sekolah dengan masyarakat adalah semua bentuk kegiatan bersama yang langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dengan demikian semua bentuk dukungan masyarakat termasuk dukungan orang tua siswa adalah wujud kerjasama. Begitu juga semua kegiatan disekolah, termasuk proses belajar mengajar yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat, adalah wujud kerjasama yang perlu ditingkatkan. 7. Pengelolaan Administrasi Sekolah Komite sekolah SMA Islam Kartika Surabaya memiliki peran dalam pengelolaan administrasi sekolah. Ada point positif dalam hal laporan pertanggungjawaban dari pihak sekolah. Komite sekolah berdasarkan hasil wawancara dengan pihak sekolah sangat membantu dalam kelengkapan administrasi sekolah.

8. Pengelolaan Laboratorium dan Perpustakaan Laboratorium dan perpustakaan merupakan bagian dari sarana sekolah yang keduanya dikelola bersama oleh pihak komite sekolah, yayasan, dan pihak sekolah. Pengelolaan ini selalu dilakukan bersama, sehingga tidak ada alas an bagi komite sekolah untuk tidak ikut serta dalam pengelolaan laboratorium ini. Tetapi dalam pengelolaan perpustakaan pihak sekolah lebih banyak mengambil peran dari yayasan dan komite sekolah. 9. Pengelolaan Hasil Penelitian dan Pengelolaan Manajemen Keterampilan Ini merupakan bagian dari sarana dan prasana penunjang pembelajaran siswa. Pengelolaan serta perencanaan dilakukan oleh pihak terkait, yakni komite sekolah, yayasan, dan pihak sekolah. Berkenaan dengan hal ini, komite sekolah tidak bisa serta merta meninggalkan tugas dan fungsinya. Sehingga bisa dibilang sedikit lebih aktif dalam pengelolaan ini. B. Analisis Tentang Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Komite Sekolah dalam Partisipasi Pengelolaan SMA Islam Kartika Surabaya Memahami pemaparan factor pendukung yang disampaikan oleh pihak komite sekolah dan pihak sekolah itu sendiri dapat disimpulkan bahwa pihak komite sekolah tidak bisa memaksimalkan factor pendukung yang ada. Besarnya dukungan dari para wali murid tidak dapat dimaksimalkan oleh komite sekolah. Seharusnya komite sekolah mampu memanfaatkan kondisi seperti ini. Akan tetapi kenyataan di lapangan pihak sekolah pada sibuk dengan

kesibukannya sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya komite sekolah tidak mampu menjalankan tugas dan fungsi dengan baik. Meskipun pada dasarnya komite sekolah di dominasi oleh tokoh masyarakat akan tetapi kesibukan masing-masing menjadi penghambat dalam menjalankan roda kepengurusan komite sekolah. Sehingga tidak sedikit komite sekolah yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Disisi lain ada factor pendukung sangat memiliki nilai positif, yakni dalam tubuh komite sekolah terdapat orang-orang yang berpendidikan. Sayangnya mereka tidak dibekali dengan pengetahuan tentang komite sekolah. Hal ini mempengaruhi cara pandang dan cara berfikir pengurus Komite Sekolah dalam melaksanakan tanggung jawabnya.