ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DAN TINGGI MUKA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PUTE RAMMANG-RAMMANG KAWASAN KARST MAROS

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Analisis. Analisis Lanjutan. menampilkan hasil dalam gambar grafik atau gambar cross section aplikasi program RAOB.

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

ANALISIS STATISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI INDONESIA UNTUK EVALUASI PERUBAHAN IKLIM

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

STUDI TENTANG KOMPARASI DATA TEKANAN UDARA PADA BAROMETER DIGITAL DAN AUTOMATIC WEATHER SISTEM (AWOS) DI STASIUN METEOROLOGI HASANUDDIN MAKASSAR

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

PENGARUH SEBARAN SUHU UDARA DARI AUSTRALIA TERHADAP SUHU UDARA DI BALI. Oleh, Erasmus Kayadu

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

ANALISA ANGIN ZONAL DALAM MENENTUKAN AWAL MUSIM HUJAN DI BALI BAGIAN SELATAN

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

Keywords : sea surface temperature, rainfall, time lag

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid Nomor, April 205 ISSN 858-330X ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR ) Sri Maulidani S, Nasrul Ihsan, Sulistiawaty Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Makassar Jl. Daeng Tata Raya, Makassar, 90224 ) e-mail : dhanymaulidani@gmail.com Abstract: Analysis Pattern and Intensity of Rainfall Based on Observations and Satellite Tropical Rainfall Measuring Missions (TRMM) 3b42 V7 Data in Makassar. Research on the pattern and intensity of rainfall in the city of Makassar is done to see the suitability of the pattern and intensity of rainfall. In a study conducted pattern analysis and intensity of rainfall in the year 203, there are two data used in this analysis include the data Obseravasi of rain Observation of a station official business of Water Resources (NRM) Makassar city and data satellite from the Tropical Rainfall Measuring Missions (TRMM) 3B42 V7. From the analysis of the pattern of rainfall in the city of Makassar demonstrate conformity to the pattern of the graph of monthly rainfall in 203, where the rainfall pattern is a pattern of Region A monsoonal type. From the analysis of rainfall intensities obtained data consistency in the full year in 203 in which the number of months of wet, humid months and months of dry almost as well as the rainy season, the season of transition and dry seasons as well as the correlation analysis and the results obtained by the value of r = 0.99, which means the value of the correlation high for the degree of similarity between the TRMM satellite data with the data PSDA. Abstrak: Analisis Pola dan Intensitas Curah Hujan Berdasakan Data Observasi dan Satelit Tropical Rainfall Measuring Missions (TRMM) 3b42 V7 di Makassar. Penelitian terhadap pola dan intensitas curah hujan di kota Makassar ini dilakukan untuk melihat kesesuaian pola dan intensitas curah hujan yang terjadi. Dalam penelitian dilakukan analisis pola dan intensitas curah hujan di tahun 203, terdapat dua data yang digunakan dalam analisis ini antara lain data Obseravasi dari stasiun pengematan hujan dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) kota Makassar dan data dari satelit Tropical Rainfall Measuring Missions (TRMM) 3B42 V7. Dari hasil analisis pola curah hujan di kota Makassar menunjukkan kesesuaian pola grafik untuk curah hujan bulanan pada tahun 203, dimana pola curah hujan tersebut merupakan pola Region A tipe Monsunal. Dari hasil analisis intensitas curah hujan didapatkan kesesuaian data dalam setahun penuh ditahun 203 dimana jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan keringnya hampir sama serta musim penghujan, musim peralihan dan musim keringnya juga sama dan hasil analisis korelasi diperoleh nilai r = 0.99 yang artinya nilai korelasi yang tinggi untuk derajat kesamaan antara data satelit TRMM dengan data PSDA. Kata Kunci: curah hujan, pola curah hujan, intensitas curah hujan, pola monsunal Cuaca merupakan keadaan suatu atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu, biasanya diperhitungkan pada kondisi harian. Contohnya Badan Metorologi dan Geofisika memperkirakan keadaan cuaca Makassar esok hari cerah, dengan suhu rata-rata maksimum 3 0 C dan suhu minimumnya 24 0 C. Umumnya kajian cuaca hanya meliputi temperatur, curah hujan dan angin. Hujan merupakan salah satu faktor cuaca. Hujan adalah jatuhnya hidrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ke tanah maka disebut hujan, akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut virga. Hujan juga dapat didefinisikan sebagai uap yang mengalami kondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses hidrologi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Agar dapat terjadi hujan, diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Titik-titik kondensasi 98

