Keberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. (gramineae) dan masih berkerabat dekat dengan padi dan tebu. Tanaman bambu dimasukkan ke dalam subfamili bambusoideae.

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bambu disebut juga Giant Grass (Rumput Raksasa) beberapa. tahap pertumbuhan dalam bambu yaitu mulai dari rebung, batang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMASARAN PRODUK DARI HUTAN RAKYAT BAMBU (Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat)

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan dari kelimpahan setiap

MATERI BAHAN BANGUNAN BAMBU

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

a. Hasil hutan bukan kayu akan lebih banyak memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar hutan.

LAPORAN PENELITIAN PKL

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Inventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

Keanekaragaman Jenis Bambu di Taman Bambu Siageung Kebun Raya Kuningan Jawa Barat

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

Sistem usaha tani kelapa monokultur dengan hasil utama

KADAR HARAMAKRO BERBAGAI JENIS LIMBAH TANAMAN SELAPADAPOLATANAM KELAPA RINGKASAN

Keanekaragaman Jenis Bambu di Gunung Ciremai Jawa Barat

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN DAN POTENSI TANAMAN BAMBU (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGAWETAN BAMBU UNTUK BARANG KERAJINAN DAN MEBEL DENGAN METODE TANGKI TERBUKA. Mody Lempang

Kegunaan bambu SNI 8020:2014

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

II. ANATOMI PENAMPANG LINTANG BATANG 9 JENIS BAMBU

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

Gambar 5.1. Proses perancangan

BUDIDAYA BAMBU. Oleh SUTIYONO

TEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK BAMBU UNTUK KOMPONEN STRUKTUR BANGUNAN

OBSERVASI PLASMA NUTFAH BAMBU DI KABUPATEN MALANG OBSERVATION OF BAMBOOS GERMPLASM IN MALANG REGENCY

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Program penanaman bambu ini dilakukan pada tahun 2009 sebagai Pilot Demonstration Activities (PDA) yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Keg

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN :

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN UMUR BAMBU TERHADAP KUALITASNYA SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN

SUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL

PENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN. 2. Kayu Torem (Wilayah I) /m 3

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

24 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi)

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga

SARI HASIL PENELITIAN BAMBU Oleh : Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

Penyunting : Rudijanta Tjahja Nugraha. Penyusun : Lugi Hartanto. Pembantu Penulis : Akhmad Hariyono Yulia Artania Mala Joko Utami

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

BAB III KABEL BAWAH TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGGOLONGAN WILAYAH, JENIS PERKEBUNAN, DAN BESARNYA STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN PER-HA

Studi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Usahatani tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) merupakan

KARAKTERISTIK ANGKLUNG BERBAHAN BAMBU APUS (Gigantochloa apus) Characteristics of Bamboo Apus (Gigantochloa apus) Angklung

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM

Transkripsi:

