PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean, UMKM

BAB V PENUTUP. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dapat diterapkan di perusahaan, guna

BAB V PENUTUP. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dapat diterapkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

Keywords: Just in Time, MCE and effectiveness of Production (bahan mentah, barang setengah jadi, PENDAHULUAN

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES (Studi Empiris Pada PT Bhirawa Steel Surabaya)

BAB II. Tinjauan Pustaka. bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan MCE. sebagai alat ukur dalam meningkatkan produksi

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Jurusan Akuntansi. Oleh:

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

PENGELOLAAN BIAYA MANUFAKTUR PADA LINGKUNGAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR MAJU. Oleh : Edi Sukarmanto Th. 1 Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tumbuh. Sehingga dibutuhkan cara agar perusahaan bisa melakukan

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

TOC dan Just In Time (JIT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

ABSTRACT. Keywords: Traditional Methods, Cost Centre, Just In Time methods, Inventory. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Garrison.et.al (2008 : 477), Aktivitas adalah suatu kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

Isnaini Febrina, Kusni Hidayati, Mahsina Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA SIKLUS PRODUKSI UNTUK EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI OPERASI DI CV. BERDIKARI JAYA SIDOARJO

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN DALAM LINGKUNGAN PEMANUFAKTURAN MAJU

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku... - Diaz, Adriany Pratiwi 1

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

ABSTRACT Siti Eka Fariyani COST EFFICIENCY PRODUCTION METHOD ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) Essay, Majoring In Accountant, Faculty Of Econo

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan juga melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Karena kondisi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH LAB. PENGANTAR AKUNTANSI 3 (ED) KODE / SKS : KD / 2 SKS

Activity Based Costing untuk Menentukan Inefisiensi Proses Produksi Pada Perusahaan Pengrajin Kayu di Jawa Timur

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

PENERAPAN SISTEM PEMBELIAN JUST IN TIME UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR OLEH: ADIKO

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi pada dunia perekonomian dewasa ini menyebabkan

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES PADA PG KANIGORO MADIUN. Alwiyanti Kusuma Wardani

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

AKUNTANSI MANAJEMEN. Buku : Akuntansi Manajerial Garrison/Noreen. Dosen : 1. BUDI S. PURNOMO, SE., MM,.MSi. 2. POPPY SUSIANI H, SE, SE.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari penjualan produk tersebut. Perusahaan harus memperhatikan nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dewasa ini ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 2 LANDASAN TEORI

Just in time dalam Manajemen Logistik

ANALISIS METODE ACTIVITY

BAB I PENDAHULUAN. adanya aktivitas usaha ke arah persaingan untuk meraih pangsa pasar yang terbesar.

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen,

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, terjadi perubahan dan perkembangan perekonomian

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan output yang memenuhi tujuan sistem tersebut. lainnya yang ditentukan oleh manajemen.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA AKTIVITAS PENGIRIMAN BARANG PT.TRIMEGA BATERINDO DI TROSOBO SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur merupakan industri yang perlu dikembangkan di

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri karoseri kendaraan angkutan darat hampir setiap tahun terus

MATERI 5 ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, dewasa ini perusahaan harus berhatihati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto.

KAJIAN EFESIENSI PROSES PRODUKSI KAPAL DENGAN PENDEKATAN KONSEP MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) STUDI KASUS PT. PAL

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia persaingan yang sehat harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan yang

DEVIS ZENDY NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta, 2014.

Transkripsi:

