PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

dokumen-dokumen yang mirip
Pusaka Kota dan Kota Pusaka

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA Tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat"

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah 2.2 Kriteria Lanskap Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARAHAN KONSEP PERANCANGAN KAWASAN KONSERVASI BENTENG MARLBOROUGH KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas Selasa, 24 Desember :53 WIB

Dasar Kebijakan Pelestarian Kota Pusaka 1. Tantangan Kota Pusaka 2. Dasar Kebijakan terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan)

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Warisan Alam (Natural Heritage) menurut Konvensi UNESCO adalah:

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Yogyakarta, Juli 2010 Tim Pendidikan Pusaka. Pengantar

BAB 2 PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Permasalahan dan prinsip-prinsip konservasi kawasan pusaka 1. Permasalahan konservasi/pelestarian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Sejarah

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BUDAYA LOKAL SEBAGAI WARISAN BUDAYA DAN UPAYA PELESTARIANNYA )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas P3KP - Pengelolaan secara internal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

METHODE KONSERVASI DI INDONESIA PROSEDUR PEMUGARAN BANGUNAN BERSEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

TINJAUAN DESAIN ARSITEKTUR HUMA GANTUNG BUNTOI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

Pengalaman di Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik Fisik Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

KONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA 2008 BERBAGI PENGALAMAN DALAM PEMBANGUNAN MUATAN LOKAL TENTANG PUSAKA BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB II KAJIAN LITERATUR

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

Abito Bamban Yuuwono. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

WORLD HERITAGE DAY A Tribute to Borobudur Community in Conserving a World Heritage. Borobudur Magelang, Jawa Tengah, April 2012

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

Mata Kuliah MKKK-5111225213 PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT M-2a: Pemahaman Pelestarian Pusaka

Pemahaman Pelestarian Pusaka

Pusaka (heritage) Pusaka peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah, mengandung kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta memiliki peran yang sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia. Ada pula yang mewakili gaya arsitektur yang khas pada suatu masa. Pusaka, dalam kamus Indonesia-Inggris oleh Poerwadarminto, berarti heritage (bhs.ingris). Perkembangan pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu pada artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka dapat berarti pula suatu saujana [1] (cultural landscape) yang luas bahkan bisa lintas batas wilayah serta menyangkut persoalan pusaka alam dan budaya. [1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia saujana adalah sejauh mata memandang.

Perkembangan yang lain, pusaka budaya tidak pula hanya ragawi (tangible) tetapi juga pusaka-pusaka budaya tak ragawi (intangible). Hal ini menjadikan isu pusaka tidak bisa dipisahkan dari berbagai persoalan kehidupan sehari-hari, pengelolaan seni budaya hingga pengelolaan kota, desa maupun wilayah.

Untuk menguatkan pemahaman pusaka, para pekerja dan pemerhati pelestarian di Indonesia menyepakati tentang Pusaka Indonesia. Pada Tahun Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman): Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) bekerjasama dengan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia mendeklarasikan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Piagam ini merupakan yang pertama dimiliki Indonesia dalam menyepakati etika dan moral pelestarian pusaka

INDONESIAN CHARTA FOR HERITAGE CONSERVATION 2003

1. (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003)

kawasan perkotaan, kota, Andaleh, Tanah Datar,

Gunung Sawah Lembah Bukit Ngarai Tanah Batu Hutan Flora Fauna Air Sungai Danau Jeram Curug Pusaka Alam

Gunung Sawah Lembah Bukit Ngarai Tanah Batu Hutan Flora Fauna Pusaka Alam Air Sungai Danau Jeram Curug

Seni Kriya Seni Sastra Seni Lukis Seni Ukir Seni Pahat Seni Patung Pusaka Budaya Seni Tari Seni Pertunjukan Seni Rakyat Seni Musik Seni Suara

Seni Kriya Seni Sastra Seni Lukis Seni Ukir Seni Pahat Seni Patung Pusaka Budaya Seni Tari Seni Pertunjukan Seni Rakyat Seni Musik Seni Suara

Lingkungan Mata Pencaharian Kehidupan Rumah Adat Istana Keraton Situs Candi Agama Ritual Adat Istiadat Tradisi Suku Desa Kampung Dusun Pusaka Saujana

Lingkungan Mata Pencaharian Kehidupan Rumah Adat Istana Keraton Situs Candi Agama Ritual Adat Istiadat Tradisi Suku Desa Kampung Dusun Pusaka Saujana

