UJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST. Aditya W Dwi Cahyo

dokumen-dokumen yang mirip
1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

UJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST. Dwicahyo, A.

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

Oleh : Putri Paramita ( )

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-50/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBAUAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

PERHITUNGAN NILAI BOD 5. oksigen terlarut dari larutan pengencer dapat dilakukan : = 8,2601 = 7,122 = 8,1626 = 7,0569

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

BAB 3 BAHAN DAN METODE

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Bab V Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BABI PENDAHULUAN. Secara umum proses pengolahan limbah cair pada dasarnya adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

PENGARUH BREAKPOINT CHLORINATION (BPC) TERHADAP JUMLAH BAKTERI KOLIFORM DARI LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

PENENTUAN KUALITAS AIR

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Lampiran 1. Prosedur Analisis

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebauan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

BAB I PENDAHULUAN. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, air juga dibutuhkan. keberlangsungan kehidupan makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

Transkripsi:

UJI PENGGUNAAN ASAP CAIR UNTUK MENGURANGI BAU PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN DENGAN METODE THRESHOLD ODOR TEST Aditya W Dwi Cahyo 3304.100.037

Aktifitas pencucian ikan menghasilkan bau Bau dampak pencemaran primer Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-50/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indera penciuman Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu uang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Latar Belakang

Bau menimbulkan ketidaknyamanan yang dikeluhkan masyarakat yg beraktifitas di lokasi tempat pencucian ikan Diperlukan suatu solusi penambaan zat tertentu untuk mereduksi bau ditempat. Asap Cair (Liquid Smoke) dipilih sebagai alternatif zat penghilang bau karena komposisi utama penyusunnya yaitu: Latar Belakang 1. Asam Karboksilat 39,9 % 2. Karbonil 24,6 % 3. Fenol 15,7 % (Bratzlerr et al, 1969)

1. Berapa dosis optimum pemberian asap cair untuk menghilangkan bau pada limbah pencucian ikan. 2. Bagaimana pengaruh waktu kontak terhadap TON. 3. Adakah pengaruh pengurangan bau dengan konsentrasi bahan pencemar pada limbah pencucian ikan. 4. Bagaimana dampak pemberian asap cair terhadap keberadaan mikroorganisme. Rumusan Masalah

1. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium Teknik Lingkungan ITS. 2. Pengambilan sampel dilakukan di pasar ikan. 3. Asap cair yang digunakan adalah asap cair grade 3 dengan nama dagang Deogreen yang didapatkan dari produsen di Jakarta. 4. Metode pengukuran bau dengan 10 Panelis. 5. Penelitian ini tidak mendefinisikan bau secara langsung, melainkan bau yang timbul dihubungkan dengan konsentrasi parameter pencemar dalam limbah seperti COD, dan NH3. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini dilakukan analisa keberadaan mikroorganisme, namun tidak memperhatikan jenis mikroba yang terdeteksi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Variabel volume pemberian asap cair. Variabel waktu kontak asap cair dengan limbah. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah: ph, COD, konsentrasi NH3 dan keberadaan mikroorganisme. Nilai Threshold Odor Number (TON). Ruang Lingkup

Limbah pencucian ikan Mengukur TON awal limbah Mengukur parameter awal limbah Penentuan Dosis optimum Asap Cair A 1 : 40 5ml asap cair : 200ml sampel B 1 : 20 10ml asap cair : 200ml sampel C 1 : 10 20ml asap cair : 200ml sampel D 1 : 5 40ml asap cair : 200ml sampel 2,8 12 50 200 2,8 12 50 200 2,8 12 50 200 2,8 12 50 200 I.. Metodologi Penelitian TON A TON B TON C TON D II.. X X = Salah satu dari Dosis A,B,C atau D Uji Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Nilai TON X + 15 menit X + 30 menit X + 45 menit X + 60 menit 2,8 12 50 200 2,8 12 50 200 2,8 12 50 200 2,8 12 50 200 TON X+15 TON X+30 TON X+45 TON X+60 Y = Salah satu dari waktu kontak 15,30,45 atau 60 menit III.. TON XY Mengukur parameter akhir limbah KETERANGAN : I. Dari 4 pengenceran 2,8;12;50;200 sampel+asap cair dengan air bebas bau sampai 200ml, dipilih salah satu untuk dilakukan pembauan yang kedua dengan bahan yg lebih encer. II. 4 Nilai TON dari 4 dosis yang berbeda, melalui analisa dipilih salah satu sebagai dosis optimum untuk dilakukan uji waktu kontak optimum. III. Melalui serangkaian uji ambang bau yang dihubungkan dengan waktu kontak, dipilih satu waktu kontak yang paling banyak menghilangkan bau.