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES dan NON-VALUE- ADDED ACTIVITIES MELALUI ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI (Studi Kasus Pada UD Karya Tunggal Sidoarjo) ISMED WIJAYANTO (128694034) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the efficiency number of production process by Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) to reduce or eliminate non-valueadded activities and improve value-added activities. This research used qualitative analysis method with case study approach, where the concept development and fact accumulation were done by the researcher without examining the hypothesis. The process of collecting data was done by observation, interview, and literature research. The results of this research show that the activities of UD Karya Tunggal Sidoarjo in producing mold and baking pan are still not ideal. It is shown by the MCE value for the mold is 54% and for the baking pan is 65%. This MCE percentage can be used by Management of UD Karya Tunggal Sidoarjo for reducing and eliminating non-valueadded activities and doing the improvement of value-added activities in increasing time efficiency of production. Keywords : Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), Non-Value-Added Activities, and Value-Added Activities. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis ukuran efisiensi proses produksi melalui Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) untuk mengurangi atau menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dan melakukan perbaikan aktivitas penambah nilai. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan pendekatan studi kasus, di mana pengembangan konsep dan penghimpunan fakta dilakukan oleh peneliti tanpa melakukan pengujian hipotesis. Pengumpulan data telah dilakukan melalui observasi, wawancara, dan penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas UD Karya Tunggal Sidoarjo dalam memproduksi cetakan kue dan loyang masih belum ideal. Ini ditunjukkan oleh nilai MCE untuk cetakan kue sebesar 54% dan untuk loyang sebesar 65%. Ukuran MCE tersebut dapat digunakan oleh manajemen UD Karya Tunggal Sidoarjo untuk mengurangi dan menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dan melakukan perbaikan aktivitas penambah nilai dalam meningkatkan efisiensi waktu produksi. Kata Kunci : Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE),Aktivitas Penambah Nilai, dan Aktivitas Bukan Penambah Nilai. 1

PENDAHULUAN Kondisi perekonomian industri di Indonesia menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean 2015 menjadi semakin kompetitif dan dinamis. Industri sektor UKM (Usaha Kecil Menengah) sebagai salah satu unit bisnis perekonomian dituntut untuk dapat bersaing dalam memperluas dan mempertahankan pangsa pasar, baik tingkat regional maupun nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap UKM harus mampu memenuhi dan menjaga kepuasan pelanggan dengan menciptakan produk berdaya saing tinggi, baik dari sisi harga maupun kualitas, serta efisiensi produksi yang optimal. UD Karya Tunggal Sidoarjo adalah salah satu UKM yang bergerak di bidang manufaktur dengan memproduksi berbagai macam cetakan kue dan loyang dalam skala produksi besar atau padat karya. Keunggulan usaha ini dibandingkan pesaing sejenis adalah pilihan produk yang lebih bervariasi dan sesuai spesifikasi permintaan pelanggan. Namun, terdapat permasalahan dalam usaha ini, yaitu terjadinya inefisiensi dalam proses produksi yang disebabkan adanya aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai, seperti inspection time (cek kualitas dan kuantitas bahan baku dan barang jadi), proses pengerjaan ulang, moving time (pemindahan barang antardepartemen), dan storage time (penyimpanan persediaan bahan baku). Aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai tersebut menyebabkan kinerja produksi menjadi tidak efisien karena pemborosan waktu dan konsumsi sumber daya. Akibatnya, perusahaan tidak mampu bersaing secara cepat dalam menghadapi banyaknya permintaan pelanggan. Di sisi lain, proses produksi dengan waktu yang lama menimbulkan konsumsi sumber daya lebih banyak dan besarnya biaya tersebut akan berdampak pada harga produk. Apabila harga jual produk menjadi mahal maka daya saing produk di pasaran akan menurun. Untuk itu, manajemen harus menciptakan kinerja proses produksi secara lebih efisien dibandingkan para pesaing agar mencapai keunggulan kompetitif. Pemanfaatan 2

