LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Studi 1 'Implementasi transparansi BUMN (Studi berbasis website)'

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian


PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Perusahaan Publik. Atas pemenuhan pelaksanaan kewajiban, tugas, dan tanggung jawab tersebut melahirkan hak bagi anggota Direksi atau anggota Dewan K

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS PERUSAHAAN UMUM BULOG. Nomor : PD- 16 / DU000 / 05 / 2017 Nomor : KEP- 02 / DW000 / 05 / 2017

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

1. Latar Belakang LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website) Transparansi (transparency) merupakan suatu prinsip yang sangat penting dalam suatu badan usaha yang menjamin adanya pengungkapan ataupun keterbukaan segala informasi yang berkaitan dengan performance serta berbagai permasalahan yang berkaitan dengan badan usaha secara tepat waktu dan akurat. 1 Prinsip transparansi dan prinsip- prinsip lain yang merupakan komponen dari Good Corporate Governance (GCG) yaitu akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency) dan kewajaran (fairness), 2 yang sering disingkat dengan TARIF wajib dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai landasan operasionalnya secara konsisten dan berkelanjutan. 3 Bahkan, dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN ditegaskan bahwa kewajiban menjalankan prinsip transparansi tersebut bukan hanya berada di pundak Direksi saja, tapi juga Komisaris dan Dewan Pengawas. 4 Transparansi mempunyai peranan dan kedudukan yang penting dalam penerapan GCG di tubuh BUMN, karena disamping dapat membantu BUMN menjadi lebih mampu memberikan pelayanan atau perbaikan pola kerja sehingga kinerjanya menjadi lebih baik dimasa yang akan datang, penerapan prinsip ini bersama dengan prinsip- prinsip GCG yang lain diharapkan akan dapat meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional sebagai salah satu dari 6 (enam) tujuan penerapan GCG pada BUMN, yaitu 1) Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN; 2) mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum; 3) mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN; 4) meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; 5) meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional. 5 Transparansi, dalam Penjelasan Pasal 14 huruf h UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN No. PER- 01/MBU/2011 didefinisikan sebagai 'keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan'. Sementara itu, di dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dirumuskan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), transparansi dimaksudkan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, yakni 1 2 3 4 5 Adri Mustiko, Peran Prinsip Transparansi dalam Mewujudkan Good Corporate Governance pada Perseroan Terbatas Terbuka, dikutip dari buku Corporate Governance oleh Tager I. Nyoman (Tesis, 2005). Pasal 3 Keputusan Menteri BUMN No. PER - 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara Ibid, Pasal 2 ayat (1) Pasal 5 Ayat 3 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 4 Keputusan Menteri BUMN No. PER - 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara 1

keharusan perusahaan menyediakan informasi material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Lebih jauh KNKG mengatakan bahwa perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tentang perusahaan, tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang- undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 6 Mengingat pentingnya prinsip transparansi dalam suatu BUMN yang menjalankan kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian yang kemudian oleh peraturan perundang- undangan ditetapan sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap BUMN, maka pengujian terhadap sejauh mana BUMN telah benar- benar menerapkan prinsip ini menjadi sebuah ikhtiar yang sangat strategis karena disamping jumlah asetnya yang tidak sedikit (sekitar Rp 4.500 triliun), 7 BUMN merupakan salah satu badan publik yang wajib menyediakan informasi publik dengan membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. 8 Penegakan prinsip transparansi di BUMN menjadi penting dan strategis karena dengan transparannya BUMN memudahkan publik sebagai pemegang saham sebenarnya (ultimate shareholders) BUMN melakukan kontrol. Publik akan menjadi lebih terbantu bila pelaksanaan transparansi itu dilakukan melalui pemanfaatan teknologi informasi atau melalui website. Hal ini sejalan dengan keinginan Pemerintahan Joko Wido Jusuf Kalla mewujudkan pemerintahan yang efisien memanfaatkan teknologi informasi. 9 Studi tentang indeks transparansi BUMN berbasis website belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) menyelenggarakan kegiatan tahunan Corporate Governance Perception Index yang melibatkan perusahaan- perusahaan di Indonesia, termasuk swasta dan BUMN. 10 Kegiatan tahunan IICG ini bersifat umum, yakni Corporate Governance secara keseluruhan dan tidak fokus kepada BUMN, tapi juga perusahaan swasta. Studi ini merupakan peningkatan dari penelitian tentang transparansi BUMN yang kami lakukan tahun 2013. Berbeda dengan studi tahun 2013, tahun ini kami melakukan studi yang menyusun indeks transparansi 138 BUMN. 2. Tujuan Studi a. Mengetahui jumlah BUMN yang belum dan telah menerapkan prinsip transparansi melalui pemberian akses kepada publik informasi yang diwajibkan oleh hukum (UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik) melalui pemanfaatan teknologi informasi (website); b. Mengetahui tingkat transparansi BUMN berdasarkan ketersedian informasi publik di website; dan 6 7 8 9 10 Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, hlm 5. Diakses dari http://finance.detik.com/read/2014/08/28/153627/2675190/4/dahlan- total- aset- seluruh- bumn- capai- rp- 4500- triliun tanggal 16 Desember 2014 Pasal 7 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2140865/pemerintah- siapkan- e- government- untuk- akses- informasi- masyarakat tanggal 16 Desember 2014 Diakses dari http://iicg.org/v25/kegiatan/110- pengarahan- corporate- governance- perception- index- cgpi- 2013 tanggal 16 Desember 2014 2

