Dasar Kebijakan Pelestarian Kota Pusaka 1. Tantangan Kota Pusaka 2. Dasar Kebijakan terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional

dokumen-dokumen yang mirip
PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pelestarian Cagar Budaya

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Materi ke-13 9/7/2014 DASAR EKOLOGI PADA PENGELOLAAN LANSKAP DAN IMPLEMENTASINYA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

1. UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA 2. PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah 2.2 Kriteria Lanskap Sejarah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

PERENCANAAN LANSKAP DALAM PEMBUKAAN TAMBANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA Tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat"

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK

BAB II KAJIAN LITERATUR

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN

BAB 2 PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

Saatnya Kita Peduli! Langkah Indonesia Membuka Mata Dunia. Langkah Indonesia Membuka Mata Dunia

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan adalah salah satu usaha dari pelestarian benda cagar budaya yang nampaknya

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

& REVITALISASI CAGAR BUDAYA

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Warisan Alam (Natural Heritage) menurut Konvensi UNESCO adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Sejarah

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008

Transkripsi:

1. Tantangan 2. Dasar terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional Source: PU-PPI. (2011). - Langkah Indonesia Membuka Mata Dunia. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang bersama-sama adan Indonesia (PPI).

1. Tantangan

Pada dasarnya Penataan Ruang adalah suatu alat untuk mengatur alokasi ruang (seperti untuk rumah, pasar, kantor, industri, jalan, jembatan, saluran, taman dll), manusia, dan kegiatannya. Ruang kota/desa mencerminkan kepribadian dan jatidiri masyarakatnya, dan sebaliknya, ruang kota juga dapat membentuk kepribadian dan jatidiri warganya. Tetapi... nilai-nilai kehidupan, faktor estetika, etika, jiwa, serta harmoni dalam penataan ruang sering dilupakan dan diabaikan. Yang lebih mendapat perhatian adalah perhitungan fisik, kekuatan, dan efisiensi yang lebih terukur.

Peninggalan sejarah berupa ruang, bangunan, kehidupan, tradisi dan sejarah dari masa lalu mengandung banyak pelajaran, inspirasi yang dapat dimanfaatkan kedepan. Peninggalan itu juga mengandung banyak collective memory yang menyatukan kita, yang memberi suasana akrab, kenangan lama dan semangat bersama untuk membangun dan memelihara. Peninggalan lama itu merupakan bukti sejarah yang dapat langsung dilihat, dirasakan, dan dinikmati, yang membantu generasi berikutnya untuk memahami pengalaman dan perjuangan generasi sebelumnya dalam menjawab tantangan zamannya. egitu banyak pelajaran yang dapat diserap, yang sayangnya sering diabaikan dan tidak dimanfaatkan.

Kawasan lama atau kawasan bersejarah suatu kota atau desa perlu dilestarikan. Penataan Ruang harus dapat melindungi kekayaan sejarah itu, yang merupakan aset tak tergantikan yang tak ternilai. Keseluruhan kota atau desa harus merupakan kesatuan yang harmonis yang mencerminkan kepribadian dan jatidirinya. Ini tidak berarti bahwa kota atau desa itu tidak boleh berubah dan berkembang. adalah perubahan yang terkendali. Ia adalah bagian dari perubahan menanggapi tantangan zamannya, tanpa kehilangan aset dan nilai yang berharga yang harus dilestarikan. agaimana membuat pertahanan dalam perubahan itu adalah seni tata ruang yang harus dikembangkan.

2. Dasar terkait (di Indonesia)

UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang UU No. 28/2002 tentang angunan Gedung UU No. 11/2010 tentang Cagar udaya PP No. 26/2008 tentang RTRWN PP No. 15/2011 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Permen PU No.16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten Permen PU No.17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Peraturan Pemerintah No. 63/2002 tentang Hutan

UU No. 28/2002 tentang angunan Gedung Ketentuan Umum Pasal 1 angunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan / atau di dalam tanah dan / atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi. adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki.

