SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
2 Kegiatan usaha perikanan, khususnya perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Nelayan Kecil dan Pembudiday

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

MASUKAN PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BPSDMKP TERHADAP PROGRAM ICCTF-PIKUL DALAM TRANSFORMASI TRANSFORMASI SISTEM INFORMASI IKLIM DAN CUACA

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang.

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

KATA PENGANTAR. Standar Pelayanan Umum ini dibuat sebagai salahsatu persyaratan pelayanan publi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

REKOMENDASI TEKNOLOGI KP Sebagai Bahan Penyuluhan Berbasis IPTEK

SEMUA HAL YANG TERKAIT DENGAN KODE ETIK BPSDMKP, SILAHKAN BERKOMUNIKASI MELALUI ALAMAT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

RANA RAHADIAN HIDAYAT, S.St.Pi PENYULUH PERIKANAN BANTU BERHASIL MENINGKATKAN PENGETAHUAN KELOMPOK SADOMAS TERHADAP CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

III. METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PENYULUH PERIKANAN BANTU KABUPATEN BEKASI DAMPINGI KOPERASI NELAYAN MENYUSUN RENCANA BANTUAN SARANA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2016

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NUNUKAN (7/9/2015)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

PASOKAN DAN DISTRIBUSI IKAN DARI PASAR TERATAK BULUH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS DI SEKITAR LINGKUNGAN PERAIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

RUAYA BEBERAPA JENIS IKAN DI SUAKA PERIKANAN, SUNGAI LEMPUING, SUMATERA SELATAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

BAB I. PENDAHULUAN A.

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2014, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

Transkripsi:

2016/08/11 07:58 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN OKI (11/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan hak asasi setiap warga negara. Untuk itu Pembangunan pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan yang berkelanjutan menjadi suatu keharusan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan dan terciptanya ketahanan pangan secara nasional. Penyuluhan Perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki potensi wilayah dan masyarakat untuk dikelola terutama pada sektor perikanan adalah Kecamatan Sirah Pulau Padang (SP. Padang). Kecamatan Sirah Pulau Padang terdiri dari 20 Desa, dengan luas wilayah ±149,08 km2 (sumber : www.kaboki.go.id, 2016) ya ng berada dalam wilayah Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Sirah Pulau Padang. Potensi sektor perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya ikan di daerah aliran sungai (DAS), rawa dan lebak, dan pengolahan hasil perikanan. Di sektor perikanan sendiri Kecamatan Sirah Pulau Padang merupakan kecamatan yang memiliki potensi perikanan yang sangat berpeluang untuk terus dikembangkan, baik di bidang budidaya ikan, penangkapan ikan, maupun pengolahan hasil perikanan. Di bidang budidaya ikan, Kecamatan Sirah Pulau Padang merupakan kecamatan penyumbang terbesar di Kabupaten Ogan Komering Ilir komoditas ikan patin dan nila sungai. Penyebaran penjualan hasil budidaya ikan menyebar di seluruh wilayah Sumatera Selatan. Bidang pembesaran ikan merupakan usaha unggulan sektor perikanan di Kecamatan Sirah Pulau Padang. Di bidang penangkapan ikan, Kecamatan Sirah Pulau Padang juga memiliki potensi yang menjanjikan. Topografis Kecamatan Sirah Pulau Padang yang merupakan rata-rata daratan berawa lebak dan ditopang dengan beberapa sungai besar serta anak-anak sungai (arisan) memberikan penghidupan dan angin segar pada bidang perikanan tangkap. Kecamatan Sirah Pulau Padang juga merupakan kecamatan terbesar kedua yg memiliki jumlah lelang lebak, lebung dan sungai terbanyak di Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu berjumlah 39 objek ( Laporan Tahunan Hasil Lelang Lebak Lebung Tahun 2014 DKP OKI). Lelang lebak, lebung dan sungai merupakan salah satu kearifan lokal Kabupaten Ogan Komering Ilir yang diperkuat dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Lebak, Lebung, dan Sungai. Beberapa jenis ikan ekonomis penting yang banyak didapati di perairan lebak, lebung, dan sungai Kecamatan Sirah Pulau Padang antara lain ikan gabus, tembakang, tapa, lais, lele, betutu, patin, lampam, sepat, nila, seluang, betok, baung, toman, dan udang galah. Di bidang pengolahan hasil perikanan, Kecamatan Sirah Pulau Padang merupakan kecamatan yang sangat terkenal dengan hasil

