BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini,

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. dan kertas, dan komunikasi. Manajemen Enron telah melakukan window

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan agar tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Charles D, Spielberger (2005:63) menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Mulyadi, 2002) (Tuanakotta, 2013) (Sukrisno, 2012)

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. yang benar dan bisa dihandalkan oleh pihak internal maupun eksternal. mengalami kebangkrutan setelah opini terebut dikeluarkan.

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik dan pihak eksternal pengguna laporan keuangan dalam kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Zainal, 2013). Kecurangan

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB II. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambar Umum Struktur Organisasi KAP. Partner

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

perusahaan didenda oleh BAPEPAM (Winarno dalam Christiawan, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pengecualian (unqualified opinion). Faktor yang ikut memberi iklim perkembangan profesi

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga yang menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dilaksanakan, untuk menilai efektifitas setiap tingkat target yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

ABSTRAK. Kata kunci: obedience pressure, kompleksitas tugas, senioritas auditor, audit judgment

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, kebutuhan adanya jasa auditor sebagai pihak yang dianggap independen tidak dapat dipungkiri lagi, karena jasa tersebut menjadi kebutuhan bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan publik yang melakukan kegiatan pengauditan bekerja bukan hanya untuk kepentingan kliennya tetapi juga untuk pihak-pihak lain yang menggunakan laporan audit tersebut. Sehingga, dalam hal ini auditor harus memiliki kompetensi yang cukup agar dapat mempertahankan kepercayaan klien dan para pengguna keuangan tersebut. Dalam melakukan tugas audit, auditor harus mengevaluasi berbagai alternatif informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan yaitu bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Melihat pentingnya peran akuntan, maka sewajarnya pula profesi akuntan menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi untuk menentukan judgment auditor pada sebuah penugasan audit. (Pritta Amina Putri dan Herry Laksito, 2013). Makna judgment menurut kamus Inggris-Indonesia diterjemahkan sebagai pendapat, keputusan, dan pertimbangan. Kualitas pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas judgment dan keputusan yang diambil, sehingga keputusan atau 1

2 pertimbangan yang dilakukan oleh auditor sangatlah berpengaruh dalam pekerjaan yang dilakukan. Pertimbangan dan keputusan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik dan begitu sebaliknya. (Rossa Komalasari, 2015) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 2011:341.1) pada seksi 341 menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor berdasrkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapat tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit, sebagaimana dijelaskan dalam SA seksi 326 [PSA No.07] Bukti Audit. Judgment merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam mengaudit laporan keuangan dari suatu perusahaan. Judgment tersebut tergantung pada perolehan bukti dan pengembangan bukti tersebut sehingga menghasilkan keyakinan yang muncul dari kemampuan auditor dalam menjelaskan bukti-bukti yang diuraikan. Semakin handal judgment yang diambil oleh auditor maka semakin handal pula opini audit yang dikeluarkan oleh auditor.

3 Hogart dalam Jamilah dkk, (2007) mengartikan Judgment sebagai proses kongnitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Audit Judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil audit yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan mengenai suatu objek, peristiwa, status atau jenis peristiwa lainnya. (Rosa Komalasari, 2015). Seperti pada kasus RS Sumber Waras yang dikutip dalam detik news, kasus ini berawal dari temuan Badan Pemeriksa Keuangan DKI Jakarta yang menyatakan terdapat pelanggaran prosedur dan kerugian negara dalam pembelian lahan rumah sakit seluas 36.410 meter persegi itu. Kerugian mencapai Rp 191,3 miliar. Sejumlah pihak melapor ke KPK. Kemudian KPK meminta BPK RI melakukan audit investigatif. Hasilnya sama dengan temuan BPK DKI, pembelian rumah sakit melanggar prosedur pengadaan tanah dan mengakibatkan kerugian negara Rp 191,3 miliar. Namun, sejumlah pihak salah satunya Koalisi Masyarakat Sipil menyampaikan sejumlah masukan atas audit BPK itu. BPK Jakarta dinilai mengabaikan pasal penting dalam prosedur pengadaan, yakni aspek luas tanah yang akan dibeli.