sumber daya waktu, biaya, dan tenaga secara efektif merupakan langkah efisiensi yang dilakukan dengan menyederhanakan tahapan proses produksi agar dapat menghemat waktu serta meminimalkan biaya produksi melalui pengelolaan aktivitas. Pengelolaan aktivitas merupakan strategi yang berfokus pada upaya perbaikan aktivitas yang dilakukan dengan memilih aktivitas penambah nilai yang harus dipertahankan dan mengurangi aktivitas bukan penambah nilai yang tidak diperlukan. Dalam mengelola aktivitas manajemen perlu mengidentifikasi serangkaian aktivitas yang termasuk sebagai aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai dalam proses produksi yang diukur melalui analisis Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), yaitu dengan membandingkan antara processing time dengan cycle time (Mulyadi, 2003:36). Ukuran MCE dijadikan sebagai dasar dalam mengelola aktivitas, khususnya terhadap aktivitas bukan penambah nilai yang dapat menghambat kinerja perusahaan (Rahmawati, 2008). Penelitian oleh Bambang (2010) tentang analisis MCE untuk mengurangi non-value-added activities pada pabrik pengolahan kelapa sawit membuktikan bahwa kinerja dan efisiensi perusahaan dapat ditingkatkan melalui perbaikan aktivitas dalam proses produksi dengan melibatkan semua bagian organisasi agar mampu mencapai aktivitas penambah nilai yang maksimal. Maka dari itu, manajemen UD Karya Tunggal Sidoarjo perlu melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap aktivitas sebagai langkah strategis untuk menciptakan efisiensi dalam proses produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan lebih tepat waktu. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dengan melakukan analisis Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) untuk mengelola aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai dalam upaya meningkatkan efisiensi proses produksi cetakan kue dan loyang pada UD Karya Tunggal Sidoarjo. 3

TINJAUAN PUSTAKA Manufacturing Cycle Efectiveness (MCE) Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar nilai suatu aktivitas bagi pemenuhan kebutuhan customer dan merupakan alat analisis terhadap aktivitas-aktivitas dalam proses produksi. MCE dihitung dengan memanfaatkan data cycle time atau throughput time, yaitu berapa lama waktu yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas mulai dari penanganan bahan baku, produk dalam proses hingga produk jadi. Menurut Mulyadi (2003:278) formulasi yang digunakan untuk menghitung MCE, yaitu : Cycle time = processing time + inspection time + moving time + storage time Jika MCE sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai dapat dihilangkan dalam proses produksi sehingga konsumen produk tersebut tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas bukan penambah nilai. Sebaliknya, jika MCE jauh dari 100% berarti proses produksi masih mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi konsumen. Aktivitas Penambah Nilai (Value-Added Activities /VAA) Aktivitas penambah nilai adalah aktivitas yang harus dilaksanakan (required activities) untuk mempertahankan perusahaan atau departemen agar tetap bertahan dalam bisnisnya (Gunawan, 2007:365). Aktivitas ini berkontribusi terhadap customer value dan kepuasan pelanggan atau organisasi yang membutuhkannya sehingga diperlukan untuk menjalankan operasi bisnis. Aktivitas tersebut menyebabkan perubahan keadaan, perubahan keadaan tidak dapat dicapai dengan aktivitas sebelumnya, dan aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan (Mulyadi, 2003:277). 4

Aktivitas Bukan Penambah Nilai (Non-Value-Added Activities/NVAA) Aktivitas bukan penambah nilai merupakan aktivitas yang tidak penting untuk dipertahankan dalam menghasilkan customer value (Gunawan, 2007:365). Menurut Rahmawati (2008) aktivitas bukan penambah nilai adalah aktivitas yang tidak diperlukan dan harus dihilangkan dari proses bisnis karena dapat menghambat kinerja perusahaan. Aktivitas bukan penambah nilai ini tidak menyebabkan perubahan, perubahan keadaan tersebut dapat dicapai melalui aktivitas sebelumnya, dan aktivitas tersebut tidak memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan (Mulyadi, 2003:277). Menciptakan Efisiensi Produksi Untuk menciptakan efisiensi waktu produksi secara optimal maka manajemen harus mampu menekan penggunaan sumber daya atas aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai. Untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai dapat dilakukan melalui penerapan sistem produksi Just-In-Time atau JIT Manufacturing, di mana waktu inspeksi (inspection time) dikurangi dengan mengimplementasikan Total Quality Control (TQC) dan Zero Defect Manufacturing, waktu pemindahan (moving time) diturunkan dengan menerapkan konsep Cellular Manufacturing, dan waktu penyimpanan (storage time) dikurangi dengan menerapkan JIT Inventory System (Bambang, 2010). JIT TQC & Celullar JIT Manufacturing Zero Defect Manufacturing Inventory System Cycle time = Processing time + Inspection time + Moving time + Storage time Value-added activities Non-value-added activities Sumber : Mulyadi (2001) dalam Bambang (2010) Gambar 2.1 Pengelolaan Value-Added Activities dan Non-Value-Added Activities 5

