BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih kreatif dalam memperoleh sumber pendanaan yang paling efektif. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan salah satu keputusan penting bagi perusahaan karena hal ini juga memiliki pengaruh terhadap risiko perusahaan dan keputusan pemberian kredit oleh perbankan, Oleh karena itu, disini manager diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaannya (Steven dan Lina, 2011) 1. Manager keuangan memerlukan analisa seksama untuk membuat keputusan dalam memilih sumber pendanaan yang paling baik bagi perusahaan. Hal ini karena masing-masing sumber pendanaan mempunyai konsekuensi financial yang berbeda-beda. Masalah keputusan pendanaan akan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (external ) yang sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Dimana sumber dana internal 1 Steven dan Lina, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, Desember 2011, Hlm. 1. 1
2 perusahaan berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari para kreditur dan penjualan saham perusahaan. Keputusan pendanaan seperti ini sangat penting bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang karena pengambilan keputusan pendanaan yang tepat. 2 Menurut Kurniati (2007) kebijakan hutang adalah salah satu dari berbagai cara keputusan pendanaan yang sering dilakukan oleh manager untuk menambah dana perusahaan. Keputusan ini dilakukan oleh manager untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Hutang perusahaan berkaitan sangat erat dengan struktur modal suatu perusahaan. 3 Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan, tetapi dalam penelitian ini hanya meliputi beberapa faktor yaitu Kebijkan deviden, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas yang akan dibahas dalam tulisan ini. Menurut Siregar (2005) didalam penelitiannya menemukan bahwa pecking order theory tidak secara spesifik menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara kebijakan deviden dengan kebijakan hutang perusahaan, tetapi ia menyatakan bahwa pecking order theory dapat digunakan untuk memprediksi hubungan antara deviden dengan hutang perusahaan dan investasi melalui ketersediaan dana internal. Apabila deviden dibayarkan, maka dana internal yang tersedia akan berkurang. Secara umum deviden dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan 2 Nina Diah Pitaloka, Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory, Skripsi. 2009, Hlm. 17. 3 Wahyuning Kurniati, Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Textile/Garments di Bursa Efek Jakarta), (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, 2007), Hlm. 25.
3 oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kestabilan kebijakan deviden menyebabkan keharusan bagi perusahaan untuk membayar sejumlah deviden sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat. 4 Untuk menetukan level hutang, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Perusahaan - perusahaan yang besar lebih mudah memperoleh pinjaman dari pihak ketiga karena kemampuan mengakses pada pihak lain dan jaminan berupa asset yang bernilai besar dibandingkan dengan perusahaan kecil menurut penelitian Tarjo dan Jgiyanto H.M. (2003). 5 Didalam hasil penelitian Ismiyati dan Hanafi (2003) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap hutang. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin kecil hutang bersumber dari luar yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Sebaliknya, rendahnya profitabilitas perusahaan membuat kebutuhan dana belum tercukupi maka perusahaan dapat menggunakan hutang yang bersumber dari luar. Penggunaan profitabilitas sesuai dengan 4 Siregar, B, Hubungan Antara Deviden, Leverage Keuangan, dan Investasi, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 16, No. 3, Hlm. 219. 5 Tarjo dan Jogiyanto H.M, Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia, Makalah Seminar, SNA VI, IAI, Hlm. 279.
4 Pecking Order Theory yang meprediksi bahwa manajer akan menggunakan pembiayaan dari dana internal terlebih dulu yaitu laba ditahan baru kemudian dana eksternal seperti hutang. 6 Likuiditas merupakan aspek yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang yang telah jatuh tempo. Dengan demikian, suatu perusahaaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, berarti bahwa perusahaan tersebut mampu segera mengembalikan hutang-hutangnya. Hal ini, memberikan kepercayaan terhadap kreditur untuk mengembalikan pinjaman sehingga semakin tinggi likuiditas maka akan semakin tinggi kebijakan hutang yang digunakan oleh perusahaan. 7 Tabel 1.1. Perbandingan Kebijakan Hutang (DER) dan Profitabilitas (ROA) Kode Perusahaan 2011 2012 DER ROA DER ROA PT Akasha Wira International Tbk (ADES) PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) PT Mayora Indah Tbk (MYOR) 60.21 8.18 46.25 21.42 41.01 9.36 42.44 8.21 63.30 7.33 63.04 8.94 6 Ismiyati dan Hanafi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Intitusional, Risiko Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Deviden: Analisis Persamaan Simultan, SNA VI, No. 7, Hlm. 260. 7 Rona Mersi Narita, Analisis Kebijakan Hutang, Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 2, (November, 2012), Hlm. 2.