Nurul Hidayah, dkk., Studi Tentang Pemanfaatan Karbon Aktif Tempurung Kelapa, 99 ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara. Curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi. Namun di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Sedangkan intensitas curah hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman. Pengamatan cuaca dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengamatan cuaca secara langsung atau berbasis stasiun cuaca dan pengamatan cuaca secara tidak langsung atau pengamatan cuaca berbasis pengindraan jauh seperti satelit. Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dapat dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca. Stasiun cuaca ini paling sedikit dapat dibagi dalam empat golongan tergantung pada tujuan pengamatannya, di antaranya adalah stasiun hujan. Pada stasiun hujan, tujuan utama setiap metode pengukuran presipitasi adalah untuk mendapatkan contoh yang benar-benar mewakili curah hujan diseluruh kawasan tempat pengukuran dilakukan. Berdasarkan klasifikasi menurut Seyhan yang didasarkan atas suatu kombinasi pendekatan, salah satu yang digunakan oleh stasiun hujan adalah penekaran hujan bukan pencatat. Selain itu pengamatan pengindraan jauh juga sangat dibutuhkan sebagai bahan untuk perbandingan dengan data dari observasi seperti satelit. Dalam penelitian ini data satelit yang digunakan adalah satelit TRMM, TRMM dirancang khusus untuk mengukur curah hujan di daerah tropis dan subtropis, serta memberikan informasi tentang ketinggian atmosfer dimana pemanasan dan pendinginan yang terkait dengan hujan sedang berlangsung. Sebagai satelit yang mengorbit bumi, TRMM memberikan laporan bulanan curah hujan total yang jatuh di suatu daerah. Makassar adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak antara 9 0 8'38 sampai 9 0 32'3 BT dan antara 5 0 30'30 sampai 5 0 4'49 LS, berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujan, termasuk ke dalam golongan daerah yang beriklim sedang hingga tropis dan termasuk memiliki pola curah hujan monsunal. Pola curah hujan monsunal mempunyai ciri-ciri: pada akhir dan awal tahun memiliki curah hujan yang mulai tinggi dengan puncak yang terjadi sekitar bulan Desember, Januari atau Februari. Sementara itu, curah hujan terendah terjadi pada sekitar bulan Juli, Agustus dan Spetember. Pola hujan daerah di daerah Makassar ditandai dengan adanya satu puncak dengan curah hujan tertinggi dan satu lembah dengan curah hujan terendah. Makassar mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musin kemarau. Sepanjang lima tahun terakhir suhu udara rata-rata Kota Makassar berkisar antara 25º C sampai 33º C. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret dengan rata-rata curah hujan 227 mm dan jumlah hari hujan bekisar 44 hari per tahun. Untuk daerah-daerah yang mendekati pegunungan, yaitu daerah sebelah timur, hujan basah cenderung sampai pada bulan Mei, sedangkan pada daerah pantai, umumnya sampai bulan April. Berdasarkan hasil pantauan curah hujan dari tiga stasiun pengamatan di wilayah Makassar, diperoleh gambaran tentang keadaan curah hujan rata-rata di wilayah Makassar dan sekitarnya yang selengkapnya dapat dilihat dalam tabel.