271A PENGGUNAAN RAK BAMBU DALAM PENGANGKUTAN BIBIT SENGON DENGAN TRUK Ruskandi 1 Keberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya ditentukan oleh mutu bibit yang digunakan. Untuk membangun usaha perkebunan atau kehutanan dalam skala luas diperlukan bibit dalam jumlah banyak dengan mutu yang baik, yaitu bibit segar, daun tidak rontok, batang utuh, serta bebas hama dan penyakit. Luasnya areal yang akan ditanami menyebabkan bibit yang diperlukan cukup banyak. Dalam hal ini pengangkutan menjadi kendala yang utama. Untuk menjaga agar bibit tetap dalam kondisi baik dan siap tanam, maka pengangkutan bibit dari lahan persemaian ke areal pertanaman memerlukan alat dan cara angkut yang baik. Metode pengangkutan bibit yang banyak dilakukan oleh petani adalah dengan cara dipikul atau digotong. Pengangkutan seperti ini hanya cocok untuk jarak angkut pendek, karena apabila bibit yang dipindahkan banyak dan jarak tempuh cukup jauh, maka diperlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Pengangkutan bibit untuk jarak tempuh yang jauh umumnya menggunakan truk. Dalam mengangkut bibit, polibag biasanya hanya ditumpuk, sehingga bibit banyak yang rusak dan biaya menjadi lebih mahal. Salah satu metode alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam pengangkutan atau pengiriman bibit jarak jauh dan dalam jumlah besar adalah dengan pembuatan rak sederhana. Rak dibuat dari bambu dan dipasang di dalam bak truk. Bahan-bahannya bisa digunakan berulang-ulang, mudah didapat, dan dapat dikerjakan sendiri oleh sebagian besar petani. Dengan menggunakan metode ini diharapkan bibit yang terangkut lebih banyak, sehingga biaya lebih murah. Tanaman bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, dibentuk, dan mudah dikerjakan serta ringan. Selain itu, harga bambu relatif murah dan banyak ditemukan di sekitar pemukiman di pedesaan. Penggunaan rak dari bambu dan penyusunan bibit yang baik diharapkan akan turut mensukseskan program pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan terutama melalui efisiensi dan efektivitas 1 Asisten Teknisi Litkayasa pada Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, PArungkuda, Sukabumi, 43357. Telp. (0266) 531241 pengangkutan bibit. Tujuan pembuatan rak sederhana dari bambu adalah untuk menghemat biaya serta mengurangi kerusakan bibit tanaman perkebunan/kehutanan dalam pengangkutan bibit dengan truk. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Instalasi Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Oktober-Desember 2001. Bahan utama untuk pembuatan rak ini adalah 15 batang bambu petung (Dendrocalamus asper) dengan diameter 10-11 cm, 5 batang bambu atter (Gigantochloa atter) dengan diameter 5-6 cm, serta satu batang bambu untuk tali pengikat yaitu bambu tali (Gigantochloa apus Kurz). Bambu yang digunakan dipilih yang tua dan lurus, kecuali untuk tali pengikat dipilih yang setengah tua. Bahan lainnya adalah satu lembar papan dengan panjang 2 m dan lebar 20 cm, 0,5 kg paku reng 2,5 cm, 0,5 kg paku lakop 7 cm, dan tambang 20 m. Alat yang digunakn adalah gergaji potong, tambang plastik, palu (martil), dan golok. Cara Pembuatan Rak dibuat dua susun, sehingga menjadi tiga susun apabila diperhitungkan bak truk sebagai susun yang pertama. Kendaraan truk yang dimaksud dalam tulisan ini adalah truk colt diesel ukuran bak panjang 4 m, lebar 1,80 m, dan tinggi 1.50 cm. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan tiang rak menggunakan bambu petung diameter 10-11 cm. Bambu dipotong menjadi 10 buah sepanjang 150 cm, masing-masing untuk bagian kiri 5 buah dan kanan 5 buah. Selanjutnya, bambu dilubangi untuk pemasangan slup, dari bambu atter yang diameternya lebih kecil yaitu 5-6 cm, agar tiang kuat menahan beban di atasnya dan bisa digeser-geser. Lubang dibuat dua buah dengan jarak tiap 50 cm (Gambar 1). 2. Slup dibuat dari bambu atter dengan panjang 4 m sebanyak 4 buah, untuk bagian kiri 2 buah dan kanan 2 buah. Untuk sisi lebar dibuat sepanjang 180 cm, masing-masing untuk Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002 51

