BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar % berat badan terdiri dari

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. minum dalam kemasan (AMDK) maupun air minum isi ulang (AMIU) (Cecilia,

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

Peran Perempuan dalam. Air, Sanitasi dan Higiene. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

I. PENDAHULUAN. menyebabkan masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan materi essensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

Repository.Unimus.ac.id

UJI BAKTERIOLOGIS AIR MINUM BEBERAPA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH ANDREW VALENTINO B.P

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen esensial bagi makhluk hidup akan tetapi, air juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

Waspada Keracunan Mikroba pada Air Minum Dalam Kemasan

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sanitation and Drinking Water Quality on Drinking Water Station. Sanitasi dan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum (DAM)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kontaminasi Pada Pangan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kualitas air minum merupakan penentu lingkungan yang sehat. Manajemen mutu air minum telah menjadi pilar utama pencegahan selama lebih dari satu setengah abad dan terus menjadi dasar untuk pencegahan dan pengendalian penyakit yang ditularkan melalui air. Air sangat penting bagi kehidupan, tetapi dapat menjadi sumber penularan penyakit di di seluruh benua baik bagi masyarakat paling miskin bahkan masyarakat yang paling kaya sekalipun. Penyakit yang paling dominan ditularkan melalui air adalah diare, yang memiliki kejadian tahunan diperkirakan sebesar 4,6 miliar dan menyebabkan 2,2 juta kematian setiap tahun (WHO, 2011). Kelestarian lingkungan antara lain dapat diindikasikan oleh adanya akses berkelanjutan terhadap sumber air minum dan fasilitas sanitasi dasar yang layak di perkotaan dan perdesaan. Akses rumah tangga terhadap sumber air minum yang layak di perkotaan dan perdesaan terus meningkat, namun disparitas antarprovinsi cukup nyata. Data Survei Kesehatan Nasional (Susenas) menunjukkan akses terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73% pada tahun 1993 menjadi 42,76% pada tahun 2011, namun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 47,7%. Akses terhadap sumber air minum layak di perkotaan menurun dari 49,82% pada tahun 2009 menjadi 40,52% pada tahun 2011, sedangkan di perdesaan dari 45,72% pada tahun 2009 menjadi 44,96% pada tahun 2011 (Bappenas, 2012). Kecenderungan penurunan ini disebabkan karena meningkatnya penggunaan air kemasan dan air isi ulang sebagai sumber air minum yaitu dari 10,35% pada tahun 2009 menjadi 19,37% pada tahun 2010. Sementara itu, air kemasan dan air isi ulang tidak termasuk sebagai sumber air minum layak. Peningkatan penggunaan air kemasan dan air isi ulang menjadi salah satu penyebab turunnya akses terhadap sumber air minum layak pada tahun 2011. Hal ini karena pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang 1

2 dipergunakan untuk minum belum memperhatikan kondisi ketika rumah tangga memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum. Rumah tangga di Indonesia khususnya di perkotaan, menggunakan air kemasan dan air isi ulang sebagai sumber air minum karena mudah didapatkan, praktis dan tidak perlu dimasak. Sementara itu, untuk keperluan masak, mandi, cuci dan kakus (MCK) umumnya masyarakat menggunakan air yang bersumber dari ledeng (perpipaan), sumur bor/pompa, atau sumur dangkal. Hal ini menyebabkan belum utuhnya potret yang dihasilkan dalam mengukur upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum layak terutama melalui penyediaan air ledeng (perpipaan) dan sumber air minum terlindungi lainnya (Bappenas, 2012). Pada tahun 2007 angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu mencapai 34 kasus per 1.000 kelahiran, jumlah tersebut masih di bawah target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), yakni 25 kasus per 1.000 kelahiran. Salah satu penyakit infeksi yang mengakibatkan kematian bayi adalah diare, penyakit yang paling mematikan nomor dua setelah infeksi saluran pernapasan akut, penyebab utamanya dikarenakan buruknya akses terhadap air bersih serta sanitasi. Dari hal ini kita bisa tahu bahwa kesadaran masyarakat Indonesia terhadap lingkungan tempat tinggal masih begitu rendah. Berdasarkan hasil studi WHO tahun 2007 dibuktikan bahwa kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga, sedangkan dengan menggabungkan ketiga perilaku intervensi tersebut kejadian diare menurun sebesar 94% (Kemenkes, 2012). Jika didalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri coli, memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam tifus. Escherichia coli pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga dapat tinggal didalam bladder (cystitis) dan pelvis (pyelitis), ginjal dan hati (Rahayu dkk., 2013). Air minum yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan berbagai macam penyakit, dimana mikroorganisme yang menjadi penyebab penyakit masuk

3 melalui mulut kemudian usus dapat menjadi infeksi atau disebut infeksi enterik. Dalam hal ini bukan air yang menyebabkan infeksi, melainkan tinja yang berasal dari manusia dan atau hewan, tinja tersebut dapat mengandung patogen-patogen enterik bila bersal dari orang sakit maupun orang yang dapat menularkan penyakit. Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit infeksi pada usus seperti diare, bakteri phatogen yang kemungiknan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau kotoran hewan berdarah panas. Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam dan kram perut, Salmonella penyebab peyakit tifus, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab disentri amoeba dan muntah-muntah (Rahayu dkk., 2013). Air minum adalah air yang melalui proese pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Air minum diperoleh melalui sistem jaringan perpipaan dan jaringan non perpiaan, jaringan non perpiaan yaitu air minum yang berasal dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tanki air, bangunan/perlindungan mata air, air minum dalam kemasan (AMDK) maupun air minum isi ulang (AMIU) (Kemenkes, 2010a). Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat perlu dilakukan pengawan kaulitas air minum secara ekternal dan internal. Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) khusus untuk wilayah kerja KKP. Sedangkan untuk pengawasan kualitas air minum secara internal dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat (Kemenkes, 2010a). Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi persyaratan, depot air minum (DAM) wajib melaksanakan pengawasan internal terhadap kualitas air yang siap dimasukan ke dalam galon/wadah air minum. Pemeriksaan air baku dan air yang dimasukan kedalam galon/wadah air minum dilakukan

