BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 1997 lalu, banyak masalah dan penderitaan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya penurunan

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar modal berfungsi untuk menghubungkan perusahaan terbuka pada

BAB I PENDAHULUAN. pokok, tetapi juga merupakan bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam Letter of Intent, dimana salah satu isi dari Letter of

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN. (Studi Kasus Pada PT. PURA BARUTAMA Kudus)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang bahkan hingga ribuan tahun. Pada periode waktu yang

MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemenm, pemerintah, karyawan, serta pelaku pasar modal.

PENGARUH KONDISI KESEHATAN BANK DENGAN RASIO CAMELS TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis global telah menyebabkan kegiatan dunia usaha di Indonesia

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. tuntutan bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi baru, bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan banyaknya bank baru yang berdiri di Indonesia maka hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agent of development). Hal ini dikarnakan adanya fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam. pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pada. permasalahan yang semakin kompleks baik dibidang usaha maupun

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. bank yang tidak mampu untuk tetap melanjutkan usahanya. Pertengahan tahun

PEMBAHASAN. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan yang semakin kompetitif dan terintegrasi serta disertai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI

I. PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang sangat efektif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pasar modal mirip dengan pasar-pasar lainnya, dimana terjadi transaksi

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK DENGAN MENGGUNAKANMETODE ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan perekonomian saat ini, dimana tingkat minat

BAB I PENDAHULUAN. modal mengalami suatu fenomena dimana pasar modal mulai menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN METODE CAMELS ( Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

: AYU ASTREA NINGSIH B.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh investor untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbisnis (unethical business practices) yang mengkibatkan timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE

BAB-I. mengalir ke dalam perbankan, juga melimpahnya jenis tabungan yang di. fungsi kebijakan moneter. Bank sebagai institusi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ketentuan perusahaan rokok masing-masing di setiap negara. Meskipun yang

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia selama dekade terakhir mengalami perkembangan yang pesat dan penuh gejolak. Kebijaksanaan pemerintah pada bulan Oktober 1988 yang memberikan kebebasan untuk membuka bank dan memperluas cabang bank, telah mengakibatkan meningkatnya jumlah dan kantor cabang bank di Indonesia. Perkembangan tersebut selain memberikan pilihan yang semakin beragam kepada masyarakat terhadap pelayanan bank, juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Namun demikian, dibalik perkembangan industri perbankan yang sangat pesat tersebut, ternyata menyimpan berbagai kelemahan yang berakibat fatal baik bagi industri perbankan sendiri maupun perekonomian nasional. Berbagai kelemahan yang ada dalam industri perbankan Indonesia antara lain adalah lemahnya manajemen bank, konsentrasi kredit yang berlebihan, moral hazard, terbatas dan kurang transparannya informasi kondisi keuangan bank, dan belum efektifnya pengawasan Bank Indonesia. Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada tahun 1997 memakan biaya fiskal yang amat mahal yaitu mencapai 51% dari PDB. Krisis tersebut telah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya stabilitas pasar keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk 1

2 sistem keuangan. Kestabilan pasar keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang selanjutnya mampu meredam krisis, sebenarnya merupakan interaksi dari beberapa resiko yang harus selalu dikelola dengan baik. Salah satu resiko yang harus dikelola dengan baik sehingga tidak menyebabkan kestabilan pasar keuangan dan kesehatan lembaga keuangan terganggu dan pada akhirnya menyebabkan krisis adalah gagalnya perusahaan di sektor riil mengembalikan pinjaman. Kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman dapat dikategorikan bahwa perusahaan mengalami corporate failure. Beberapa kasus kesulitan keuangan yang berlanjut dengan kebangkrutan bank sebagai akibat dari pengelolaan bank yang tidak profesional, telah ditandai dengan ditutupnya Bank Umum Majapahit dan Bank Summa pada awal tahun 1990-an. Kebijaksanaan penutupan bank secara bertahap kemudian terpaksa dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat dari mismanagement bank dan dipacu oleh krisis moneter Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Diantara kebijaksanaan penutupan bank yang pernah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah kebijaksanaan pemerintah pada tanggal 13 Maret 1999 yang menetapkan sebanyak 74 bank dapat beroperasi tanpa rekapitalisasi, 9 bank beroperasi dengan rekapitalisasi, 7 bank diambil alih pemerintah, dan 38 bank ditutup. Namun demikian, mengingat bahwa bank sebagai lembaga kepercayaan yang memiliki pembiayaan dari berbagai pihak dengan jumlah yang cukup besar dan juga menjual sahamnya di bursa dan dibeli masyarakat luas (bagi bank yang go