Lubang untuk slup 50 cm 150 cm Tiang dari bambu petung Gambar 1. Posisi lubang pada tiang rak bambu dua susun. bagian depan dan belakang. Slup dimasukkan ke dalam lubang yang ada kemudian dipaku menggunakan paku lakop ukuran 7 cm. Jarak tiang yang satu dengan yang lain pada satu sisi adalah 100 cm (Gambar 2). 3. Palang penahan untuk memperkuat ebek dibuat dari bambu petung dibelah dua, dengan panjang 180 cm. Tiap susunan rak dengan panjang 4 m dibutuhkan 12 bilah bambu, sehingga untuk dua susun dibutuhkan 24 bilah. Posisi palang penahan pada rak bambu disajikan pada Gambar 3. 4. Ebek dibuat dari bambu yang dibelah-belah dengan lebar 5 cm dan panjang 180 cm. Ukuran ebek adalah 100 cm x 180 cm dengan memakai bilahan bambu kurang lebih 25 bilah (Gambar 4). Ebek digunakan sebagai alas penyimpanan bibit yang akan dikirim dan diletakkan pada palang penahan. Satu susun rak diperlukan 4 buah ebek. Gambar 2. Gambar 4. Pemasangan Rak dan Penyusunan Bibit Sengon Pemasangan rak dilakukan bersamaan dengan penyusunan bibit dengan urutan sebagai berikut: Tiang yang telah dipasang slup diikat pada bagian pinggir bak truk dengan menggunakan tambang hingga kuat tidak mudah bergeser. Bibit sengon disusun pada dasar bak truk. Penyusunan bibit diusahakan tidak terlalu panjang, cukup 100 cm agar memudahkan dalam penyusunan berikutnya. Adapun lebarnya disesuaikan dengan lebar bak truk yaitu 180 cm. Penyusunan dimulai dari depan bak. Pemasangan tiga buah palang penahan ebek sepanjang 100 cm dengan jarak dari palang yang satu ke palang lain kurang lebih 50 cm. Palang kemudian diikat dengan tali dari bambu. Apabila sudah kuat, dilanjutkan dengan pemasangan ebek di atas palang penahan. Pengikatan dilakukan sama seperti pada pengikatan palang penahan dengan menggunakan tali dari bambu. Penyusunan bibit sengon pada rak pertama (bawah) dari depan bak kendaraan, dilanjutkan dengan pada rak kedua dan seterusnya dengan cara sama dengan pada rak pertama. Penyusunan paling atas ebek kedelapan digunakan papan sebagai penyekat agar bibit sengon tidak berhamburan jika terjadi goncangan yang keras selama di perjalanan. HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya pembuatan rak bambu sederhana disajikan pada Tabel 1. Jumlah biaya keseluruhan Rp 197.000 terdiri atas biaya bahan Rp 117.000 dan biaya upah Rp 80.000. Gambar 3. Bibit sengon yang dapat diangkut menggunakan rak dua susun dengan delapan ebek pada bak truk berukuran 4 m x 1,8 m cm dengan polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak 5.568 bibit. Bila menggunakan polibag ukuran 10 cm x 10 cm 52 Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002

Tabel 1. Biaya pembuatan rak bambu sederhana Uraian Jumlah (Rp) Bahan Bambu petung 15 batang @ Rp 5.000 75.000 Bambu atter 5 batang @ Rp 3.000 15.000 Bambu tali @ Rp 2000 4.000 Papan (20 cm x 2 m) 1 lembar @ Rp 6.000 6.000 Paku reng 0,5 kg @ Rp 8.000 4.000 Paku lakop 0,5 kg @ Rp 6.000 3.000 Tambang 20 m @ Rp 500 10.000 Jumlah biaya bahan 17.000 Upah 2 orang 2 hari kerja @ Rp 20.000 80.000 Total 197.000 mencapai 2.772 bibit, ukuran 15 cm x 25 cm tersusun 1.440 bibit, dan 20 cm x 20 cm tersusun 900 bibit. Pada pengangkutan dengan rak bambu, bibit yang rusak pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm mencapai 224 bibit atau 4,02%, pada polibag ukuran 10 cm x 10 cm rusak 97 bibit atau 3,50%, dan pada polibag ukuran 15 cm x 25 cm yang rusak 36 bibit atau 4,00% (Tabel 3). Bila diangkut tanpa menggunakan Tabel 2. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut satu truk Ukuran polibag Pada bak Pada dua Jumlah kendaraan susun rak 7 cm x 10 cm 1.856 3.712 5.568 10 cm x 10 cm 924 1.848 2.772 15 cm x 25 cm 480 960 1.440 20 cm x 20 cm 300 600 900 Tabel 3. Jumlah bibit sengon yang rusak pada pengangkutan dengan menggunakan rak bambu Ukuran polibag Bibit diangkut Bibit rusak Persentase 7 cm x 10 cm 5 568 224 4,02 10 cm x 10 cm 2 772 97 3,50 15 cm x 25 cm 1 440 45 3,13 20 cm x 20 cm 900 36 4,00 rak bambu, satu truk mampu mengangkut 2.936 bibit pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm dengan bibit yang rusak mencapai 425 bibit atau 14,48%, sedangkan dengan polibag ukuran 10 cm x 10 cm terangkut 1.505 bibit dengan kerusakan 214 bibit atau 14,22%. KESIMPULAN Rak sederhana dari bambu dapat dijadikan alat bantu alternatif dalam pengangkutan bibit sengon, karena bahannya mudah didapat, cara pembuatannya mudah, dan dapat digunakan berulang-ulang. Kelebihan bambu adalah cukup kuat, mudah dikerjakan, dan cukup ringan sehingga memudahkan waktu memasang dan membongkarnya pada bak truk. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut menggunakan rak bambu dalam pengangkutan dengan truk adalah, untuk polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak 5.568 bibit, polibag ukuran 10 cm x 10 cm 2.772 bibit, polibag ukuran 15 cm x 25 cm 1.440 bibit, dan polibag ukuran 20 cm x 20 cm sebanyak 900 bibit. Kerusakan bibit dapat ditekan dari 14,22-14,48% menjadi 3,50-4,02%. DAFTAR PUSTAKA Alrasjid, H. 1998. Teknik Penanaman Rotan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 102: 6-10. Krisdianto, G. Sumarni, dan A. Ismanto, 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Bogor. hlm. 29. Prajadinata, S. dan Masano. 1998. Teknik penanaman sengon (Albizia Falcataria L. Fosberg). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 97: 6-7. Sutiono, 1992. Teknik budidaya tanaman bambu. Informasi Teknik No. 35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor. hlm. 58. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002 53