A V PENYELENGGARAAN ANGUNAN GEDUNG agian Keempat - Pasal 38 a) angunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundangundangan harus dilindungi dan dilestarikan. b) Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan dilestarikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

c) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya. d) Perbaikan, pemugaran, dan pemanfaatan bangunan gedung dan lingkungan cagar budaya yang dilakukan menyalahi ketentuan fungsi dan/atau karakter cagar budaya, harus dikembalikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d) Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta teknis pelaksanaan perbaikan, pemugaran dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

UU No. 11/2010 tentang Cagar udaya ab I Ketentuan Umum Cagar udaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa enda Cagar udaya, angunan Cagar udaya, Struktur Cagar udaya, Situs Cagar udaya, dan Kawasan Cagar udaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. enda Cagar udaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. angunan Cagar udaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Kawasan Cagar udaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar udaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar udaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

ab III Kriteria Cagar udaya Pasal 5 enda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai enda Cagar udaya angunan Cagar udaya, atau Struktur Cagar udaya apabila memenuhi kriteria: a) berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; b) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; c) memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan d) memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Pasal 10 Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar udaya apabila: a. mengandung dua Situs Cagar udaya atau lebih yang letaknya berdekatan; b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia sedikitnya 50 tahun; c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia sedikitnya 50 tahun; d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas; e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan f. memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.

Kedudukan RTRW dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Visi kota dinyatakan dalam RPJPD (20 tahun) atau RPJMD (5 tahun) yang harus disusun oleh Kepala Daerah3. Rumusan ini yang kemudian diacu dalam berbagai dokumen perencanaan sektoral lainnya yang disusun oleh daerah. Rumusan visi yang disebutkan dalam dokumen RPJMD sebaiknya telah berwawasan pusaka. eberapa kota yang menyebutkan unsur budaya dalam rumusan visinya 3 Menurut UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

3. Konvensi Internasional

Piagam dan Rekomendasi tentang Pengelolaan dan the 1968 UNESCO Recommendation on concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works, the 1976 UNESCO Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Areas; the 1987 ICOMOS Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (Washington Charter), the 2005 Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape the 2011 UNESCO Recomendation on the Historic Urban Landscape

the 1968 UNESCO Recommendation on concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works the 1976 UNESCO Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Area the 1987 ICOMOS Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (Washington Charter) the 2005 Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape the 2011 UNESCO Recomendation on the Historic Urban Landscape Definisi Prinsip Umum Ancaman Yg Diusulkan dan Strategi Yg direkomendasi kan

KONVENSI the 1968 UNESCO Recommendation on concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works the 1976 UNESCO Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Area the 1987 ICOMOS Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (Washington Charter) the 2005 Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape the 2011 UNESCO Recomendation on the Historic Urban Landscape DEFINISI a.tak ergerak: Situs arkeologis, historis dan ilmiah termasuk kelompok bangunan tradisional, kawasan bersejarah di kawasan terbangun perkotaan atau pedesaan maupun struktur etnologis b.ergerak: (tidak relevan) Kawasan bersejarah dan arsitektural: kelompok bangunan, struktur dan ruang terbuka baik pada lingkup perkotaan atau pedesaan, kohesi dan nilai yang diakui dari aspek arkeologis, arsitektural, prasejarah, sejarah, estetika atau sosial-budaya. Lingkungan: Lingkup alam atau buatan manusia yang mempengaruhi cara yang statis atau dinamis bagaimana suatu kawasan dirasakan atau yang langsung terkait dalam hubungan ruang atau sosial, ekonomi atau budaya. Kawasan perkotaan bersejarah, besar dan Kecil, termasuk kota, kota kecil dan pusat kota bersejarah atau kawasan beserta lingkungan alam dan buatan manusia. Lansekap perkotaan bersejarah melampaui pengertian tentang pusat kota yang bersejarah, kesatuan, lingkungan untuk menyertakan konteks wilayah dan lansekap yang lebih luas. Terdiri dari elemen berkarakter: guna dan pola lahan, organisasi spasial, relasi visual, topografi dan tanah, vegetasi dan seluruh elemen teknis infrastruktur. a) Lansekap ersejarah adalah daerah perkotaan yang dipahami sebagai hasil dari lapisan bersejarah nilai-nilai budaya dan alam dan kelengkapannya,gagasan yang lebih luas "pusat bersejarah" atau "ensemble" untuk memasukkan konteks urban yang lebih luas dan pengaturan geografis (geographical setting). b) Konteks yang lebih luas ini mencakup terutama situs topografi, geomorfologi, hidrologi dan fitur alami, lingkungan yang dibangun, baik bersejarah dan kontemporer; infrastruktur yang di atas dan di bawah tanah, ruang dan taman-taman terbuka, pola penggunaan lahan dan organisasi spasial; persepsi dan hubungan visual, serta semua elemen lain dari struktur perkotaan. Ini juga mencakup aktifitas-aktifitas sosial dan budaya dan nilai-nilai, proses ekonomi dan dimensi berwujud warisan/pusaka yang saling terkait dengan keragaman dan identitas.