Hasil Odor Tes Sampel Awal No Nama Panelis Tahap I Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Tahap II Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Nilai TON 1 Ian 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 2 Lisa 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 3 Ryan 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 4 Berto 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 5 Nanda 12 Bau Amis 4 Bau Amis 51 6 Harry 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 7 Yanuar 2.8 Bau Amis 1.8 Bau Amis 112 8 Ipul 2.8 Bau Amis 1.8 Bau Amis 112 9 Made 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 10 Heider 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 Tahap I Jumlah Bau Amis 10 Jumlah Bau Asap 0 Tahap II Jumlah Bau Amis 10 Jumlah Bau Asap 0 Rata-Rata TON 150

Hasil Odor Tes Reaktor A No Nama Panelis Tahap I Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Hasil Odor Tes Reaktor A Tahap II Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan 1 Ian 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 2 Lisa 2.8 Bau Amis 1.8 Bau Amis 112 3 Ryan 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 4 Berto 12 Bau Amis 2.8 Bau Amis 72 5 Nanda 12 Bau Amis 2.8 Bau Amis 72 6 Harry 12 Bau Amis 4 Bau Amis 51 7 Yanuar 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 8 Ipul 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 9 Made 2.8 Bau Amis 1.8 Bau Amis 112 10 Heider 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 Tahap I Tahap II Jumlah Bau Amis 10 Jumlah Bau Asap 0 Jumlah Bau Amis 10 Jumlah Bau Asap 0 Rata-Rata TON 120 Nilai TON

Hasil Odor Tes Reaktor B No Nama Panelis Tahap I Volume Yang Timbul Bau pertama kali Hasil Odor Tes Reaktor B Keterangan Bau Yang Dirasakan Tahap II Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Nilai TON 1 Ian 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 2 Lisa 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 3 Ryan 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 4 Berto 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 5 Nanda 2.8 Bau Amis 1.8 Bau Amis 112 6 Harry 12 Bau Amis 4 Bau Amis 51 7 Yanuar 12 Bau Amis 8.3 Bau Amis 25 8 Ipul 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 9 Made 12 Bau Asap 5.7 Bau Asap 36 10 Heider 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 Tahap I Tahap II Jumlah Bau Amis 6 Jumlah Bau Asap 4 Jumlah Bau Amis 6 Jumlah Bau Asap 4 Rata-Rata TON 98

Hasil Odor Tes Reaktor C Hasil Odor Tes Reaktor C No Nama Panelis Tahap I Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Tahap II Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Nilai TON 1 Ian 2.8 Bau Asap 1.4 Bau Asap 144 2 Lisa 2.8 Bau Asap 1 Bau Amis 201 3 Ryan 12 Bau Asap 2.8 Bau Asap 72 4 Berto 12 Bau Asap 2.8 Bau Asap 72 5 Nanda 12 Bau Asap 2.8 Bau Asap 72 6 Harry 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 7 Yanuar 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 8 Ipul 2.8 Bau Asap 1 Bau Asap 201 9 Made 2.8 Bau Asap 1 Bau Asap 201 10 Heider 2.8 Bau Amis 1 Bau Amis 201 Tahap I Jumlah Bau Amis 1 Jumlah Bau Asap 9 Tahap II Jumlah Bau Amis 2 Jumlah Bau Asap 8 Rata-Rata TON 127