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Robert K. Yin (2008:1) studi kasus merupakan sebuah metode yang mengacu pada penelitian dengan unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah kontemporer serta pemilihan kasus dilakukan secara bertujuan (purposive). Objek dalam penelitian ini adalah UD Karya Tunggal, yaitu UKM yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi berbagai macam cetakan kue dan loyang, berlokasi di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan observasi, yaitu mewawancarai pemilik usaha serta mengamati kegiatan produksi, termasuk dokumen dan catatan perusahaan. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka, yaitu mempelajari teori dan konsep dari beberapa literatur, seperti buku, jurnal, dan internet yang berkaitan dengan topik penelitian. Setelah data dikumpulkan, peneliti mengorganisasi, mengklasifikasi, dan mengolah data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menyusun skedul aktivitas produksi perusahaan secara keseluruhan dan melakukan penghitungan masing-masing aktivitas. 2. Mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang termasuk aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai. 3. Menghitung total nilai dari masing-masing aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai menggunakan formulasi berikut : 4. Menganalisis hasil perhitungan MCE berdasarkan kajian teori yang ada pada bab sebelumnya. 6

HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian terhadap UD Karya Tunggal Sidoarjo, pabrik beroperasi normal selama 8 jam per hari pada hari Senin sampai Sabtu. Apabila terdapat banyak pesanan, karyawan dapat bekerja overtime selama 4 jam. Kapasitas produksi setiap bulan berada pada kisaran 3.000 buah cetakan kue dan 2.000 buah loyang. Berikut adalah rincian aktivitas produksi UD Karya Tunggal Sidoarjo dalam waktu satu bulan. Tabel 4.1 Skedul Aktivitas Produksi (dalam jam) Jenis Kegiatan Cetakan kue Loyang Tahap awal : Penanganan bahan baku 1. Bahan baku plat stainless masuk ke persediaan, penyimpanan bahan baku 32 32 2. Cek kualitas bahan baku plat stainless 6,25 15 3. Cek kuantitas bahan baku plat stainless 12,5 10 4. Pemindahan dari persediaan ke pemotongan 200 200 5. Perancangan produk, menghitung kebutuhan bahan baku stainless 2,5 1,67 Tahap Pemrosesan (Processing) 6. Proses pemotongan plat stainless 18,75 10 7. Pemindahan dari pemotongan ke pemrosesan 75 75 8. Pembentukan pola 150 66,67 9. Penyatuan pola 100 66,67 10. Pengepresan 100 66,67 Tahap akhir : Penyelesaian 11. Inspeksi barang jadi 100 66,67 12. Proses pengerjaan ulang 11,67 9 13. Labelling 4,17 2,78 14. Pengepakan 8,33 5,56 15. Pengangkutan produk untuk pengiriman 2 1,4 Total 823,17 jam 629,09 jam Sumber : UD Karya Tunggal Sidoarjo, 2015 Dari keseluruhan aktivitas produksi tersebut, kemudian diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu aktivitas penambah nilai (value-added activities) dan aktivitas bukan penambah nilai (non-value-added activities) yang akan disajikan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 berikut. 7