KONVENSI the 1968 UNESCO Recommendation on concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works the 1976 UNESCO Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Area the 1987 ICOMOS Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (Washington Charter) the 2005 Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape the 2011 UNESCO Recomendation on the Historic Urban Landscape PRINSIP UMUM a. seluruh situs atau truktur/bangunan dari efek pekerjaan swasta atau umum b. Penyelamatan suatu properti jika suatu kawasan akan diubah, termasuk pelestarian maupun relokasi a. Kawasan bersejarah dan lingkungan sekitarnya dinilai secara utuh sebagai satu kesatuan yang koheren, yaitu adanya keseimbangan dan sifat spesifik yang tergantung pada bagian-bagian kawasan tersebut. b. Elemen yang perlu dipertahankan termasuk kegiatan manusia, bangunan, organisasi spasial dan sekitarnya a. Konservasi harus menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan ekonomi dan sosial yang serta perencanaan perkotaan dan regional yang koheren. b. Kualitas yang harus dipertahankan termasuk pola tata ruang perkotaan, hubungan antara bangunan dan ruang terbuka, penampilan bangunan yang formal, hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan fungsi. a. Perubahan terus menerus diakui sebagai bagian dari tradisi kota: tanggapan terhadap dinamika pembangunan harus memfasilitasi perubahan dan pertumbuhan dengan tetap menghormati townscape yang diwariskan dan lansekapnya, begitu juga otentisitas dan integritas kota bersejarah. b. Meningkatkan kualitas hidup dan efisiensi produksi untuk membantu memperkuat identitas dan kohesi sosial. Daerah perkotaan bersejarah adalah salah satu manifestasi yang paling melimpah dan beragam dari warisan budaya kita bersama, dibentuk oleh generasi dan merupakan kesaksian kunci untuk upaya umat manusia dan aspirasi melalui ruang dan waktu. Warisan kota adalah aset sosial untuk kemanusiaan, budaya dan ekonomi, didefinisikan sebagai sebuah lapisan bersejarah dari nilai-nilai yang telah dihasilkan oleh budaya yang ada secara terus menerus dan akumulasi tradisi dan pengalaman, diakui seperti itu dalam keragaman mereka dan menyadari sifat dinamis dari kehidupan kota.