4 Pasal 121 Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 menyatakan proses pengadaan tanah di bawah 5 hektar dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan dan pemilik tanah. Dengan demikian pemerintah DKI Jakarta tidak perlu mengikuti prosedur yang diatur dalam pasal lain dalam undang-undang atau peraturan presiden tersebut. Pemerintah cukup membentuk tim pembelian tanah. Kemudian, di pasal 121 juga berkaitan dengan soal penetapan lokasi tanah. Jika lokasi tanah telah ditetapkan dalam anggaran, instansi tersebut tidak lagi harus menetapkan lokasi tanah yang akan dibeli. Lokasi tanah telah ditetapkan dalam Kebijakan Umum Anggaran- Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD Perubahan 2014. KUA- PPAS ini juga telah disetujui oleh Gubernur dan pimpinan DPRD DKI. Selain itu BPK Jakarta dinilai hanya menghitung kerugian negara berdasarkan nilai kontrak pembelian antara Yayasan dan PT Ciputra pada 2013 dengan harga tanah Rp 15,5 juta per meter persegi. Atas hitung-hitungan itu, nilai total pembelian lahan Sumber Waras oleh DKI seharusnya adalah Rp 564,3 miliar. Karena itu, kerugian negara ditulis menjadi Rp 191,3 miliar. BPK disebutkan dalam audit tidak berpatokan menggunakan nilai jual obyek pajak (NJOP) 2014 sebesar Rp 20,7 juta permeter persegi sebagai dasar penghitungan kerugian negara. NJOP ditetapkan pada Juni tiap tahun, sementara transaksi pembelian Sumber Waras dilakukan pada Desember 2014. (http://news.detik.com/berita/3200355/sudah-panggil-50-saksi-kpkakan-libatkan-ahli-usut-kasus-rs-sumber-waras)

5 Berdasarkan fenomena di atas, dapat lihat bahwa auditor dari BPK DKI Jakarta tidak mempertimbangkan aspek lain seperti tidak menggunakan nilai jual objek pajak (NJOP). Fenomena ini menunjukan bahwa pengetahuan dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan keputusan. Adapun kasus lain seperti hasil audit investigasi KPK atas kasus Hambalang. Dari kasus ini terlihat jelas bahwa auditor harus memiliki independensi dalam memeriksa hasil laporan keuangan yang begitu rumit dalam menguak hilangnya dana yang tidak sedikit. Auditor dituntut untuk mengumpulkan hasil bukti sebanyak-banyaknya dan mengeluarkan audit judgment sesua bukti yang ada dengan terbentur banyak konflik kepentingan didalam kasus tersebut terutama dalam organisasi yang bersangkutan dengan kasus Hambalang. Ketua KPK tidak hanya mengeluarkan audit judgment atas laporan-laporan yang beredar namun ia mencari banyak bukti melalui tersangka yang sudah pasti melakukan korupsi atas Hambalang. Dengan 2 bukti yang materialis, ketua KPK sudah dapat mengeluarkan judgment bahwa seseorang tersebut bersalah. Mengakusisi pengalaman juga dapat membantu auditor dalam pengumpulan bukti yang lebih banyak dan mencapai orientasi tujuan auditor. Dalam hal ini, KPK tidak dapat diintervensi oleh siapapun, meskipun kasus ini terjadi pada intansi pemerintahan, namun tidak mempengaruhi ketaatan dari KPK, kerena jika sudah terdapat campur tangan orang lain maka akan mengendurkan indenpendensi KPK dalam penangan kasus Hambalang yang nantinya akan mempengaruhi judgment audit yang sudah dikeluarkan KPK. (http://kompas.com/berita/897009/ketua.kpk- Hambalang-50-saksi-kpk)

6 Adapun kasus lain yaitu Kimia Farma yang di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Manajemen kimia farma melaporkan adanya laba bersih yaitu Rp 132 Milyar akan tetapi menurut kementrian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan adanya unsur rekayasa. Setelah di audit kembali hasilnya telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan yang baru ditemukan keuntungan yang ada hanya sebesar Rp 99, 56 Milyar, lebih rendah dari laporan keuntungan sebelumnya. Kecurangan tersebut adanya penggelembungan dana persediaan, sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Menurut penyelidikan Bapepam KAP yang mengaudit telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi adanya kecurangan tersebut. KAP tidak memilih sample pencatatan ganda atas penjualan sehingga tidak berhsil dideteksi. (htpp://davidparsaoran.wordpress.com). Hal ini mengindikasikan adanya tekanan ketaatan dari seorang auditor yang perlu diperhatikan guna menghasilkan hasil audit yang valid dan realible serta dapat dipertanggungjawabkan. Seorang auditor dalam membuat audit judgment disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas, gender, kompleksitas tugas, dan pengalaman, perbedaan perilaku etis dan tekanan kerja perspektif gender (Ardi dan Paramhita, 2008), Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah pengetahuan audit, tekanan ketaatan, dan pengalaman auditor. Pengetahuan (knowledge) diyakini juga mempenagruhi penilaian atau judgment seorang auditor. Judment atau penilaian yang diberikan seorang auditor akan semakin