baku ikan palau, sepat, dan baung laut. Ketiga jenis ikan tersebut merupakan ikan hasil tangkapan sampingan nelayan di Kecamatan Sirah Pulau Padang. Penyebaran penjualan hasil olahan ikan ini menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kota Palembang. Berdasarkan beragam potensi sektor perikanan di Kecamatan Sirah Pulau Padang yang sangat menjanjikan, penyuluh perikanan sendiri tentunya memiliki peranan penting dalam membangun dan menjaga sumberdaya alam yang ada. Peran penyuluh perikanan sangat diperlukan sebagai fasilitator kegiatan penyuluhan terhadap rencana startegis Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mana sasaran pembangunan tersebut yaitu sumberdaya manusia perikanan dan kelautan yakni pelaku utama dan pelaku usaha perikanan. Berdasarkan hal tersebut maka target penyuluhan perikanan di Kecamatan Sirah Pulau Padang yaitu pada dasarnya meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sumberdaya manusia perikanan dalam hal ini pelaku utama dan pelaku usaha perikanan dan kelautan. Penyuluh perikanan juga berperan penting dalam merubah sikap dan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha perikanan dan kelautan menjadi lebih lebih baik serta agar mampu mengorganisasikan dirinya sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan lingkungan sekitarnya. Tentunya dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan tidak selalu berjalan mulus sesuai harapan. Penyuluh perikanan juga memiliki kendala dan tantangan dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Berbagai kendala yang dimiliki penyuluh perikanan yaitu bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Di bidang ekonomi sendiri, penyuluh perikanan memiliki keterbatasan biaya dan sarana prasarana dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. Dibidang sosial, penyuluh perikanan memiliki kendala dalam bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat. Selain itu, rata-rata pendidikan masyarakat di Kecamatan Sirah Pulau Padang yang tidak tamat SD dan hanya tamat SD menjadi kendala penyuluh perikanan dalam menyampaikan informasi teknologi dan inovasi untuk diserap dan diseminasikan oleh masyarakat. Di bidang budaya, penyuluh perikanan memiliki tantangan terhadap kultur masyarakat pribumi (asli) Kecamatan Sirah Pulau Padang yang memiliki watak dan karakter keras kepala dan sulit untuk menerima masukan/perubahan yang lebih baik. Perilaku masyarakat yang malas dan cenderung selalu menunggu hibah dan bantuan belas kasihan pemerintah menyebabkan sulit untuk

berkembangnya/meningkatnya usaha di berbagai sektor, khususnya sektor perikanan sendiri. Disinilah penyuluh perikanan Kecamatan Sirah Pulau Padang dituntut untuk kreatif dan terus berinovasi dalam melaksanakan penyuluhan. Dengan adanya berbagai tantangan tersebut, penyuluh perikanan sebagai agen perubahan harus memiliki ide dan pemikiran serta kreatifitas agar masyarakat kelautan dan perikanan (KP) tertarik dan antusias untuk mengikuti kegiatan penyuluhan. Penyuluhan merupakan kunci sukses dalam mencapai target perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan pengetahuan dan kemapuan yang pada tujuan akhirnya adalah peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat KP umumnya dan pelaku utama serta pelaku usaha perikanan khususnya. Berdasarkan hasil data statistik perikanan tahun 2015, terdapat ±2.262 RTP Budidaya Ikan dan ±3.180 RTP Penangkapan Ikan di Kecamatan Sirah Pulau Padang. Penyuluh perikanan membawahi 70 kelompok perikanan di Kecamatan Sirah Pulau Padang, yang terdiri dari 60 kelompok budidaya ikan, 7 kelompok penangkapan ikan, 3 kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, dan 2 kelompok masyarakat pengawas. Banyaknya jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kecamatan Sirah Pulau Padang ini menyebabkan penyuluh perikanan kewalahan sehingga ditetapkan dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K) OKI menugaskan 3 orang penyuluh perikanan yang dibagi dalam beberapa wilayah binaan/desa. Saya sendiri selaku penyuluh perikanan di Kecamatan Sirah Pulau Padang membina 6 desa yang memiliki potensi kelautan dan perikanan dengan jumlah kelompok 25 kelompok perikanan yang dibina sejak tahun 2012, dimana terdapat 5 kelompok andalan di bidang budidaya ikan. 5 kelompok tersebut adalah Pokdakan Patin Makmur, Patin Jaya, Petani Jaya, Muara Sungai, dan Muara Tanjung. 1. Pelaksanaan Penyuluhan yang Telah Dilakukan

