meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui pada daerah lereng gunung (Heyne 1987). Hampir semua bagian tanaman Kilemo dapat menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri terbanyak dihasilkan dari bagian daun, kulit batang dan buah. manfaat dari minyak Kilemo sangat banyak terutama untuk industry farmasi, wangi-wangian, bahan tambahan makanan dan minuman, bahan sabun dan bahan pencampur vitamin yang larut dalam lemak, antara lain vitamin A dan D (Heyne 1987). 9 Gambar 1. Tanaman Kilemo (Litsea cubeba Pers) berumur 2 tahun III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan antara bulan Mei sampai bulan Oktober 2012 di Laboratorium Bioteknologi Tanah, dan Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sampel tanah diambil dari rizosfer tanaman Kilemo yang ditanam di Hutan Penelitian Cikole, Lembang. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain : peralatan gelas, shaker, jarum ose, bunsen, autoklaf, laminair flow, oven, inkubator, timbangan, AAS, spektrofotometer, flamefotometer, sentrifuse, ph meter dan lain-lain. Adapun bahan yang digunakan terdiri dari: sampel tanah di sekitar rizosfer
10 Kilemo, pupuk daun, NPK, pupuk organik, ammonium acetat, H 2 SO 4 pekat, larutan Bray-1, asam borat, larutan fisiologis, media untuk isolasi dan seleksi mikrob yaitu media pertumbuhan total mikrob (Nutrient Agar), media pertumbuhan fungi (Martin Agar), media pertumbuhan mikroorganisme pelarut fosfat (Picovskaya). 3.3 Metode Penelitian Pada tanaman Kilemo yang berumur 2 tahun dilakukan pemupukan dengan perlakuan seperti pada Tabel 1. berikut : Tabel 1. Kode perlakuan pada masing-masing jalur Kode A B C D E F G H pupuk organik+pupuk daun NPK+pupuk daun pupuk organik+npk+pupuk daun pupuk organik pupuk organik+npk pupuk daun NPK Kontrol diberikan menurut rancangan acak kelompok sebanyak 3 ulangan (Gambar 2.) dengan jalur tanaman sebagai dasar pengelompokan dengan total 15 tanaman per perlakuan. Pemupukan dilakukan secara melingkar terhadap pohon dengan jari-jari 60 cm (Gambar 3.). Untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap sifat kimia dan biologi maka dilakukan pengambilan sampel tanah pada bulan ke 0 (sebelum perlakuan), 1 (setelah pemupukan ke-1), 2 (setelah pemupukan ke-2) dan 3 (setelah pemupukan ke-3). Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada 5 pohon terpilih untuk setiap perlakuan. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan anjuran pada kemasan label, yaitu pupuk daun sebanyak 3 g/10 liter/20 pohon, NPK sebanyak 200 g/pohon dan pupuk organik sebanyak 500 g/pohon. Untuk perlakuan gabungan antar pupuk dosis yang diberikan sesuai dengan keliling jari-jari pohon dengan pupuk dikombinasikan dan diaduk terlebih dahulu.
11 Gambar 2. Bagan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang dilakukan dengan 3 ulangan Gambar 3. Contoh pemupukan pada perlakuan dengan menggunakan NPK 3.3.1 Analisis Pendahuluan Sebelum dilakukan perlakuan dilakukan analisis terlebih dahulu sifat kimia dan biologi dari tanah di sekitar rizosfer Kilemo sesuai dengan tanaman sampel yang akan diberi perlakuan. Analisa kimia meliputi ph, N-Total, P- tersedia, P-total, C-organik, KTK, KB dan basa-basa (Ca, Mg, K dan Na) (seperti pada prosedur dalam lampiran), sedangkan analisa biologi meliputi total mikroorganisme, total fungi dan total mikroorganisme pelarut fosfat (MoPP). 3.3.2 Penetapan Total Mikroorganisme, Total Fungi dan Total MoPP Prosedur penetapan total mikroorganisme, total fungi dan total MoPP terdiri atas beberapa tahap, yaitu: a. Persiapan Seri Pengenceran 1. Erlenmeyer 250 ml yang berisi 90 ml larutan fisiologis (0,85 g NaCl per liter aquades) dan tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan fisiologis disiapkan. 2. Semua erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup dengan memakai penutup gabus atau kapas.