Hasil Odor Tes Reaktor D Hasil Odor Tes Reaktor D No Nama Panelis Tahap I Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Tahap II Volume Yang Timbul Bau pertama kali Keterangan Bau Yang Dirasakan Nilai TON 1 Ian 2.8 Bau Asap 1.8 Bau Asap 112 2 Lisa 2.8 Bau Amis 1.4 Bau Amis 144 3 Ryan 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 4 Berto 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 5 Nanda 2.8 Bau Asap 1.4 Bau Asap 144 6 Harry 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 7 Yanuar 12 Bau Asap 4 Bau Asap 51 8 Ipul 2.8 Bau Asap 1 Bau Asap 201 9 Made 12 Bau Asap 2.8 Bau Asap 72 10 Heider 2.8 Bau Asap 1.4 Bau Asap 144 Tahap I Jumlah Bau Amis 1 Jumlah Bau Asap 9 Tahap II Jumlah Bau Amis 1 Jumlah Bau Asap 9 Rata-Rata TON 102

Perbandingan nilai TON masing-masing reaktor Nilai T ON Nilai T ON 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 A B C D R eaktor

Dosis optimum dipilih berdasarkan nilai TON yang paling kecil dan persepsi 10 panelis terhadap bau yang dihasilkan. Nilai TON yang paling kecil direpresentasikan oleh percobaan pada reaktor B yaitu sebesar 98 yang menandakan bau amis mulai berkurang. Sedangkan persepsi bau oleh 10 panelis dipilih pada reaktor yang perbandingan bau amis dan bau asap mencapai 50:50 atau yang mendekati. Hal itu dikarenakan bau asap yang ditimbulkan menggantikan atau hampir menggantikan bau amis yang ditimbulkan oleh limbah ikan yang direpresentasikan oleh Reaktor B dengan perbandingan bau amis dan asap = 6:4

Pengaruh Waktu Kontak terhadap Pengurangan Nilai TON Nilai T ON Nilai T ON 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 15 30 45 60 R eaktor

Waktu kontak tidak secara spesifik berpengaruh terhadap nilai TON. Meskipun nilai TON sempat turun menjadi 63 pada menit ke 30, dan kemudian naik kembali menjadi 80 di menit ke 45 dan terus naik menjadi 107 pada menit ke 60. Fluktuatif nilai TON yang terjadi bukanlah mutlak disebabkan oleh asap cair yang mengurangi bau, namun lebih karena data persepsi bau yang diberikan panelis tidak bisa di bandingkan dari waktu ke waktu, bukan karena persepsi para panelis yang salah, tapi prosedur Threshold Odor Test hanya memungkinkan panelis yang sama untuk waktu yang sama.

Pengaruh Pengurangan Bau dengan Konsentrasi Bahan Pencemar dan Mikroorganisme pada Limbah Ikan No. Parameter Kondisi Awal Satuan Kondisi Akhir* 1 ph 6,6-5,6-2 COD 3 NH3 Satuan Titrasi FAS Blanko 22 ml 22 ml Titrasi FAS Sampel 4,5 ml 4 ml Konsentrasi COD 2000 mg/l 2880 Mg/L Nilai Absorbansi Blanko 0 A 0 A Nilai Absorbansi Sampel 0,691 A 0,786 A Konsentrasi NH3 85,73 mg/l 97,52 mg/l 4 TotalColiform 8 x 10 8 MPN Index/100 ml 14 x 10 6 MPN Index/100 ml * = Kondisi setelah dilakukan penambahan asap cair dengan perbandingan 1:20 dengan waktu kontak selama 30 menit

Dari hasil identifikasi pencemaran, menunjukkan bahwa terjadi kenaikan konsentrasi COD yang semula 2000 mg/l pada limbah ikan sebelum penambahan asap cair menjadi 2880 mg/l pada sampel dengan penambahan asap cair dengan dosis 1:20. Hal itu disebabkan, karena komposisi asap cair terdiri dari karbonil (24,6 %), asam karboksilat (39,9%), dan fenol (15,7%). (Tiger,dkk.,1962). Adanya karbon dalam asap cair yang ditambahkan dalam limbah ikan menyebabkan konsentrasi COD meningkat. Angka COD menunjukkan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi C organik. Sehingga, penambahan asap cair cenderung mengurangi bau amis pada limbah ikan namun tidak mengurangi konsentrasi pencemaran COD. Sedangkan Nilai NH 3 juga mengalami kenaikan, dari 85,73 mg/l menjadi 97,52 mg/l. Kenaikan ini disebabkan masih terdapat kandungan protein pada limbah ikan. Pada protein mengandung unsur N yang mampu memecah dan berikatan dengan unsur hidrogen pada senyawa karboksilat yang ada pada senyawa asap cair. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan nilai NH 3.