3 public), maka akan sangat bermanfaat apabila masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda kesulitan keuangan atau prediksi ke arah kebangkrutan bank yang dapat diolah dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi kesulitan keuangan. Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan keuangan dapat disebabkan karena alasan operasi, atau dapat juga karena alasan keuangan. Alasan yang pertama berarti biaya operasi yang ditanggung perusahaan lebih besar dibandingkan dengan penghasilannya. Sedangkan penyebab yang kedua, perusahaan menghadapi kesulitan keuangan karena beban keuangan tetap yang terlalu besar. Dari sisi operasional, perusahaan mungkin masih menghasilkan keuntungan operasi, akan tetapi laba operasi yang diperoleh tidak dapat digunakan memenuhi kewajiban tunggalnya. Faktor kombinasi dapat pula mengakibatkan kesulitan keuangan bagi perusahaan. Selain itu, faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kesulitan keuangan perusahaan adalah akibat mismanajemen, upaya memperkaya diri dan lain sebagainya. Kemampuan memprediksi kebangkrutan, dapat memberikan keuntungan kepada banyak pihak, terutama kreditur dan investor. Ketika sebuah badan usaha mengajukan pernyataan kebangkrutan, seringkali kreditur kehilangan bagian dari nominal piutang dan bunganya. Bisa saja terjadi penagih preferen (dengan prioritas pembayaran) hanya memperoleh 50% dari tagihan utang, sedangkan penagih non preferen hanya 10% atau kehilangan hak tagihnya sama sekali akibat tidak adanya jaminan yang melindungi

4 kepentingan mereka. Bagi investor, kebangkrutan mempunyai konsekuensi berkurangnya ekuitas atau bahkan hilangnya ekuitas secara keseluruhan. Perusahaan sendiri dalam proses kebangkrutan harus menanggung biaya yang tidak sedikit. Dengan demikian, mengetahui indikator kebangkrutan sejak dini, maka akan banyak pihak yang bisa diselamatkan. Analisis kebangkrutan dilakukan guna mendapatkan peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut nampak, maka akan semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Demikian pula bagi pihak-pihak lain seperti pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham. Mereka dapat melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi. Kesulitan keuangan sulit didefinisikan baik dalam praktek maupun dalam penelitian empiris. Kesulitan semacam itu dapat berupa kesulitan likuiditas jangka pendek (technical insolvency), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, hingga ke pernyataan kebangkrutan yang merupakan kesulitan yang paling berat atau kondisi dimana perusahaan dikatakan tidak solvabel atau lebih besar dibandingkan aset (Hanafi, 2003: 262). Dengan demikian kesulitan keuangan dapat dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

5 Pengukuran risiko default atau gagal bayar mengemuka sejak terjadinya krisis ekonomi melanda Indonesia. Yang dimaksud dengan default di sini adalah terjadinya gagal bayar oleh penerbit obligasi dalam hal pembayaran bunga ataupun pokoknya dari waktu yang telah dijanjikan. Total obligasi yang mengalami default dari tahun 1997-2002 mencapai Rp 7,9 triliun, di mana 70 persennya terjadi pada tahun 1998-1999 dan sisanya tahun 2001 (www.kcm_online.html diakses pada 20 September 2006). Dari berbagai model prediksi kesulitan Manajemen Investasi dan Portofolio keuangan dan kebangkrutan perusahaan, antara lain terdapat model Z-Score yang dikemukakan oleh Edward I. Altman dalam bukunya yang berjudul Corporate Financial Distress: A Complete Guide to Predicting, Avoiding, and Dealing With Bancrupcy. Oleh karena itu, untuk melakukan prediksi kesulitan keuangan dan kebangkrutan perbankan Indonesia, akan dicoba untuk diprediksi dengan model Z-Score dengan menggunakan data bank-bank yang sudah go public dari tahun 1995-1997 dan termasuk dalam kebijakan Pemerintah tanggal 13 Maret 1999. Disamping itu, untuk mempertajam analisis guna memprediksi kesulitan keuangan dan kebangkrutan bank akan dikaitkan pula nilai Z-Score yang diperoleh dengan kriteria CAMEL sebagai ukuran tingkat kesehatan bank. Rumus Altman Z-Score untuk memprediksikan kebangkrutan merupakan rumus multivariate untuk pengukuran kesehatan keuangan suatu perusahaan dan merupakan suatu alat diagnostik yang cukup akurat yang dapat digunakan untuk memprediksikan kemungkinan suatu perusahaan akan