Arsitektur Tradisional Minangkabau Arsitektur Serumpun Arsitektur Melayu Nagari Andaleh Baruah Bukik

Gedung Eks Standart Chartered Gedung Pajak Old City Entertainment Hotel Batavia

Gedung Dasaad Musin Gedung Jasa Raharja Gedung Kantor Pos Jakarta Kota Lorong Jasindo

Museum Sejarah Jakarta Museum Seni Rupa dan Keramik Museum Wayang Menara Syah Bandar

weekend@kotatua weekend@kotatua Festival Kotatua Festival Tempo Doeloe

Tingkat Pusaka dan Pengelolaannya Ditinjau dari segi nilai penting dan luas pengaruhnya, pusaka ada yang mempunyai nilai sempit terbatas bagi perorangan dan ada pula yang bernilai sangat penting dan luas bagi kehidupan masyarakat banyak, bangsa dan kemanusiaan. Warisan dunia (world heritage) Pusaka nasional Pusaka propinsi Pusaka kota/kabupaten

Pelestarian Pengertian pelestarian terhadap peninggalan lama pada awalnya dititikberatkan pada bangunan tunggal atau benda-benda seni, kini telah berkembang ke ruang yang lebih luas seperti kawasan hingga kota bersejarah serta komponen yang semakin beragam seperti skala ruang yang intim, pemandangan yang indah, suasana, dsbnya.

upaya untuk menjaga kesinambungan yang menerima perubahan dan/atau pembangunan bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk memenuhi kebutuhan modern dan kualitas hidup yang lebih baik Perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi Kegiatan pelestarian ini bisa berbentuk pembangunan atau pengembangan dan melakukan upaya preservasi, restorasi, replikasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan/atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu pelestarian merupakan pula upaya mengelola perubahan, dan kemudian menciptakan pusaka masa mendatang

Pengertian Pelestarian Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003) Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, sebuah pengertian yang berbeda dengan preservasi. Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti, 1997). Pelestarian merupakan manajemen perubahan (Asworth, 1991) Pelestarian dalam konteks perkotaan berarti pula mengawetkan bagian tertentu pusaka dengan memberikan tidak hanya keberlanjutan keberadaannya tetapi juga memiliki manfaat untuk masa depan (Burke, 1976 dalam Asworth, 1991)

Keanekaragaman pusaka serta tujuan pelestarian ini menuntut keterlibatan banyak pihak, baik dalam menjaga, mencegah kerusakan dan pengrusakan, memelihara, melakukan tindakan pelestarian maupun menyebarluaskan pentingnya pelestarian pusaka baik bagi umat manusia, keluarga, masyarakat, lingkungan daerah, nasional maupun dunia.

Perkembangan pemahaman terhadap pusaka dan pelestarian Piagam Athena, 1931, tentang restorasi monumen bersejarah (upaya pelestarian ditujukan hanya pada benda tunggal dalam bentuk bangunan atau benda-benda seni) Piagam Venice, 1964, tentang konservasi dan restorasi monumen dan tapak Kata heritage mulai banyak digunakan pada tahun 1970-an, terutama ketika Eropa menyelenggarakan European Architectural Heritage Year tahun 1975

The European Architectural Heritage terdiri tidak hanya monumen yang penting-penting, tetapi juga termasuk kelompok bangunan di dalam kota dan desa-desa yang berkarakteristik setting alamiah maupun buatan dan terkait dengan kehidupan sosial Pada tahun 80-an, perkembangan isu-isu pelestarian mengarah kepada perlindungan, konservasi dan restorasi kota-kota bersejarah dan area perkotaan yang sejalan dengan pembangunan dan mampu beradaptasi dengan kehidupan kontemporer

Dua standar penting untuk pelestarian Piagam Burra (Australia) pada tahun 1979 dan diratifikasi tahun 1981 Piagam Burra ditujukan untuk melestarikan tempat-tempat yang memiliki signifikansi budaya. Tempat di sini berarti tapak, area, bangunan atau karya disain, kelompok bangunan atau hasil yang lain yang memiliki keterikatan dengan lingkungannya Piagam Washington, 1987 Piagam Washington peduli pada area-area perkotaan bersejarah, besar dan kecil, termasuk kota, kota kecil, dan pusat-pusat atau kawasan bersejarah serta lingkungan alam dan buatannya, termasuk nilai budaya perkotaan tradisional.