Tabel Pengamatan Total Coli Tahap Pengenceran Volume 10 ml 1 ml 0,1 ml Total Coli Sebelum penambahan asap cair (A) 8 kali 3 0 0 8x10 8 Setelah penambahan asap cair (B) 6 kali 3 2 0 14x10 6

Pada percobaan total coli, terutama pada sampel setelah penambahan asap cair, 5 tabung masing-masing 3 tabung bervolume 10 ml dan 2 tabung masing-masing bervolume 1 ml terdapat gelembung gas. Sedangkan pada percobaan sebelum ditambahkan asap cair, hanya terdapat 3 tabung yang bergelembung gas dengan volume 10 ml lebih sedikit dari pada sampel yang ditambahakan asap cair. Hal ini terjadi dikarenakan, sampel B hanya dilakukan pengenceran sebanyak 6 kali. Sedangkan sampel A sebanyak 8 kali. Jumlah pengenceran ini secara umum mengindikasikan kepekatan larutan. Semakin pekat larutan, maka jumlah mikroorganisme lebih banyak. Namun, karena sampel B hanya dilakukan pengenceran 6 kali, maka angka tersebut juga berpengaruh terhadap total coli yaitu sebesar 14x106 atau 14.000.000. Dari hasil percobaan diatas, maka terjadi penurunan jumlah organisme dari 8x108 atau 800.000.000 menjadi 14x106 atau 14.000.000 setelah ditambahkan asap cair. Sehingga, penambahan asap cair ini berpengaruh terhadap jumlah mikroorganisme dalam limbah ikan.

Dosis optimum penambahan asap cair terhadap limbah ikan adalah 1:20 (10 ml asap cair dan 200 ml Limbah ikan) dengan nilai TON paling kecil sebesar 98. Waktu kontak tidak signifikan mempengaruhi nilai TON. Meskipun nilai TON sempat turun menjadi 63 pada menit ke 30, namun fluktuatif nilai TON yang terjadi bukanlah mutlak disebabkan oleh asap cair yang mengurangi bau, namun lebih karena data persepsi bau yang diberikan panelis tidak bisa di bandingkan dari waktu ke waktu, bukan karena persepsi para panelis yang salah, tapi prosedur Threshold Odor Test hanya memungkinkan panelis yang sama untuk waktu yang sama.

Asap cair mengandung karbonil yang dapat meningkatkan C organik dalam limbah ikan, sehingga kadar COD meningkat, namun bau amis dapat dikurangi. Sedangkan kenaikan NH3 disebabkan karena masih terdapat kandungan protein pada limbah ikan. Pada protein mengandung unsur N yang mampu memecah dan berikatan dengan unsur hidrogen pada senyawa karboksilat yang ada pada senyawa asap cair. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan nilai NH3. penambahan asap cair dengan perbandingan dosis 1:20 berpengaruh terhadap keberadaan mikroorganisme yang ditunjukkan dengan penurunan total coli dari 800.000.000 menjadi 14.000.000

1. Perlu dilakukan pengukuran nilai BOD limbah ikan sebelum dan setelah penambahan asap cair. 2. Perlu dilakukan penelitian terhadap penyebab kenaikan konsentrasi NH3 pada limbah ikan yang telah ditambahkan asap cair. 3. Limbah ikan yang sudah ditambahkan asap cair, mengalami kenaikan nilai COD dan NH3, meskipun bau amis limbah ikan dapat dikurangi oleh asap cair, tapi kenaikan nilai COD dan NH3 menjadi beban dalam pengolahan limbah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang metode penggunaan asap cair dalam mengurangi bau, yaitu dengan tidak mencampur asap cair pada limbah ikan secara langsung, salah satunya dengan cara melokalisir bau dan dibuang melalui cerobong dan terlebih dahulu di campurkan dengan blower yang membawa uap asap cair. Bau yang keluar, sudah tersamar dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Dokumentasi

A journey of a thousand miles begins with a single step -Lau Tzu- Destiny isn t a matter of chance, it s a matter of choice. Isn t a thing to be waited for, it s a thing to be achieved -william J.B-