c. Mendesiminasi informasi penting dari informasi publik yang wajib disediakan oleh BUMN. 3. Research Question Permasalahan utama yang dimunculkan dalam studi ini adalah Apakah BUMN sudah menjalankan prinsip transparansi melalui website?, mengacu pada ketentuan Pasal 14 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang terdiri dari 24 variasi pertanyaan dari 14 jenis informasi publik yang wajib disediakan oleh suatu badan publik. Berdasarkan hasil studi yang diperoleh, peneliti dalam studi ini kemudian akan membuat Indeks Transparansi BUMN berupa angka- angka yang merepresentasikan tingkat transparansi masing- masing BUMN. 4. Metoda Studi: website analysis 5. Prosedur Pengumpulan Data - Peneliti memastikan apakah BUMN memiliki website atau tidak dengan dua cara yakni: o Mempergunakan mesin pencari google; dan/atau o Mempergunakan link yang ada di website Kementrian BUMN (www.bumn.go.id) - Kalau BUMN memiliki website, peneliti mengisi checklist di dalam daftar pertanyaan. 6. Waktu Pelaksanaan Studi: 1 Nopember 16 Desember 2014 7. Peserta Studi (BUMN yang diriset): 138 BUMN mengacu kepada daftar BUMN yang dikeluarkan oleh Kementrian BUMN (http://bumn.go.id/halaman/238/statistik.jumlah.bumn) 8. Teknik Analisis Data Studi ini menggunakan metode sensus dengan analisis statistik deskriptif. Prinsip transparansi yang digunakan dalam riset ini mengacu kepada Pasal 14 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. 9. Informasi Penting Studi ini menetapkan 8 informasi penting dari 24 informasi wajib yang harus disediakan oleh badan publik (BUMN), yakni: - Apakah website memuat nama lengkap pemegang saham? - Apakah website memuat laporan tahunan? - Apakah website memuat laporan keuangan, neraca laporan laba rugi? - Apakah website memuat laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit? 3

- Apakah website memuat hasil penilaian oleh auditor eksternal? - Apakah website memuat sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi? - Apakah website memuat kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi? - Apakah website memuat menkanisme pengadaan barang dan jasa? 10. Indeks Transparansi Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari seluruh BUMN yang ada, ditetapkan indeks transparansi masing- masing BUMN dalam bentuk angka dari 1 sampai dengan 4 yang masing- masing merepresentasikan tingkat atau kategori transparansi sebagai berikut: o BUMN diberi skor indeks 1, jika tidak memiliki website atau memiliki website tapi sama sekali tidak menyediakan informasi publik (0%), dikategorikan sebagai BUMN TIDAK TRANSPARAN. o BUMN diberi skor indeks 2, jika informasi publik yang tersedia dalam website hanya mencapai 50% (1% - 50%), dikategorikan sebagai BUMN KURANG TRANSPARAN. o BUMN diberi skor indeks 3, jika informasi publik yang tersedia dalam website melebihi 50% tapi kurang dari 99% (51% - 99%), dikategorikan BUMN CUKUP TRANSPARAN. o BUMN diberi skor indeks 4, jika seluruh informasi publik yang wajib dipublikasikan tersedia dalam website (100%), dikategorikan BUMN TRANSPARAN. 11. Hasil Studi dan Analisis 11.1 Website BUMN Dari hasil penelitian diketahui bahwa masih terdapat sejumlah BUMN yang belum atau tidak memiliki website yang berdiri sendiri, akan tetapi menempel ke website Kementerian BUMN atau sub- portal dari portal Kemeterian BUMN, 4 (empat) dari 138 BUMN yang diteliti atau 2,89% yaitu : 1. PT. Bina Karya; 2. PT. Indah Karya; 3. PT Merpati Nusantara Airlines; dan 4. PT. Istaka Karya. 4

