I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi penopang kehidupan sebagian besar masyarakat di Indonesia. Menurut BPS 2014, terdapat 64.771.600 rumah tangga di Indonesia dan 26.135.469 rumah tanga diantaranya bekerja disektor pertanian. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan dalam pengembangan sektor pertanian seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan teknologi guna meningkatkan hasil produksi pertanian. Produksi pertanian di Indonesia menjadi hal penting dalam pembangunan terutama guna memenuhi konsumsi pangan bagi masyarakat. Pembangunan dalam bidang pertanian seharusnya tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan hasil produksi saja, melainkan harus diarahkan juga pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan taraf hidup petani, peningkatan kesejahteraan petani serta perluasan pasar bagi produk-produk hasil pertanian baik di dalam maupun luar negeri. Sementara itu secara nominal PDB sektor pertanian pada tahun 2013 mencapai Rp.243,82 triliun dengan kontribusi sebesar 11,36 persen dari total PDB Indonesia. Kemampuan sektor pertanian untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap kesejahteraan dalam rumah tangga tani tergantung pada tingkat pendapatan usahatani dan surplus yang diperoleh dari usaha tersebut. Oleh karena itu tingkat pendapatan usahatani menjadi penentu utama tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dan menjadi salah satu faktor yang penting yang berpengaruh terhadap perumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa (Pusdatin, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memproduksi tanaman hortikultura. Selain jumlah produksi yang cukup banyak, jenis hortikultura yang diproduksi juga beragam. Hal tersebut dikarenakan iklim tropis dan subtropis yang dimiliki Indonesia serta banyaknya dataran tinggi dan dataran rendah di Indonesia. Berdasarkan tempat tumbuhnya sayuran dibagi menjadi dua yaitu sayuran yang baik ditanam di dataran tinggi dan 1
2 sayuran dataran rendah. Salah satu sifat dari tanaman hortikultura adalah mudah rusak atau busuk, sedangkan produk hortikultura dibutuhkan dalam keadaan segar setiap hari. Oleh karena tanaman hortikultura membutuhkan penanganan yang efisien agar dapat mempertahankan kualitas produk dan harga pasar. Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat penting dan mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki berbagai peran dalam ketahanan pangan yaitu sebagai vitamin dan garam mineral yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Produksi sayuran Indonesia cenderung meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia tahun 2009-2013 dapat dicermati pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2009-2013 (Ton) Tahun Kubis Kentang Bawang Merah Petsai/Sawi Wortel 2009 1.358.113 1.176.304 965.164 562.838 358.014 2010 1.385.044 1.060.805 1.048.938 583.770 403.827 2011 1.363.741 955.488 893.124 580.969 526.917 2012 1.450.037 1.094.232 964.195 594.911 465.527 2013 1.480.625 1.124.282 1.010.773 635.728 512.112 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2014 Merujuk pada Tabel 1. beberapa jenis tanaman sayuran penting yang memberikan kontribusi terhadap produksi nasional tahun 2009-2013. Tanaman kubis memberikan kontribusi paling besar terhadap produksi nasional. Disamping itu peningkatan produksi kubis dari tahun ke tahun yang selalu meningkat. Kemudian diikuti oleh tanaman kentang, bawang merah, petsai/sawi dan wortel. Sebagian besar produksi komoditas sayuran pada Tabel 1 selalu meningkat kecuali produksi sayuran kentang dan bawang merah pada tahun 2011 yang cenderung menurun. Tanaman hortikultura khususnya sayuran juga menjadi prioritas utama karena merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Magetan. Produksi sayuran di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1 produksi tanaman sayuran tiga terbanyak di Kabupaten Magetan
3 pada tahun 2011 adalah wortel, kemudian diikuti oleh tanaman kubis dan bawang daun. Ketiga jenis sayuran tersebut banyak diusahakan oleh penduduk sebagai penopang kehidupan masyarakat petani sayuran di Kabupaten Magetan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Magetan yang dikenal sebagai daerah penghasil sayuran adalah di Kecamatan Plaosan. Kecamatan Plaosan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Kabupaten Magetan. Hampir semua jenis sayuran yang di produksi di Kabupaten Magetan ditanam di Kecamatan Plaosan. Hal tersebut karena iklim di Kecamatan Plaosan cocok untuk ditanami sayur-sayuran karena letaknya di lereng Gunung Lawu sehingga sayuran dapat tumbuh dengan subur. Produksi berbagai jenis sayuran di Kecamatan Plaosan dapat dilihat pada Lampiran 2. Sayuran memiliki kontrbusi penting terhadap pendapatan rumah tangga di Kecamatan Plaosan. Pendapatan rumah tangga merupakan faktor penting dalam mencapai tingkat kesejahteraan keluarga. Ada beberapa tingkatan dari kesejahteraan keluarga yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum bisa mencukupi kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan, agama dan kesehatan). Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal. Sedangkan keluarga sejahtera II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pendukung lainnya. Berikut distribusi tingkat kesejahteraan keluarga di Kabupaten Magetan dapat disajikan pada Tabel 2.