Aktivitas Penambah Nilai (Value-Added Activities/VAA) Aktivitas yang menjadi penambah nilai dalam proses produksi dimulai dari penanganan bahan baku sampai penyelesaian barang jadi. Aktivitas-aktivitas ini diperlukan untuk menghasilkan produk sehingga termasuk aktivitas yang menambah nilai, baik bagi customer maupun bisnis. Tabel 4.2 Aktivitas Penambah Nilai (Value-Added Activities/VAA) (dalam jam) Jenis Kegiatan Cetakan kue Loyang 1. Perancangan produk 2,5 1,67 2. Proses pemotongan plat stainless 18,75 10 3. Pembentukan pola 150 66,67 4. Penyatuan pola 100 66,67 5. Pengepresan 100 66,67 6. Labelling 4,17 2,78 7. Pengepakan 8,33 5,56 8. Pengangkutan untuk pengiriman 2 1,4 Total Value-Added Activities/VAA 385,75 jam 221,42 jam Sumber : Data diolah, 2015 Aktivitas Bukan Penambah Nilai (Non-Value-Added Activities/NVAA) Aktivitas bukan penambah nilai tidak mempengaruhi secara langsung perubahan pada produk yang diolah, baik kuantitas maupun kualitas, yang bermanfaat bagi customer. Aktivitas ini perlu dikurangi untuk mencapai efisiensi proses produksi. Tabel 4.3 Aktivitas Bukan Penambah Nilai (Non-Value-Added Activities/NVAA) (dalam jam) Jenis Kegiatan Cetakan kue Loyang 1. Cek kualitas bahan stainless 6,25 15 2. Cek kuantitas bahan stainless 12,5 10 3. Inspeksi barang jadi 100 66,67 4. Pengerjaan ulang 11,67 9 5. Penyimpanan bahan baku stainless 32 32 6. Pemindahan dari persediaan ke pemotongan 200 200 7. Pemindahan dari pemotongan ke pemrosesan 75 75 Total Non-Value-Added Activities/NVAA 437,42 jam 407,67 jam Sumber : Data diolah, 2015 8

Perhitungan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) Kedua total nilai value-added-activities (VAA) dan non-value-added activities (NVAA) di atas menjadi komponen perhitungan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) berikut : Tabel 4.4 Perhitungan Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) Cetakan Kue Loyang Sumber : Data diolah, 2015 Berdasarkan perhitungan MCE, dapat diketahui bahwa aktivitas produksi cetakan kue mengonsumsi aktivitas bukan penambah nilai sebesar 54% (100-46%) bahkan untuk produksi loyang, konsumsi aktivitas bukan penambah nilai lebih besar, yaitu 65% (100-35%). Hasil MCE kurang dari 100% ini menunjukkan bahwa proses produksi belum ideal karena masih mengandung non-value-added activities bagi customer. Proses produksi yang ideal seharusnya menghasilkan cycle time sama dengan processing time, yaitu MCE sebesar 100% (Mulyadi, 2003:279). PEMBAHASAN Ukuran dari analisis MCE yang menunjukkan bahwa proses produksi belum ideal tersebut menjadi dasar dalam mengelola aktivitas untuk meningkatkan efisiensi produksi. Pengelolaan aktivitas dapat dilakukan oleh manajemen UD Karya Tunggal Sidoarjo dengan menerapkan komponen-komponen JIT Manufacturing berikut : 1. Aktivitas inspeksi kuantitas dan kualitas bahan baku stainless diperlukan untuk memastikan pembelian bahan baku telah sesuai dengan kebutuhan. Manajemen dapat 9

mengurangi aktivitas inspeksi ini dengan menerapkan sistem JIT Purchasing, yaitu membeli bahan baku dengan jumlah sesuai kebutuhan produksi secara tepat waktu dan kualitas sesuai standar yang ditetapkan. 2. Aktivitas inspeksi barang jadi bertujuan untuk menjamin kualitas produk telah memenuhi standar. Apabila terjadi produk cacat maka dibutuhkan proses pengerjaan ulang. Proses pengerjaan ulang membutuhkan waktu lama dan menimbulkan penyimpanan cadangan bahan baku sehingga merupakan pemborosan. Manajemen perlu menerapkan Total Quality Control (TQC) dan Zero Defect Manufacturing untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengendalikan mutu produk agar pada setiap tahap pengerjaan mereka mampu menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas dan melakukan autonomasi sebagai unit pengendalian cacat yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya. 3. Aktivitas pemindahan terdiri dari pemindahan bahan baku dari persediaan ke pemotongan dan pemindahan barang dalam proses dari pemotongan ke pemrosesan. Lamanya waktu pemindahan ini dipengaruhi oleh faktor jarak setiap departemen yang cukup berjauhan sehingga menyebabkan pemborosan waktu dan tenaga. Untuk itu, manajemen perlu mengurangi waktu pemindahan melalui penerapan Cellular Manufacturing dengan mengubah layout atau pola tata letak mesin menjadi berdekatan untuk membentuk satu cell mesin sesuai urutan tahapan produksi sehingga menciptakan efisiensi alur dan waktu pemrosesan. 4. Aktivitas penyimpanan bahan baku stainless digunakan sebagai tambahan untuk memenuhi pesanan sewaktu-waktu dan cadangan bahan baku untuk pengerjaan ulang. Penyimpanan persediaan ini menimbulkan biaya penyimpanan (stocking cost) serta membutuhkan inspeksi kualitas maupun kuantitas secara berkala karena 10

