Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN A. Tujuan Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin. B. Dasar Teori Hemoglobin merupakan pembawa 0 2 yang baik. Hemoglobin merupakan protein yang tersusun dari empat subunit yang masing-masing berisis heme yang separuhnya menempel pada rantai polipeptida. Pada orang dewasa yang normal, kebanyakan hemoglobin berisi dua rantai alfa dan dua rantai beta. Heme merupakan komplek cincin porfrin yang meliputi satu atom ferrous besi. Masing-masing atom besi tersebut secara reversible dapat mengikat satu molekul oksigen. Besi tersebut selalu dalam bentuk ferrous sehingga reaksi tersebut dinamakan oksigenasi. Reaksi hemoglobin dengan oksigen adalah: Hb(Fe 2+ ) + O 2 Hb(Fe 2+ )O 2 Karena berisi empat deoksihemoglobin, molekul hemoglobin juga dipresentasikan sebagai Hb 4 dan beraksi dengan empat oksigen untuk membentuk Hb 4 O 8. Reaksinya berjalan sangat cepat hanya kurg dari 0,01 detik Hemoglobin berfungsi untuk : 1.Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh 2.Mengikat dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru 3.Memberi warna merah pada darah 4.Mempertahankan keseimbangan asam basa dari tubuh Pengujian kali ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO 2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksi Hb dan O 2. Dalam keadaan tereduksi, Fe dalam hemoglobin dapat mengikat O 2 menjadi HbO 2. Dan HbO 2 akan melepas 0 2 pada penambahan reaksi stokes. C. Alat dan Bahan Darah segar Pereaksi Stokes Larutan NH4OH 1
D. Cara Kerja OksiHb 1. Ke dalam sebuah tabung reaksi encerkan 1 ml darah dengan 5 ml air suling. Campur dengan baik dan perhatikan warna merah terang dari oksihb yang terbentuk. 2. Bagi 2 isi tabung tersebut sehingga masing masing tabung berisi 3 ml. Gunakan tabung 1 sebagai control. Pembentuk deoksihb 1. Isi tabung ketiga dengan 1 ml pereaksi stokes dan tambahkan NH4OH secukupnya untuk melarutkan untuk melarutkan endapan yang akan segera terbentuk. Campuran ini merupakan larutan pereduksi yang kuat. 2. Masukkan beberapa tetes larutan stokes ke dalam tabung 2. Terlihat perubahan warna karena terbentuknya deoksihb. Bandingkan dengan tabung 1. Pembentukan kembali oksihb dari deoksihb 1. Kocok kuat kuat tabung yang berisi deoksihb, maka akan terjadi kembali oksigenasidari udara. Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk. 2. Oksigenasi dan deoksigenasi kembali ini dapat dilakukan berulang ulang. 2
E. Hasil Hasil Tabung 1 Tabung 2 Warna yang terbentuk Merah terang Merah gelap F. Kesimpulan Hemoglobin dapat mengikat oksigen dalam bentuk oksihemoglobin dan dapat terurai menjadi deoksihemoglobin Pertanyaan : Peristiwa faal apakah yang ditiru dari percobaan ini? Jawab: Peristiwa yang ditiru adalah peristiwa pertukaran gas O 2 dialveolus di mana setelah O 2 berhasil masuk ke aliran darah akan diikat oleh hemoglobin menjadi oksihemoglobin dan ketika sampai dijaringan yang membutuhkan O 2, ikatan Hb dan O 2 dilepas dan akan membentuk deoksihemoglobin. G. Daftar Pustaka Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. 2010. Ganong s Review of Medical Physiology: gas Transport dan ph dalam Paru. 23rd. United States: Mc Graw Hill. HEMOLISIS SEL DARAH MERAH A. Tujuan Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonil terhadap membran sel darah merah. B. Dasar Teori 3
Dalam larutan Hipotonis sel darah merah akan menggembung karena cairan dari luar sel akan masuk ke dalam sel darah merah. Bila pembengkakan SDM akan larut dalam cairan hipotonik sehingga larutan akan berwarna merah jernih. Di dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotik plasma darah maka cairan dari SDM akan keluar dari sel sehingga SDM akan mengkerut (crenated). C. Alat dan Bahan Darah segar Larutan NaCl 2% D. Cara Kerja 1. Ke dalam 10 tabung reaksi isikan campuran berikut : Tabung Air (ml) NaCl 2% (ml) % NaCl Teori Praktikum 1 10-0 100 2 9 1 0,2 90 3 8 2 0,4 80 4 7,5 2,5 0,5 75 5 7 3 0,6 70 6 6,5 3,5 0,7 65 7 6 4 0,8 60 8 5,5 4,5 0,9 55 9 5 5 1,0 50 10 4,5 5,5 1,1 45 2. Campur dengan baik 3. Tambahkan 2 tetes suspensi ke dalam setiap tabung dan kocok dengan membalikbalikan tabung perlahan. Diamkan selama satu jam. 4. Perhatikan dan catatlah derajat hmolisis pada tiap tabung. E. Hasil Tabung %NaCl Hemolisis Tabung %NaCl Hemolisis 4