Dalam rangka menarik minat masyarakat KP dalam kegiatan penyuluhan, terus dilakukan inovasi dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan perikanan. Inovasi penyelenggaraan penyuluhan perikanan yang telah dilakukan yaitu : a. Membuat kelompok percontohan sebagai contoh kelompok yang telah sukses dan berhasil dalam mengembangkan usahanya. Fungsi kelompok percontohan ini adalah untuk memancing kelompok lainnya untuk aktif dan terus berinovatif dalam mengembangkan usahanya, mendifusikan teknologi dan inovasi yang telah diterapkan kepada kelompok percontohan tersebut, dan sebagai kelompok andalan yang pada akhirnya diharapkan menjadi kelompok teladan kedepannya. b. Melakukan pendiseminasian teknologi dan inovasi rekomendasi KP kepada pelaku usaha/utama dengan melakukan penyuluhan yang berbasis IT seperti: - Penyuluhan melalui video teleconference dengan instansi pemerintah terkait, - Penyuluhan menggunakan teknologi berbasis internet yaitu pengenalan dan pengoperasian Marine Fisheries Cyber Extention, pengenalan dan pengoperasian e-commerce, pengenalan dan pengoperasian blog, serta pengenalan dan pengoperasian web dan searching googling, c. Melakukan pendiseminasian teknologi dan inovasi rekomendasi KP kepada pelaku usaha/utama dengan melakukan melakukan temu pakar, temu lapang, dan temu usaha bidang perikanan, d. Melakukan pendiseminasian teknologi dan inovasi rekomendasi KP kepada pelaku usaha/utama dengan melakukan melakukan demonstrasi dan praktek, e. Melakukan penyuluhan dan pendampingan rutin kepada pelaku usaha/utama dengan metode pendekatan kekeluargaan, tidak kaku, partisipatif, dan interaktif, f. Melakukan penyuluhan masal dengan metode interaksi partisipatif dan interaktif dengan cara pemutaran video/film materi penyuluhan serta pemberian hadiah serta doorprize,

g. Menganalisa peluang pasar yang ada dalam rangka menfasilitasi pengembangan usaha pelaku utama dan pelaku usaha, h. Mengidentifikasi proses produksi dan hasil produksi dalam rangka peningkatan serta penambahan hasil produksi dan peningkatan kualitas hasil produksi dari usaha pelaku utama dan pelaku usaha, i. Menfasilitasi akses permodalan antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan pihak permodalan dan kemitraan, j. Dan melakukan pertemuan rutin, diskusi, dan evaluasi dengan pelaku usaha/utama terhadap pelaksanaan dan dampak penyuluhan yang telah dilakukan. 2. Dampak Pelaksanaan Penyuluhan yang Telah Dilakukan Dari inovasi-inovasi dalam pelaksanaan penyuluhan perikanan yang telah dilakukan, tentunya memberikan dampak positif kepada masyarakat KP umumnya dan pelaku utama/usaha khususnya. Dampak yang paling diarasakan adalah : a. Meningkatnya minat dan antusiasme masyarakat KP terhadap kegiatan penyuluhan perikanan, b. Meningkatnya antusiasme masyarakat KP dan pelaku utama/usaha terhadap teknologi inovasi rekomendasi yang up to date, c. Meningkatnya penerapan teknologi inovasi rekomendasi oleh masyarakat KP dan pelaku utama/usaha, d. Meningkatnya pendifusian teknologi inovasi rekomendasi oleh masyarakat KP dan pelaku utama/usaha, e. Meningkatnya perubahan sikap dan perilaku masyarakat KP dan pelaku utama/usaha, f. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat KP dan pelaku utama/usaha, g. Meningkatnya hasil produksi masyarakat KP dan pelaku utama/usaha, h. Dan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat KP dan pelaku utama/usaha.