12 3. Kemudian diautoklaf selama 20 menit pada temperatur 120 o C, dinginkan sebelum digunakan lebih lanjut. Untuk penetapan jumlah mikroorganisme total, biasanya digunakan pengenceran seper 10 4 sampai seper 10 7 (biasanya ditulis 10-4 dan 10-7 ) 4. 10 g contoh tanah ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam erlenmeyer berisi 90 ml larutan fisiologis, dikocok dengan menggunakan shaker selama 20 menit. Maka diperoleh larutan mikroorganisme dengan pengenceran 10 kali atau 10-1. 5. 1 ml biakan dipipet dan dimasukan ke dalam 9 ml larutan fisiologis yang telah disiapkan hingga diperoleh larutan mikroorganisme dengan pengenceran 100 kali atau 10-2. Kemudian larutan tersebut dikocok hingga diperoleh suspensi mikroorganisme yang homogen. 6. 1 ml biakan 10-2 dipipet dan dimasukan ke dalam 9 ml larutan fisiologis yang telah disiapkan sehingga didapat larutan mikroorganisme dengan pengenceran 1000 kali atau 10-3. Kemudian dikocok hingga diperoleh suspensi mikroorganisme yang homogen. tersebut diulangi sampai diperoleh larutan mikroorganisme dengan pengenceran seper 10 7 atau biasa ditulis 10-7. b. Pernyiapan Media 1. Media pertumbuhan total mikrob (Nutrient Agar) a). Agar Nutrien ditimbang 28 g kemudian dilarutkan di dalam 1,0 liter aquades. b). Media tersebut diautoklaf selama 20 menit pada temperatur 120 o C. c). Media tersebut siap dipakai. 2. Media pertumbuhan fungi (Martin Agar) a). 1 g KH 2 PO 4, 0,05 MgSO 4.7H 2 O, 5 g pepton, 10 g dektrose dan 20 g agar ditimbang. b). Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam 1 liter aquades dengan dipanaskan secara perlahan-lahan c). Kemudian antibiotic (rose bengal) ditambahkan ke dalam media. d). Media tersebut diautoklaf selama 15 menit pada temperatur 120 o C. e). Media tersebut dituang ke dalam cawan petri yang telah berisi 1 ml suspensi tanah dengan berbagai tingkat pengenceran. 3. Media pertumbuhan mikroorganisme pelarut fosfat (MoPP) a). 10 g glukosa, 5 g Ca 3 (PO 4 ) 2, 0,5 g (NH 4 ) 2 SO 4, 0,2 g KCl, 0,1 g MgSO 4.7H 2 O, 0,5 g yeast extract, 20 g agar ditimbang, kemudian berikan sedikit MnSO 4 dan FeSO 4. b). Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam 1 liter aquades. c). Media tersebut diautoklaf selama 15 menit pada temperatur 120 o C. d). Media tersebut siap dipakai. c. Isolasi dan Pengamatan 1. Dibuat seri pengenceran seperti yang dijelaskan pada tahap 2. 2. 1 ml dari suspensi yang paling encer dipipet dan dipindahkan ke dalam cawan petri steril. Bila contoh tanah berasal dari tanah yang cukup subur, maka pengenceran tertinggi adalah 10-7 untuk penetapan bakteri dan 10-4 untuk fungi. Bila tanah kurang subur, cukup dimulai dari 10-5 untuk bakteri dan 10-3 untuk fungi.
3. Media yang telah disiapkan tersebut kemudian didinginkan sampai temperatur media tersebut sekitar 40-45 o C. Jumlah media yang dituang ke cawan petri berkisar antara 10-15 ml. 4. Setelah media benar-benar padat, kemudian diinkubasi pada temperatur 37 o C. Cawan petri diletakan terbalik pada inkubator, agar uap air tidak menempel pada penutup cawan petri. d. Penghitungan Total Mikroorganisme dengan Metode Plete Count 1. Pengamatan dilakukan setelah 3 hari inkubasi untuk bakteri dan fungi yang tumbuhnya cepat. 2. Perhitungan dari hasil. Rata-rata jumlah koloni per cawan petri dikalikan dengan faktor pengenceran untuk mendapatkan jumlah mikroorganisme total per gram contoh (tanah) kering udara. Hasil ini dikonversikan ke jumlah mikroorganisme di dalam 1 gram tanah kering mutlak dengan memperhitungkan kadar air tanah. e. Identifikasi Mikroorganisme Rizosfer Dominan Koloni yang sering muncul selanjutnya dianggap sebagai mikroorganiisme yang paling dominan. Koloni tersebut kemudian diidentifikasi secara morfologi dan fisiologi terbatas. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : 1. Morfologi, yaitu bentuk, warna, tepi koloni (makroskopis) dan bentuk sel, ukuran (mikroskopis). 2. Fisiologis terbatas, yaitu pewarnaan gram. 13 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Hasil analisis kimia dan biologi ke-8 sampel tanah dapat dilihat pada Tabel 2. dibawah ini. Tabel 2. Sifat kimia awal tanah pada rizosfer tanaman Kilemo (Litsea cubeba Pers) C- org N- total P tersedia P Total KTK Ca Mg K Na KB (%) ph (%) (ppm) (me/100g) A 6.7 6.1 0.5 2.0 503.6 45.0 6.5 9.8 0.5 0.9 39.2 B 6.7 6.1 0.6 1.8 295.4 56.7 3.4 5.1 0.3 0.5 16.5 C 7.0 6.4 0.5 1.7 585.1 41.9 8.7 9.8 0.8 0.8 47.9 D 6.9 5.6 0.6 1.9 416.3 53.6 4.4 4.2 0.4 0.4 17.7 E 6.5 5.7 0.7 1.7 579.0 51.9 4.4 3.7 0.4 0.4 17.3 F 6.6 5.6 0.7 1.7 427.5 63.0 4.3 6.2 0.5 0.8 18.8 G 6.7 4.0 0.7 2.0 529.4 62.6 7.5 7.9 0.6 0.5 26.4 H 6.6 3.4 0.6 1.9 641.7 49.7 5.0 4.6 0.6 0.5 21.7