00 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid, Nomor, April 205, hal. 98-03 Tabel. Rata-Rata Curah Hujan Wilayah Makassar Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Curah Harian (mm) 76.8 23.5 98.5 4.5 6.3 2.4 34.4 0 64. 224.5 49.6 Hari Hujan 26 23 23 6 8 7 2 0 3 8 27 Untuk mengetahui pola dan intensitas curah hujan yang terjadi pada tahun 203 tersebut, dalam artikel ini akan dilakukan analisis terhadap kejadian hujan dengan memanfaatkan data dari dua metode pengamatan yang ada. Melalui analisis ini diharapkan dapat diketahui kondisi dari curah hujan yang terjadi pada masa tersebut serta perbandingannya, baik terhadap kondisi normal pada setiap bulannya maupun terhadap kondisi di waktu yang lalu. METODE Metode penilitian ini adalah menganalisis data curah hujan selama setahun penuh pada tahun 203 yang diperoleh dari Dinas PSDA dan satelit TRMM. Prosedur dalam melakukan analisis tersebut adalah sebagai berikut:. Korelasi Data antara data PSDA dan satelit TRMM dengan menggunakan software MATLAB 2. Analisis pola curah hujan antara data PSDA dan satelit TRMM dengan menggunakan software MATLAB. 3. Analisis intesitas curah hujan antara data PSDA dan satelit TRMM dengan menggunakan software MATLAB. Analisis terhadap data tersebut dilakukan untuk kondisi pengamatan di wilayah Makassar yang memiliki rekaman data cukup lengkap. Melalui perbandingan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran dari kondisi hujan yang terjadi wilayah Makassar. HASIL DAN DISKUSI Korelasi Data Korelasi data curah hujan satelit TRMM 3B42 V7 dan PSDA diperlihatkan dalam tabel 2 berikut. Tabel 2. Korelasi Data Curah Hujan Satelit TRMM 3B42 V7 dan PSDA. Bulan 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 Satelit TRMM (mm) 892.37 394.26 278.63 307.9 43.9 63.48 2.8 5.2 2.26 52.64 25.68 509.8 PSDA (mm) 68 482 365 28 43 92 2 0 62 95 759 Total 307.24 3760 Dari tabel yang di atas dapat dilihat hasil analisis korelasi curah hujan antara data satelit TRMM dengan data PSDA dapat digambarkan bahwa nilai korelasi data curah hujan bulanan ditahun 203 bervariasi, mulai dari nilai korelasi yang sangat rendah hingga nilai korelasi yang tinggi.

Nurul Hidayah, dkk., Studi Tentang Pemanfaatan Karbon Aktif Tempurung Kelapa, 0 Hasil Analisis Pola Curah Hujan Dari analisis tersebut terlihat pola curah hujan antara data satelit TRMM dengan data PSDA, terlihat seperti pada gambar berikut. Gambar. Grafik curah hujan tahun 203 Hasil Analisis Intensitas Curah Hujan Berdasarkan hasil analisis intensitas curah hujan data dari satelit TRMM dan data PSDA selama setahun penuh maka diperoleh data seperti pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 tersebit terlihat bahwa intensitas curah hujan yang tertinggi terjadi pada awal dan akhir tahun, lebih tepatnya pada bulan Januari, Februari dan Desember baik itu data yang berdasarkan dari satelit TRMM ataupun PSDA. Diman curah hujan tertinggi ditahun 203 itu sebesar 892. 37 mm dari data satelit dan 68 mm dari data PSDA. Sedangkan curah hujan terendah terjadi dibulan Agustus dan September dimana dari satelit TRMM terukur intensitas sebesar 5.20 mm dan 2.26 mm, lalu dari PSDA terukur intensitas sebesar mm dan tidak ada curah hujan yang terukur. Pada tahun 203 jumlah intensitas curah setahun penuh dari data satelit TRMM sebesar 307.24 mm dan data PSDA sebesar 3760 mm. Tabel 3. Intensitas Curah Hujan Bulanan Kota Makassar tahun 203 Bulan Nilai Korelasi Keterangan Jan 0.6 Agak Rendah Feb 0.86 Tinggi Mar 0.76 Cukup Apr 0.9 Tinggi May 0.52 Agak Rendah Jun 0.39 Rendah Jul 0.6 Agak Rendah Aug -0.04 Korelasi Sangat Rendah Sep NaN Tidak ada data Oct -0.09 Korelasi Sangat Rendah Nov 0.87 Tinggi Dec 0.38 Rendah Th.203 0.99 Tinggi