berisiko terjadinya hilang atau kerusakan. Untuk itu, manajemen perlu menerapkan JIT Inventory System dengan meminimalkan jumlah persediaan dan waktu penyimpanan bahan baku hingga berada pada tingkat yang tidak terlalu signifikan. PENUTUP SIMPULAN Dari hasil perhitungan MCE diketahui bahwa proses produksi UD Karya Tunggal Sidoarjo masih belum ideal karena masih mengandung aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai yang menyebabkan pemborosan waktu dan penggunaan sumber daya sehingga proses produksi menjadi tidak efisien. Hasil analisis MCE tersebut dapat digunakan oleh manajemen UD Karya Tunggal Sidoarjo untuk mengelola aktivitas melalui penerapan Just-In-Time Manufacturing. Aktivitas inspeksi kualitas dan kuantitas bahan baku dapat dikurangi melalui penerapan JIT purchasing, aktivitas inspeksi barang jadi dan proses pengerjaan ulang dikurangi melalui penerapan TQC dan Zero Defect Manufacturing, aktivitas penyimpanan bahan baku dapat dikurangi dengan menerapkan JIT Inventory System, dan aktivitas pemindahan dikelola dengan penerapan Cellular Manufacturing agar menciptakan kelancaran arus produksi yang menghemat waktu, tenaga, dan biaya sehingga meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. SARAN Adapun saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan UD Karya Tunggal Sidoarjo dalam usaha perbaikan berkelanjutan atas hasil analisis efisiensi proses produksi, antara lain. 1. Dalam upaya mencapai keunggulan persaingan melalui efisiensi waktu produksi, UD Karya Tunggal Sidoarjo perlu menerapkan komponen-komponen JIT Manufacturing 11

yang akan memberikan kemampuan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dengan berfokus pada aktivitas perusahaan. 2. Manajemen UD Karya Tunggal Sidoarjo juga perlu menerapkan manajemen aktivitas penambah nilai untuk mengoptimalkan biaya produksi yang kompetitif bagi usaha serta diharapkan memberikan perhatian terhadap masalah pengerjaan ulang yang mengakibatkan pemborosan waktu dan sumber daya. DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan, Anggraini, Yunita. 2007. Anggaran Bisnis : Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Agustina, Yenni, Dewi, Sukmasari, Ermadiani. 2007. Analisa Penerapan Sistem Just- In-Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan Produktivitas Pada Perusahaan Industri Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 1, Januari Ardiansyah, Bambang. 2010. Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dalam Mengurangi Non-Value-Added Activities pada Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT PPLI Asahan Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 dari http://eprints.undip.ac.id/22697/1/skripsi.pdf Islahuzzaman. 2012. Istilah-istilah Akuntansi & Auditing. Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara. K. Yin, Robert. Prof, 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System. Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Pasaribu, R.B. Fernando. 2012. Perencanaan dan Pengendalian dalam Lingkungan Pemanufakturan Maju. Diakses pada tanggal 4 Mei 2015 dari http://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/pertemuan-04-perencanaan-danpengendalian-dalam-lingkungan-pemanufakturan-maju.pdf Rahmawati, Emi. 2008. Upaya Menghilangkan Aktivitas-Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Dalam Proses Pabrikasi Di Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia Surabaya. Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php 12