6 mengalami kebangkrutan dalam kurun waktu 2 tahun. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur efektivitas penggunaan metode Altman Z-Score menunjukkan bahwa model yang digunakan cukup akurat dalam memprediksikan terjadinya kebangkrutan dengan tingkat keandalan sebesar 72%-80% (Value Based Management.net, 2004). Altman Z-Score dikembangkan pada tahun 1968 oleh Dr. Edward I. Altman, Ph.D., seorang ahli ekonomi keuangan dan professor di Sekolah Bisnis Stern di New York University (Value Based Management.net, 2004). Altman mengkombinasikan beberapa ratio menjadi model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, dengan menggunakan modal yang dinilai Z (Z score). Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Penelitian tentang kebangkrutan perusahaan telah dilakukan oleh M. Akhyar Adnan dan Eha Kurniasih mengambil judul Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman (Kasus pada Sepuluh Perusahaan di Indonesia) dengan hasil bahwa analisis tingkat kesehatan bisa digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan (Akhyar dan Kurniasih, 2000: Jurnal Penelitian). Dengan tingkat kesehatan bisa diketahui potensi kebangkrutan yang dimiliki perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut dinyatakan bangkrut. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Murtanto dan Zeny Arfiana dengan judul Analisis Laporan

7 Keuangan dengan Menggunakan Rasio Camel dan Metode Altman sebagai Alat untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank, dengan hasil bahwa ada dua jenis rasio yang paling menentukan tingkat kegagalan usaha bank yaitu rasio kualitas aktiva produktif dan rasio permodalan, Prediksi kebangkrutan Altman mendukung adanya kebangkrutan bagi bank yang dikategorikan kurang sehat dan cukup sehat, bagi bank yang pada rasio Camel dikategorikan sehat tetap dapat dikatakan sehat karena hasil Altman menunjukkan keadaan yang mengarah ketidak bangkrutan (Gray area). Penelitian ini merupakan replikasi dari Umi Darojah mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY (2001). Obyek penelitian sebelumnya yaitu pada sektor adhesive periode 1996-2000. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian tentang ANALISIS TINGKAT KESULITAN KEUANGAN DAN KEBANGKRUTAN PADA PERBANKAN DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA EMITEN SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2001-2005. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dampak krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan yang telah go public. Dengan melakukan analisis pada industri sektor lain yang telah go public akan dapat diketahui apakah krisis moneter berimbas pada sektor lain selain sektor adhessive. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

8 1. Bagaimanakah analisis kebangkrutan perusahaan pada sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta selama 5 periode dari tahun 2001-2005 dilakukan? 2. Bagaimanakah pengklasifikasian perusahaan pada sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta yang diprediksi tergolong dalam perusahaan yang mengalami kebangkrutan selama 5 periode dari tahun 2001-2005? 3. Bagaimanakah pengklasifikasian perusahaan pada sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta yang diprediksi tergolong dalam perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan selama 5 periode dari tahun 2001-2005? C. Batasan Masalah Agar pembahasan tidak membias, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan pada: 1. Laporan keuangan dan penganalisaan kebangkrutan perusahaan pada sektor Perbankan di Bursa efek Jakarta periode tahun 2001-2005 dengan menggunakan metode diskriminan selama 5 tahun. Sektor Perbankan pada Bursa Efek Jakarta adalah termasuk dalam industri keuangan. 2. Data yang diteliti diambil dari Indonesian Capital Market Directory antara tahun 2001-2005, yang terdiri dari data sektor industri Perbankan, yaitu sebanyak 23 perusahaan yang bergerak pada sektor perbankan. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kebangkrutan perusahaan pada sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta selama 5 periode dari tahun 2001-2005.

9 2. Untuk mengetahui pengklasifikasian perusahaan pada sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta yang tergolong dalam perusahaan yang mengalami kebangkrutan selama 5 tahun dari tahun 2001 2005. 3. Untuk mengetahui pengklasifikasian perusahan pada sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta yang diprediksi tidak tergolong dalam perusahaan yang mengalami kebangkrutan selama 5 tahun dari tahun 2001 2005. E. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian ini, manfaat- manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1. Dapat menambah wawasan dalam menganalisa laporan keuangan perusahaan serta analisanya guna memprediksi kebangkrutan perusahaan. 2. Dengan membandingkan rasio tertentu dari tahun ke tahun, kondisi intern perusahaan terutama kondisi keuangan dapat segera diketahui perusahaan yang mengalami atau menghadapi bangkrut maupun tidak bangkrut, dan dapat memberikan gambaran bagi manajer terhadap perkembangan perusahaan yang berkaitan dengan masalah keuangan, untuk dijadikan acuan pihak manajer untuk menilai sejauh mana kebijaksanaan yang telah dijalankan perusahaan.