1 0 + 6 0,7 + 2 0,2 + 7 0,8 + 3 0,4 + 8 0,9-4 0,5 + 9 1-5 0,6 + 10 1,1 - Pembahasan Dari data yang tertera pada tabel diatas dapat diketahui bahwa beberapa tanbung telah terjadi hemolisis. Dengan dibuktikan adanya larutan yang berwarna lebih merah dari yang lainnya, hal tersebut terjadi karena hemoglobin yang ada pada eritrosit tersebut keluar ke media disekelilingnya yang diakibatkan pecahnya plasma darah, hal tersebut akibat pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan 5
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). Jika phi cairan < phi darah, maka cairan bersifat hipotonik terhadap plasma darah. Hal ini menyebabkan aliran pelarut air dari cairan ke plasma darah. Akibatnya sel darah merah akan mengembang dan dapat pecah. Adanya hemoglobin dalam darah menimbulkan timbulnya warna merah dalam darah dan hemoglobin tersebut merupakan suatu senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari empat pigmen porfirin merah. Fragilitas sel darah merah mencerminkan kemampuan sel darah merah untuk memasukkan sejumlah larutan sebelum sel darah merah tersebut lisis akibat membran selnya tertekan oleh larutan di dalam sel yang memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dibandingkan dengan diluar sel. Larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah dibandingkan dengan tekanan osmotik di dalam sel darah merah disebut larutan hipotonis Jika sel darah merah berada dalam larutan hipertonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih tinggi jika dibandingkan dengan tekanan osmotik di dalam sel, maka sel darah merah akan mengalami krenasi karena cairan di dalam sel darah merah keluar ke cairan di sekitarnya Sedangkan Jika sel darah merah berada pada larutan hipertonis,yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan osmotik di dalam sel,maka sel darah merah akan bertambah volumenya hingga pecah(hemolisis).adanya hemolisis ini akan menyebabkan larutan menjadi berwarna keruh karena isi sel darah merah keluar. 6
F. Kesimpulan Peristiwa hemolisis terjadi pada larutan yang hipotonis, yaitu air hingga larutan NaCl 0,8 %. Adanya hemolisis menyebabkan cairan dan zat-zat lain dalam sel darah merah akan keluar menuju larutan sehingga larutan akan berwarna keruh. Praktikum V PENGARUH PELARUT ORGANIK TERHADAP SEL DARAH MERAH A. Tujuan Memperlihatkan bahwa membran sel darah merah dapat mengalami lisis dalam pelarut organik tertentu. B. Dasar Teori Membran SDM antara lain mengandung lipid. Pelarut organik tertentu yang bersifat melarutkan lemak anak menyebabkan lipid membran larut sehingga terjadi hemolisis. Dinding sel darah merah adalah suatu lipoprotein. Lemak merupakan pelarut organik. Dalam pelarut lemak, dinding ini akan larut, sehingga bila sel darah merah dimasukkan dalam pelarut lemak akan terjadi hemolisis. Oleh karena itu, lemak termasuk larutan hipotonis karena dapat membuat sel darah merah menjadi lisis. C. Alat dan Bahan Tabung reaksi Pipet Darah segar Larutan NaCl 0,9% Kloroform Eter 7
Aseton Alkohol Toluen D. Cara Kerja 1. Ke dalam 5 tabung reaksi, masukkan setiap 10ml larutan NaCl 0,9%. 2. Tambahkan setiap 2 tetes klororfom (tabung 1), eter (tabung 2), aseton (tabung 3), toluen (tabung 4) dan alkohol (tabung 5) secara berurutan 3. Tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspensi darah, biarkan selama setengah jam (30 menit) 4. Perhatikan warna yang terbentuk dan bandingkan dengan tabung lainnya E. Hasil Nomor tabung Pelarut Hemolisis 1 Kloroform + 2 Eter + 3 Aseton + 4 Toluen + 5 Alkohol + 1. Pada hasil percobaan ini didapatkan bawah larutan yang terdapat didalam tabung yang awalnya berwarna merah, lama kelamaan berubah menjadi pucat perlahan-lahan mulai dari bagian atasnya 2. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh kadar zat pelarut organik yang diberikan ke dalam larutan 3. Pada percobaan yang ini, zat pelarut organik yang diberikan sedikit, sehingga efek hemolisis yang muncul pun juga sedikit F. Kesimpulan Sel darah merah akan mengalami lisis jika bereaksi dengan zat pelarut organik, yang bersifat melarutkan lemak. 8
G. Daftar Pustaka Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 9