Significance & Authenticity of Place

Pelestarian karakter suatu tempat/area Karakter apa yang membuat keunikan suatu tempat / area Elemen-elemen apa yang mengandung siknifikansi

Beberapa standards, charter dan guidelines The Venice Charter (1965) The Burra Charter (1979) The Nara Document on Authenticity (1994) The Hoi An Protocols for Best Conservation Practice in Asia (2001) Principles for the Conservation of Heritage Sites in China (2002)...

Heritage value typologies derived by various scholars and organizations Various scholars Heritage Values and organizations (Reigl., 1982) Age Historical Commemorative Use - Newness (Lipe., 1984) Economic Aesthetic Associative - symbolic Informational (A. ICOMOS., 1999) Aesthetic Historic Scientific - Social (including spiritual, political, national, other cultural) (Frey., 1997) Monetary Option Existence Bequest Prestige Educational (English Heritage, 1997) Cultural - Educational and academic Economic Resource Recreational Aesthetic (Mason., 2002) Socio-Cultural Values: Historical - Cultural/symbolic - Social - Spiritual/religious - Aesthetic Economic Values: Use (market) value - Nonuse (nonmarket) values Existence Option Bequest (Drury. & McPherson., Evidential - Historical - Aesthetic - Communal 2007) (Jokilehto., 2007b) Cultural values - Contemporary socio-economic (Orbasli., 2008) Age and rarity - Architectural Artistic Associative - Cultural value Economic Educational Emotional Historic Landscape - Local distinctiveness Political Public Religious - Scientific, research and knowledge Social Symbolic Technical Townscape.

The Venice Charter (1965) The Burra Charter (1979) Menekankan pada keaslian secara fisik. Adanya penambahan material baru dengan cara penanganan yang berbeda. The Nara Documents on the Authenticity (1994) The Hoi An Protocols for Best Conservation in Asia Menekankan pada pemeliharaan kondisi suatu tempat. Pemanfaatan keahlian membangun. Memperbaharui elemen-elemen awal dengan penggunaan material baru dan metode-metode tradisional. Menekankan pada penjagaan dari suatu keaslian yang merupakan tujuan utama dan persyaratan dari upaya pelestarian.

Pusaka (Heritage) Warisan Cagar Cagar Budaya.... Kawasan Pusaka.. Kota Pusaka..

Kawasan Pusaka Suatu daerah yang memiliki beberapa objek pusaka, baik itu berupa bentangan alam, benda-benda, aktivitas lainnya yang merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi.

Kawasan Pusaka Pemahamanan tentang kawasan hanya sebagai objek wisata Masih banyak bentuk lain objek potensial yang perlu dikembangkan dan dilindungi budaya-budaya unik berupa aktivitas dan kegiatan masyarakat yang selama ini tidak disadari memiliki potensi yang menarik untuk dikembangkan, seperti begitu juga kondisi alam yang ada disekitarnya.

Bagaimana melestarikan lingkungan bersejarah? Bagaimana agar kesejarahan lingkungan terjaga, namun tetap memenuhi kebutuhan hidup sesuai jaman?

Kecenderungan global heritage Dari benda-benda tunggal yang indah, megah kemudian kelompok bangunan, kawasan, desa, kota, pemandangan yang indah hingga kegiatan sosial dan budaya yang memiliki kekentalan lokal dan kesejarahan, termasuk komponen yang tidak terlihat

Pelestarian Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan: penelitian perencanaan perlindungan pemeliharaan pemanfaatan pengawasan dan / atau pengembangan secara selektif untuk menjaga: kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas.

Pengertian Konservasi / Pelestarian

Piagam Burra - The Charter for the Conservation of Place of Cultural Significance, 1981 Konservasi / Pelestarian Segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Konservasi dapat pula mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.

Piagam Burra - The Charter for the Conservation of Place of Cultural Significance, 1981 Preservasi Pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran. Restorasi / Rehabilitasi Mengembalikan suatu tempat ke keadaan semula dengan menghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru. Rekonstruksi Mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru. Adaptasi/Revitalisasi Merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis, atau yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal. Adanya upaya untuk memvitalkan kembali suatu tempat / kawasan. Demolisi Penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.

Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan KONSERVASI Demolisi Adaptasi / Revitalisasi Rekonstruksi Restorasi / Rehabilitasi Preservasi Tingkat Perubahan 3 2 1 0 Total Banyak Sedikit Tidak Ada