Dari 134 BUMN yang memiliki website, diketahui ada 3 (tiga) BUMN atau 2% yang sama sekali tidak menyediakan informasi publik yang diwajibkan oleh undang- undang dalam website perusahaan atau website mereka tidak dapat diakses, yakni: 1. PT. Batan Teknologi; 2. PT Biro Klasifikasi Indonesia; dan 3. PT. Industri Sandang Nusantara 11.2 Level Transparansi BUMN Hasil penelitian terhadap 138 BUMN, ditemukan 4 (empat) kategori BUMN, yaitu BUMN tidak transparan dengan nilai indeks 1 sebanyak 7 perusahaan (5%), BUMN kurang transparan dengan nilai indeks 2 sebanyak 63 perusahaan (45,65%), BUMN cukup transparan dengan nilai indeks 3 sebanyak 64 perusahaan (46,38%), dan BUMN transparan dengan nilai indeks 4 sebanyak 4 perusahaan (2,89%). BUMN berkategori transparan berjumlah paling sedikit dibanding BUMN yang tidak transparan, bahkan tidak sampai 1/12 dari jumlah BUMN yang kurang dan cukup transparan. 5

11.3 BUMN yang Menyediakan 8 Informasi Penting Hasil penelitian terhadap 138 BUMN, terkait dengan penyediaan 8 informasi penting dari 24 informasi yang wajib dipublikasi dalam website, diperoleh temuan menarik. Dari 138 BUMN, ditemukan 96 BUMN yang menyediakan 8 atau lebih informasi dalam website, tapi hanya 13 BUMN saja yang menyediakan 8 informasi penting terdiri dari 4 BUMN berkategori transparan dengan indeks 4 dan 9 BUMN berkategori cukup transparan dengan indeks 3. Sembilan BUMN yang menyediakan delapan informasi penting mendapatkan skor 3 karena menyediakan informasi lebih dari delapan item dan kurang dari dua puluh empat item, yaitu: 1. PT. Semen Indonesia Tbk; 2. PT. Kereta Api Indonesia; 3. PT. Kliring Berjangka Indonesia; 4. PT. Krakatau Steel Tbk; 5. PT. PLN; 6. PT. Perkebunan Nusantara XI; 7. PT. Perkebunan Nusantara X; 8. PT. Len Industri; dan 9. PT. Asuransi Jasa Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa hanya BUMN berindeks transparansi 3 dan 4 saja yang ternyata menyediakan 8 informasi penting, sedangkan BUMN berindeks transparansi 1 dan 2 tidak menyediakan 8 informasi penting. 6

Indeks Transparansi BUMN 2014 (Tertinggi dan Terendah) Hasil penelitian terhadap 138 BUMN, 4 (empat) perusahaan yang memperoleh skor 4 atau terkategori transparan yaitu: Nama BUMN Perum Jasa Tirta I PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja PT. Indofarma Tbk PT. Perusahaan Gas Negara Tbk Alamat Website www.jasatirta1.co.id www.jasaraharja.co.id www.indofarma.co.id www.pgn.co.id Sedangkan sebanyak 7 (tujuh) perusahaan yang memperoleh skor 1 atau terkategori tidak transparan yaitu: Nama BUMN PT. Batan Teknologi PT. Bina Karya PT. Biro Klasifikasi Indonesia PT. Indah Karya PT. Industri Sandang Nusantara PT. Istaka Karya PT Merpati Nusantara Airlines Alamat Website www.batantek.com www.bumn.go.id/binakarya/ www.klasifikasiindonesia.com www.bumn.go.id/indahkarya/ www.ptisn.co.id www.bumn.go.id/istakakarya/ www.bumn.go.id/merpati/ 7