54 Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002

Lampiran 1. Jenis bambu di Indonesia Nama botani Nama lokasi Daerah ditemukan Arundinaria japanica Sieb & Zuc ex Stend. - Jawa Bambusa arundinacea (Retz) Willd. pring ori Jawa, Sulawesi Bambusa atra Lindl. Loleba Maliku Bambusa balcooa Roxb. - Jawa Bambusa blumeana Bl.ex Schul.f. bambu duri Jawa, Sulawesi, usatenggara Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Monro. bambu pagar, cendani Jawa Bambusa harsfieldii Munro. bambu embong Jawa Bambusapolymorpha Munro. - Jawa Bambusatulda Munro. - Jawa Bambusavulgaris Schard. awi ampel, haur Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku Denrocalamus asper. bambu petung Jawa, Bali, Sumatera, Denrocalamus giganteus Munro. bambu sembilang Kalimantan, Sulawesi Denrocalamus strictur (Roxb) Ness. bambu batu Jawa Denrocalamus scandens O.K. bambu cangkoreh,kedalan Jawa Gigantochloa apus Kurz. bambu apus, tali Jawa Gigantochloa atroviolacea bambu hitam, wulung Jawa Gigantochloa atter bambu ater,jawa benel, buluh Jawa Gigantochloa achmadii Widjaja. bambu apus Jawa Gigantochloa hasskarliana bambu lengka tali Sumatera Gigantochloa levis (Blanco) Merr. bambu suluk Jawa, Bali, Sumatera Gigantochloa manggong Widjaja. bambu manggong Kalimantan Gigantochloa nigrocillata Kurz. bambu lengka, terung terasi Jawa Gigantochloa prurien buluh rengen Jawa Gigantochloapsedoarundinaceae bambu andong,gambang surat Sumatera Gigantochloaridleyi Holtum. tiyang kaas Jawa Gigantochloa robusta Kurz. bambu mayan, temen serit Bali Gigantochloa waryi Gamle. buluh dabo Jawa, Bali, Sumatera Melacanna bacifera (Roxb) Kurz. - Sumatera Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. bambu eul-eul Jawa Phyllostachiys aurea A&Ch.Riviere. bambu uncea Jawa Schizotachyum blunei Ness. bambu wuluh tamiang Jawa Schizotachyum brachycladum Kurz. buluh nehe,awi buluh, ute Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, wanat, tomula Kalimantan, Sulawesi, Maluku Schizotachyum candatum Backer ex Heyne buluh bungkok Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku Schizotachyum lima (Balnco) Merr. bambu toi Sumatera Schizotachyum longipiculata Kurz. bambu jalur Sulawesi Maluku, Irian Jaya Jawa, Sumatera, Kalimantan Schizotachyumzollingeri Stend bambu jala,cakeutreuk Jawa, Sumatera Thrysostachys siamensis Gamle. - Jawa Sumber : Sutiyono (1992). Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002 55