5 Berdasarkan tabel 1, ADES, INDF dan MYOR memiliki DER yang lebih tinggi dari pada ROA. Ini memperlihatkan bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan pendanaan yang bersumber dari luar berupa hutang, dengan penggunaan hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran bunga dari hutang itu sendiri yang menyebabkan pendapatan berkurang. Hal ini tidak sesuai dengan Pecking Order Theory yang mengatakan perusahaan lebih cenderung menyukai pendanaan internal dari pada eksternal. Fenomena hutang dapat diambil dari kasus pailit nya Batavia Air dalam management4risk.wordpress.com, 31 Januari 2013. Di tengah maraknya bisnis penerbangan dengan pertumbuhan jumlah penumpang yang impresif, PT Metro Batavia selaku operator maskapai Batavia Air, justru bangkrut karena tak mampu membayar hutang senilai USD4.688 juta kepada kreditor. Akibatnya, Batavia dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat, Rabu 30 Januari 2013. Bagus Irawan menyatakan, Batavia mengaku tidak bisa membayar utang karena force majeur. Batavia yang terlanjur mendatangkan Airbus A330 dari ILFC ternyata gagal dalam tender angkutan haji karena tidak memenuhi persyaratan. Akibatnya, banyak pesawat yang menganggur. Maskapai yang tidak didukung fundamental keuangan yang kuat, manajemen yang kuat, dan kurang perhitungan dalam ekspansi bisa tergusur dari persaingan. Terdapat beberapa teori dalam kebijakan hutang, diantaranya ada Pecking Order Theory, Signaling Theory, dan Trade-off Theory. Kaitan teori ini dengan
6 kebijakan hutang adalah bagaimana manager memutuskan menggunakan pendanaan operasional perusahaan adalah berasal dari internal atau eksternal. 8 Beberapa penelitian tentang kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Anisa u (2007) menguji struktur aktiva, ukuran perusahaan, Growth, profitability dan earning volatility terhadap leverage dengan pengujian Pecking Order Theory dan Static Trade Off menghasilkan bahwa Growth dan profitability berpengaruh negatif terhadap leverage. Maka dibuktikan bahwa asset tangibility, growth, profitability dan Earning Volatility cenderung mengikuti Pecking order theory yang mendanai perusahaannya dari internal. Volatilitas yang tinggi akan menaikkan biaya kebangkrutan. Sedangkan untuk variabel Size berpengaruh positif signifikan terhadap Leverage, karena pada dasarnya semakin besar ukuran perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. 9 Penelitian Euis dan Soliha (2002) mengatakan pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang mempengaruhinya menghasilkan kebijakan hutang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan insider ownership, firm size, dan profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 10 8 Siregar, B, op.cit 9 Anisa u, Pengaruh Asset Tangibility, Size, Growth, Profitability, dan Earning Votality Terhadap Leverage pada Perusahaan Manufaktur di BEJ: Dengan Pengujian Pecking Order Theory Atau Static Trade Off, (Skripsi Universitas Islam Indonesia), 2007. 10 Euis dan Soliha, Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, STIE STIKUBANK, Semarang, 2002.
7 Perusahaan food and beverage adalah perusahaan yang bergerak di bidang industry makanan dan minuman. Di Indonesia perusahaan makanan dan minuman dapat berkembang pesat, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia semakin banyak dari periode ke periode, walaupun ada beberapa perusahaan yang pernah mengalami defisiensi modal untuk sementara karena imbas darim krisis ekonomi. Tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya menguntungkan dimasa sekarang maupun yang akan datang. Berdasarkan penjelasan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman dengan judul: Pengaruh Kebijakan Deviden, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka identifikasi masalah adalah pembuatan keputusan pendanaan operasional perusahaan dengan menggunakan dana internal yaitu laba ditahan atau pada dana eksternal seperti hutang dari kreditur dan penjualan saham perusahaan.
8 Selain itu juga terdapat perbedaan penelitian oleh Ismiyati dan Hanafi (2003) yang mengatakan bahwa debt ratio mempunyai hubungan yang negatif dengan pembagian deviden. Hal ini berbeda dengan temuan dari hasil penelitian yang dilakukan Hasnawati (2005) yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh parsial positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya terfokus pada hal-hal sebagai berikut: a. Penulis hanya meneliti pengaruh kebijakan deviden, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan hutang. b. Penulis hanya meneliti perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai 2012. C. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan uraian diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini: 1. Seberapa besar pengaruh kebijakan deviden, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan likuiditas terhadap kebijakan hutang secara simultan pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012? 2. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012?
9 3. Seberapa besar pengaruh kebijakan deviden terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012? 4. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012? 5. Seberapa besar pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan penjelasan uraian diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebijakan deviden, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan likuiditas terhadap kebijakan hutang secara simultan pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebijakan deviden terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012. 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor makanan dan minuman periode 2009-2012.
10 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman membuat karya tulis mengenai kebijakan deviden, ukuran perusahaan, profitabilitas serta likuiditas mampu mempengaruhi kebijakan hutang, serta sebagai salah satu syarat kelulusan dalam program jenjeng Sarjana (S1) jurusan Akuntansi. 2. Bagi Investor Bagi pihak investor, memberikan pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. 3. Bagi Perusahaan Bagi pihak perusahaan, memberikan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan hutang dan dalam mengelola hutang mereka sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
11 F. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, isi dari pembahasan dibagi menjadi tiga bab yang masing-masing bab diuraikan dalam beberapa sub dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi dasar teori penelitian, hipotesis, dan kerangka pikir penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas tentang tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, objek penelitian, metode analisis data yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dan definisi operasional variabel. BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat, visi, misi dan yang lainnya sehubungan dengan perusahaan yang menjadi tempat penelitian bagi penulis.
12 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dibahas mengenai penilaian nilai perusahaan dan variabel-variabel yang mempengaruhinya serta pembahasannya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab penutup ini menyajikan kesimpulan dari hasil-hasil pembahasan bab-bab sebelumnya disertai dengan saran-saran yang mungkin berguna bagi perusahaan, investor, serta penulis selanjutnya.