7 baik apabila auditor tersebut memiliki pengetahuan yang baik dan banyak. Begitu pula sebaliknya apabila pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor sedikit atau rendah maka akan semakin tidak berkualitas judgment yang diberikan olehnya. Maka perlu dilakukan penelitian yang menunjukan pengaruh pengetahuan yang dimiliki auditor terhadap audit judgment. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Menurut Mulyadi (2010:25) jika seorang memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Bahkan agar akuntan yang baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (SK Menteri Keuangan No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997). (Nanang Budianas, 2005).

8 Dalam sebuah organisasi biasanya akan muncul tekanan ketaatan. Tekanan tersebut akan mempengaruhi auditor dalam melaksanakan tugasnya, salah satunya adalah dalam audit judgment. Teori ketaatan menyatakan individu yang mempunyai kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan karena keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. (Elisabethmarina Anindita, 2012) Apabila seorang auditor mengungkapkan informasi tetapi informasi tersebut tidak ingin dipublikasikan oleh klien maka akan menimbulkan konflik antara auditor dan klien. Konflik tersebut akan menjadi dilemma standar professional ketika auditor tersebut diharuskan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang mungkin terjadi disisi lainnya. Karena auditor seharusnya secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakan dan profesinya dari pada mengutamakan kepentingan dan pertimbangan pragmatis pribadi atau kepentingan ekonomis semata, sehingga seringkali auditor dihadapkan kepada masalah dilema dengan standar profesional dalam pengambilan keputusannya. (Elisabethmarina Anindita, 2012) Bedasarkan fenomena dan uraian diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Audit, Pengalaman Auditor dan Tekanan Ketaatan terhadap Audit Judgment. (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung).

9 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dan menjadi pokok permasalah dalam penelitian ini agar dapat mencapat sasaran dalam penyusunannya penulis membatasi msalah-masalah yang akan dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengetahuan audit pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 2. Bagaimana pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 3. Bagaimana tekanan ketaatan pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 4. Bagaimana audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 5. Seberapa besar pengaruh pengetahuan audit terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 6. Seberapa besar pengaruh pengalaman auditor terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik. 7. Seberapa besar pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. 8. Seberapa besar pengaruh pengetahuan audit, pengalaman auditor dan tekanan ketaatan terhadap Audit Judgment pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung

10 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ditentukan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengetahuan audit pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 2. Untuk mengetahui pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 3. Untuk mengetahui tekanan ketaatan pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 4. Untuk mengetahui Audit Judgment pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan audit terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. 6. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengalaman auditor terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik. 7. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. 8. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan audit, Pengalaman Auditor dan Tekanan Ketaatan terhadap Audit Judgment pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung

11 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai keadaansesungguhnya berkaitan dengan judul yang penulis ambil. Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini dibagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh pengetahuan audit, pengalaman auditor dan tekanan ketaatan terhadap audit judgment. 2. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masaukan bagi ilmu akuntansi serta studi aplikasi dengan teori teori serta literatur-literatur lainya dengan keadaan sesungguhnya yang ada di perusahaan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai metode penelitian yang menyangkut masalah audit secara umum. b. Hasil penelitian ini juga melatik kemampuan teknis analitis yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan dalam melakukan pendekatan terhadap suatu masalah, sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam berkaitan dengan masalah yang diteliti.

12 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut serta dapat menjadi bahan referensi khususnya bagi pihak-pihak lain yang meneliti dengan kajian yang sama yaitu Pengaruh pengetahuan audit, pengalaman auditor dan tekanan ketaatan terhadap audit judgment. pada Kantor Akuntan Publik. 3. Bagi Instansi yang Diteliti Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan gambaran mengenai pengetahuan audit, pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan audit judgment. yang dihasilkan oleh pelaksanaan audit pada instansi yang diteliti. 4. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada para pembaca men pengaruh pengetahuan audit, pengalaman auditor dan tekanan ketaatan terhadap audit judgment. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada beberapa Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada periode Oktober 2016 sampai Desember 2016.