KONVENSI the 1968 UNESCO Recommendation on concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works the 1976 UNESCO Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Area the 1987 ICOMOS Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (Washington Charter) the 2005 Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape the 2011 UNESCO Recomendation on the Historic Urban Landscape ANCAMAN a. Ekspansi perkotaan dan proyek peremajaan yang dapat menghapus struktur atau bangunan yang berada di sekitar monumen yang telah terdaftar. b. Modifikasi individu bangunan yang gegabah c. endungan, jalan raya, jembatan, pembersihan dan peninggian tanah, pertambangan, penggalian, dll a. Kawasan yang baru dikembangkan yang dapat merusak lingkungan dan karakter kawasan bersejarah yang berdampingan b. Pengrusakan kawasan bersejarah yang disebabkan oleh infrastruktur, polusi dan kerusakan lingkungan c. Spekulasi yang berkompromi dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. a. Degradasi dan kehancuran fisik yang disebabkan oleh pembangunan kota yang disebabkan industrialisasi. b. Lalu Lintas dan parkir yang tidak terkontrol, pembangunan jalan raya di dalam kota bersejarah sejarah, bencana alam, polusi dan getaran. Perubahan dan pertumbuhan sosialekonomi yang tidak menghormati keaslian dan integritas kota bersejarah serta townscape dan lansekap yang mereka warisi. Perkembangan pesat dan sering tak terkendali mengubah daerah perkotaan dan pengaturannya, yang dapat menyebabkan fragmentasi dan kerusakan terhadap warisan perkotaan dengan dampak yang mendalam pada nilai-nilai kemasyarakatan, di seluruh dunia.

KONVENSI the 1968 UNESCO Recommendation on concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works the 1976 UNESCO Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Area the 1987 ICOMOS Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (Washington Charter) the 2005 Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape the 2011 UNESCO Recomendation on the Historic Urban Landscape Yg Diusulkan dan Strategi Yg direkomendasikan a. Menetapkan dan memelihara tindakan legislatif yang diperlukan untuk menjamin perlindungan atau penyelamatan properti budaya yang terancam punah b. Memastikan anggaran publik yang memadai untuk perlindungan atau penyelamatan c. Mendorong pelestarian melalui tarif pajak, hibah, pinjaman, dll, yang menguntungkan d. Mempercayakan tanggung jawab pelestarian kepada badan-badan yang resmi di tingkat nasional dan lokal. e. Memberikan saran kepada penduduk dan mengembangkan program pendidikan a. Menyiapkan survei detil untuk kawasan bersejarah dan lingkungannya termasuk data arsitektur, sosial, ekonomi, budaya dan teknis. b. Menetapkan rencana yang tepat dan dokumen yang mendefinisikan daerah dan objek yang akan dilindungi, standar yang harus diamati, kondisi yang mendorong konstruksi baru, dll.. c. Membuat prioritas untuk alokasi dana-dana negara d. Perlindungan dan pemulihan harus disertai dengan revitalisasi kebijakan sosial dan ekonomi untuk menghindari adanya hambatan dari tatanan sosial a. Rencana konservasi harus mencakup semua faktor yang relevan termasuk sejarah, arsitektur, sosiologi dan ekonomi dan harus memastikan hubungan yang harmonis antara kawasan bersejarah dan kota secara keseluruhan. b. Fungsi dan kegiatan yang baru harus kompatibel dengan karakter kawasan bersejarah. c. Program pendidikan dan pelatihan khusus harus ditetapkan. a. Proses perencanaan pada lansekap perkotaan yang bersejarah membutuhkan perhitungan peluang dan risiko yang menyeluruh untuk menjamin pembangunan yang seimbang. b. Arsitektur kontemporer harus menjadi pelengkap nilai-nilai lansekap perkotaan bersejarah dan tidak boleh berkompromi dengan sifat kesejarahan kota tersebut. c. Pembangunan ekonomi harus terikat dengan tujuan pelestarian pusaka jangka panjang. Konservasi warisan perkotaan harus terintegrasi dalam perencanaan kebijakan umum dan praktek dan yang berkaitan dengan konteks urban yang lebih luas. harus menyediakan mekanisme untuk menyeimbangkan konservasi dan keberlanjutan dalam jangka panjang pendek dan panjang. Penekanan khusus harus ditempatkan pada keharmonisan, integrasi antara elemen perkotaan bersejarah dan intervensi kontemporer.