3. Bukti Keberhasilan Penyuluh Perikanan Dalam kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan tentunya terdapat bukti nyata keberhasilan penyuluh perikanan. Pada awal pembinaan sampai sekarang, saya telah berhasil menumbuhkan 25 kelompok dan meningkatkan 8 kelas kelompok menjadi kelas Madya di 6 desa yang saya bina. Tentunya, jumlah ini masih sangat sedikit dari target dan apa yang saya harapkan. Akan tetapi, saya pahami bahwa sesuatu yang baik untuk menuju keberhasilan dan kesuksesan itu membutuhkan proses apalagi mengubah sikap dan perilaku masyarakat KP dan pelaku usaha/utama tidaklah mudah. Pokdakan Patin Makmur adalah salah satu kelompok yang sukses saya bina. Kelompok ini saya jadikan sebagai kelompok percontohan di wilayah binaan saya. Produksi Pokdakan Patin Makmur pada tahun 2014 9,4 ton/tahun meningkatkan menjadi 12,1 ton/tahun pada tahun 2015. Demikian juga terjadi peningkatan omzet yang semula tahun 2014 senilai Walaupun kelompok ini belum pernah memenangkan penghargaan apapun, 141 juta menjadi 205,7 juta. Kegiatan rutin dan ekstra saya peruntukan untuk kelompok ini diantaranya: a. Melakukan percontohan pembesaran ikan patin yang tepat, baik, dan benar, b. Pengaplikasian teknologi yumina bumina di keramba jaring tancap, c. Pemanfaatan perkarangan keramba untuk tanaman sayuran dan buah, d. Pemanfaatan perkarangan keramba untuk budidaya ternak bebek, e. Pengaplikasian probiotik dan vitamin ikan, f. Pengaplikasian pencegahan dan penanggulangan penyakit ikan dengan obat-obatan tradisonal, g. Pengaplikasian pembuatan keramba jaring tancap yang ramah lingkungan, awet, dan hemat biaya dengan menggunakan bahan baku yang tersedia gratis di alam. h. Pengaplikasian pengelolaan kualitas air sungai secara rutin, i. Pengapliksian tebar sesuai musim dan penebaran secara bertahap,

j. Dan pengaplikasian penanganan panen dan pasca panen yang benar. Semua kegiatan pendampingan tersebut ekstra dilakukan kepada Pokdakan Patin Makmur. Karena diharapkan kelompok percontohan ini bisa menjadi bukti akan manfaat penyuluhan perikanan yang telah dilakukan dan manfaat pengaplikasian teknologi rekomendasi yang telah disuluhkan dan dianjurkan kepada masyarakat KP dan pelaku utama/usaha. Dengan adanya kelompok percontohan ini, maka akan dapat dilihat perbedaan hasil produksi terhadap kelompok yang telah menerapkan teknologi rekomendasi dengan yang tidak, sehingga diharapkan kelompok lainnya dapat meniru kelompok percontohan untuk menerapkan teknologi yang telah direkomendasikan. Selain itu juga diharapakan terjadinya pendifusian terhadap teknologi rekomendasi yang telah disuluhkan di wilayah sekitarnya.