4 1 bulan sekali untuk parameter mikrobiologi dan fisika, sedangkan untuk parameter kimia wajib dan kimia tambahan diperkisa setiap 6 bulan sekali (Kemenkes, 2010b). Kabupaten Banyumas memiliki 420 DAM, yang memiliki sertifikat laik higiene sanitasi sebanyak 239 DAM atau 56,9% dan sisanya sebanyak 181 DAM atau 43,1% tidak memiliki sertifikat laik higiene sanitasi. Dari jumlah 420 DAM yang ada, sebanyak 277 DAM atau 66% telah melaksanakan pengawasan kualitas air secara internal, yang hasilnya 231 DAM atau 83,4% memenuhi syarat dan 46 DAM atau 16,6% lainnya tidak memenuhi peryaratan, parameter yang diperiksa hanya parameter mikrobiologi dan kimia (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2014). Pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberikan sanksi administratif kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum (Permenkes Nomor 492 Tahun 2010), tindakan administratif dimaksud berupa peringatan lisan, peringatan tertulis dan pelarangan distribusi air minun di wilayahnya (Permenkes Nomor 736 Tahun 2010). Maka perlu diatur dalam peraturan daerah mengenai pengendalian DAM yang didalamnya mengatur secara rinci salah satunya mengenai sanksi yang diberikan kepada penyelenggara air minum. Sebagai dasar usulan dalam pembuatan peraturan daerah, maka dibutuhkan data dasar mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang, agar dapat secara rinci dituangkan dalam usulan pembuatan peraturan daerah tersebut. B. Perumusan Masalah Bedasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang didapat adalah : 1. Apakah ada hubungan antara sumber air dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang? 2. Apakah ada hubungan antara kualitas tandon dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang? 3. Apakah ada hubungan antara higiene lingkungan dengan kualitas

5 4. Apakah ada hubungan antara perilaku higiene penjamah dengan kualitas 5. Apakah ada hubungan antara ukuran filter dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang? 6. Apakah ada hubungan antara kualitas filter dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang? 7. Apakah ada hubungan antara penggunaan disinfektan dengan kualitas 8. Apakah ada hubungan antara penggunaan koagulan dengan kualitas C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui depot air minum isi ulang yang memenuhi syarat mikrobiologis di Kabupaten Banyumas 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara sumber air dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang. b. Mengetahui hubungan antara kualitas tandon dengan kualitas c. Mengetahui hubungan antara higiene lingkungan dengan kualitas d. Mengetahui hubungan antara perilaku higiene penjamah dengan kualitas e. Mengetahui hubungan antara ukuran filter dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang. f. Mengetahui hubungan antara kualitas filter dengan kualitas g. Mengetahui hubungan antara penggunaan disinfektan dengan kualitas

6 h. Mengetahui hubungan antara penggunaan koagulan dengan kualitas D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Banyumas, sebagai dasar inisiasi kepada DPRD untuk menerbitkan produk hukum berupa peraturan bupati mengenai pengendalian DAM di Kabupaten Banyumas 2. Bagi masyarakat Banyumas, mengetahui DAM yang memenuhi persyaratan mikrobiologis 3. Sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat. 4. Bagi peneliti, untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata dua dan sebagai salah satu bentuk pengabdian lapangan. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan air baku, tempat dan penjamah DAM dengan kualitas mikrobiologis air minum isi ulang di Kabupaten Banyumas sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu : 1. Budiyono dkk (2014) berjudul Risk Assessment of Drinking Water Supply System in The Tidal Inundation Area of Semarang Indonesia. Persamaan dalam penelitian ini adalah meneliti tentang kualitas air minum, sedangkan perbedaannya adalah pada faktor yang mempengaruhi kualitas air minum. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa distribusi dan penyedia memiliki risiko kontaminasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan konsumen. 2. Rahayu dkk (2013) berjudul Faktor Risiko Pencemaran Mikrobiologi pada Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Tegal. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat dan rancangn penelitian, sedangkan perbedaannya adalah pada variabel bebasnya. Hasil penelitian tersebut adalah ada hubungan anara kualitas mikrobiologi air baku, proses filtrasi, proses desinfeksi dengan kualitas mikrobiologis air produk depot air minum isi ulang.

7 3. Rido dkk (2012) berjudul Kualitas Air Minum yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyartan Mikrobiologis. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikatnya, sedangkan perbedaannya adalah pada variabel bebasnya. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang tersebut menunjukan 55,5% tidak memenuhi persyaratan. 4. Ngawai dkk (2010) berjudul Bacteriological safety of plastic-bagged sachet drinking water sold in Amassoma, Nigeria. Persamaan dalam penelitian ini adalah dalam hal pemeriksaan kualitas mikrobilogis air minum dan rancangan penelitiannya, perbedaannya adalah dalam penelitain tersebut meneliti kualitas mikrobiologis air minum dalam kemasan. Kesimpulannya bahwa Escherichia coli ada pada semua sampel, bakteri non-colifom terdeteksi dalam beberapa sampel seperti Staphylococcus, Pseudomonas dan Bacillus.