Dari 4 (empat) BUMN yang terkategori transparan tersebut, 2 (dua) diantaranya merupakan BUMN yang sudah melantai (go public) di pasar modal, 11 sedangkan sisanya merupakan BUMN PT tertutup dan Perusahaan Umum (Perum). Hal ini juga membuktikan bahwa bentuk perusahaan tidak menjadi faktor penghalang dan juga pendorong sebuah BUMN transparan kepada publik sebagai ultimate shareholders. 11.4 BUMN Terbuka dan Tertutup Hasil penelitian terhadap 138 BUMN, terdapat 17 (tujuh belas) BUMN yang telah melantai (go public) atau menjadi perusahaan terbuka, tapi dari 17 (tujuh belas) BUMN yang telah go public tersebut ternyata hanya 2 perusahaan (12%) saja yang transparan. Hal ini membuktikan bahwa sekalipun suatu BUMN telah go public tidak menjamin BUMN tersebut telah menjalankan prinsip transparansi. Sebaliknya, dari 138 BUMN yang diteliti, terdapat 121 BUMN yang belum go public, tapi ada 2 (dua) perusahaan yang transparan. Hal ini membuktikan bahwa BUMN yang belum go public mungkin saja telah menjalankan prinsip transparansi dalam menjalankan usahanya. Juga, jenis badan hukum perusahaan tidak memberikan jaminan perusahaan tersebut lebih transparan dari yang lainnya. Faktanya, BUMN yang berbadan hukum Perum juga bisa meraih indeks 4 (transparan). 11 Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Daftar BUMN, diakses di http://www.bumn.go.id/daftar- bumn/ tanggal 9 Mei 2013 8

11.5 Sektor Usaha BUMN Transparan Dari 138 BUMN yang diteliti, terdapat 13 (tiga belas) sektor usaha BUMN, namun hanya 4 (empat) sektor usaha yang BUMN- nya terkategori transparan, yaitu: 1. Sektor jasa keuangan dan asuransi, 1 (satu) BUMN yang transparan; 2. Sektor pengadaan gas, uap, dan udara dingin, 1 (satu) BUMN yang transparan; 3. Sektor pengadaan air, pengadaan sampah, dan daur ulang menyumbang 1 (satu) BUMN yang transparan; 4. Sektor industri pengolahan juga menyumbang 1 (satu) BUMN yang transparan. 11.6 Rata- rata Indeks Transparansi BUMN Penelitian menemukan rata- rata Indeks Transparansi BUMN 2014 adalah 2,47 (dua koma empat tujuh). Angka itu didapatkan dengan menjumlahkan seluruh Indeks Transparansi seluruh BUMN (7 BUMN yang beindeks 1 + 63 BUMN yang memiliki Indeks 2 + 64BUMN yang berindeks 3 + 4 BUMN yang memiliki Indeks 4) dibagi dengan seluruh jumlah BUMN (138). 12. Penutup 12.1 Kesimpulan a. Meskipun UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengharuskan setiap badan publik termasuk BUMN membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah, salah satunya dengan memanfaatkan media elektronik berupa website, namun ternyata masih ada BUMN yang tidak memiliki website sendiri yakni 4 (empat) BUMN atau 2,89%. 9

b. Meskipun sebagian besar BUMN sudah memiliki website (134 BUMN), ternyata masih ada 3 (tiga) BUMN yang sama sekali tidak menyediakan informasi publik yang diwajibkan undang- undang dalam website perusahaan mereka. c. Sebagian kecil BUMN (hanya 13 BUMN) menyediakan 8 (delapan) informasi penting dalam websitenya. d. Masih sangat banyak BUMN yang memiliki indeks transparansi rendah (dibawah 4), dengan kategori tidak transparan, kurang transparan, dan cukup transparan, padahal beberapa diantaranya merupakan BUMN yang telah go public. 12.2 Rekomendasi a. Agar Pemerintah mengatur kewajiban menerapkan prinsip- prinsip good corporate governance khususnya prinsip transparansi bagi BUMN tidak hanya dalam peraturan menteri, tapi dalam sebuah undang- undang dengan sanksi yang jelas dan tegas. b. Agar prinsip penyebaran informasi publik yang dikelola secara baik dan efisien dan mudah diakses Pemerintah membuat aturan yang mewajibkan seluruh BUMN membuat website dan memuat seluruh informasi publik yang wajib diketahui masyarakat luas (sebagaimana yang diamanatkan di dalam Pasal 14 UU No. 14 Tahun 2008) di dalam website masing- masing dan memperbaruinya secara reguler. c. Agar Menteri BUMN melakukan monitoring dan supervisi terhadap semua BUMN yang ada supaya menjalankan prinsip transparansi secara bertanggung jawab. Padang, 17 Desember 2014 ireformbumn Miko Kamal, SH, LL.M, PhD Direktur Eksekutif 10