02 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid, Nomor, April 205, hal. 98-03 Diskusi Berdasarkan hasil analisis korelasi curah hujan antara data satelit TRMM dengan data PSDA dapat digambarkan bahwa nilai korelasi data curah hujan bulanan pada tahun 203 bervariasi, mulai dari nilai korelasi yang sangat rendah hingga nilai korelasi yang tinggi. Nilai korelasi yang sangat rendah terjadi pada data bulan Agustus dan Oktober, lalu untuk nilai korelasi yang agak rendah terjadi pada bulan Januari, Mei dan juli. Untuk nilai korelasi yang rendah terjadi pada bulan Juni dan Desember, lalu untuk nilai korelasi yang tinggi terjadi pada bulan Februari, April dan November. Dari analisis pola curah hujan, terlihat pola curah hujan antara data satelit TRMM dengan data PSDA memiliki kemiripan. Begitu pula dengan pola curah hujan tipe monsunal dimana Makassar termasuk dalam region A dengan tipe monsunal, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan-bulan Desember, Januari serta Februari dan bulan dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September. Adanya sedikit perbedaan grafik pola curah hujan yang terukur biasanya dipengaruhi oleh anomali cuaca yang terjadi serta pengaruh dari variabelvariabel cuaca yang lainnya seperti suhu, kecepatan dan arah angin, tekanan udara, paparan sinar matahari dan lain-lain. Dari analisis intensitas curah hujan dalam setahun di Makassar memperlihatkan curah hujan yang masih terlihat sejalan tanpa adanya perbedaan yang begitu jauh, curah hujan yang terukur pula masih tidak terlalu jauh berbeda dengan data curah hujan rata-rata dari BMKG di Kota Makassar dengan jumlah curah hujan pertahunnya untuk data satelit TRMM sebesar 307.24 mm sedangkan untuk data PSDA sebesar 3760 mm. Adapun perbedaan intensitas curah hujan yang terjadi biasanya dipengaruhi oleh metode pengukuran, radius daerah pengukuran yang biasa berhubungan dengan hujan local. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : a. Hasil analisis pola curah hujan di Makassar dengan menggunakan data satelit TRMM 3B42 V7 dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan data dari Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) kota Makassar menunjukkan kesesuaian pola grafik untuk curah hujan bulanan pada tahun 203, dimana pola curah hujan tersebut merupakan pola Region A tipe Monsunal b. Hasil analisis intensitas curah hujan di Makassar yang menggunakan satelit TRMM 3B42 V7 dibandingkan dengan analisis data dari Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) kota Makassar menunjukkan kesesuaian data pada semua tabel dalam setahun penuh ditahun 203 dimana jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan keringnya hampir sama serta musim penghujan, musim peralihan dan musim keringnya juga sama. Hasil analisis korelasi untuk data setahun penuh diperoleh nilai r = 0.99 yang artinya nilai korelasi yang tinggi untuk derajat kesamaan antara data satelit TRMM dengan data PSDA. DAFTAR RUJUKAN Hidayat,S (202). Unsur-Unsur Iklim Arsitektur Tropis. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB Tjasyono, B. (2004). Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB Prawirowardoyo,S. (996). Metorologi. Bandung: Penerbit ITB. Arif Suryatoro,dkk. (200) Aplikasi Satelit TRMM untuk Prediksi curah Hujan Wilayah Indonesia. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim-LAPAN. POKJA AMPL, (20), Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 20, Kelompok Kerja Sanitasi Kota Makassar, Kota Makassar.

Nurul Hidayah, dkk., Studi Tentang Pemanfaatan Karbon Aktif Tempurung Kelapa, 03 Lakitan, B. (994). Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta : PT Grafindo Persada. BMKG. (203). Prakiraan Hujan Bulanan, Retrieved Oktober, 203, www.bmkg.co.id.