4 Tabel 2. Distribusi Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten Magetan 2014 Kecamatan Tahap keluarga Sejahtera (KK) Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Poncol 1.377 4.261 2.765 Parang 836 1.917 5.305 Lembeyan 1.413 1.793 2.802 Takeran 1.777 1.839 3.700 Nguntoronadi 590 772 2.119 Kawedanan 1.761 2.421 3.803 Magetan 796 1.787 2.495 Ngariboyo 1,418 1.050 2.782 Plaosan 307 2.158 3.525 Sidorejo 2.133 926 694 Panekan 3.446 4.100 5.227 Sukomoro 1.470 1.951 2.600 Bendo 1.492 3.120 4.150 Maospati 1.281 2.424 3.824 Karangrejo 989 1.222 2.545 Karas 2.954 2.740 2.652 Barat 668 1.720 2.270 Kartoharjo 1.032 1.843 3.107 Sumber : BPS, 2015 Berdasarkan Tabel 2. Dapat dilihat bahwa di Kecamatan Plaosan jumlah keluarga pra sejahtera paling sedikit dibandingkan kecamatan lain. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga di Kecamatan Plaosan cukup tinggi, sedangkan Kecamatan Plaosan merupakan kecamatan sentra sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Plaosan adalah petani sayuran. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagimana distribusi pendapatan usahatani petani sayuran di kecamatan tersebut, karena pendapatan usahatani memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan dan melihat apakah hanya dengan mengusahatanikan sayuran lah yang membuat tingkat kesejahteraan masyarakat tinggi atau ada pendapatan dari non usahatani yang ikut memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan petani.
5 B. Perumusan Masalah Pertanian merupakan sektor utama penggerak perekonomian di Indonesia, sedangkan petani merupakan ujung tombak dari pembangunan pertanian. Hal ini disebabkan karena petani merupakan pelaku utama yang bersentuhan langsung dengan bidang pertanian. Dalam hal ini, pemerintah mulai memperhatikan dan mengangkat kesejahteraan mereka dengan menjadikan para petani sebagai subyek dalam pembangunan pertanian. Salah satu cara yang dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan meningkatkan pendapatan usahataninya. Melakukan usahatani biasanya merupakan sumber pendapatan utama bagi mayarakat pedesaan, meskipun demikian kontribusi total untuk pendapatan usahatani dapat tergantung luas lahan garapan serta produktivitas per luas lahan. Terkadang apabila petani yang memiliki lahan garapan sempit, mereka akan mengusahakan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain baik dibidang pertanian maupun non pertanian. Tentunya terdapat perbedaan antara pendapatan usahatani tanaman pangan seperti padi, jagung dengan pendapatan usahatani hortikultura seperti sayuran. Usahatani tanaman pangan cenderung monokultur pada 3x musim tanam, sedangkan pada usahatani hortikultura seperti sayuran cenderung polikultur (tumpangsari) dan berbeda komoditas setiap musim tanam. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana distribusi pendapatan usahatani hortikultura khususnya sayuran dan melihat kontribusi dari pendapatan usahatani dan non usahatani terhadap pendapatan rumah tangga karena untuk penelitian distribusi pendapatan usahatani tanaman pangan seperti padi telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan uraian masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana keragaan sumber pendapatan rumah tanga petani sayuran di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan? 2. Berapa besarnya pendapatan usahatani sayuran di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan?
6 3. Bagaimana distribusi lahan, pendapatan usahatani sayuran, pendapatan non usahatani dan pendapatan rumah tangga petani di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan? 4. Bagaimana kontribusi pendapatan usahatani sayuran terhadap pendapatan rumah tangga petani di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan? C. Tujuan Peneltian Penelitian analisis distribusi pendapatan usahatani sayuran di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan ini mempunyai tujuan untuk : 1. Mengetahui keragaan sumber pendapatan rumah tangga petani di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. 2. Menganalisis pendapatan usahatani sayuran di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. 3. Menganalis distribusi lahan, pendapatan usahatani sayuran, pendapatan non usahatani dan pendapatan rumah tangga petani di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan 4. Mengetahui kontribusi pendapatan usahatani sayuran terhadap pendapatan rumah tangga petani di Dusun Buket Desa Bulugunung Kecamatan Plaosan. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini meliputi: 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun dan menentukan kebijakan dalam bidang pertanian khususnya hortikultura. 3. Bagi petani, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pendapatan.
7 4. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.