KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENGUJI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA. Oleh : DJOKO PURWANTO

dokumen-dokumen yang mirip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan...

Pemetaan Kedudukan dan Materi Muatan Peraturan Mahkamah Konstitusi. Rudy, dan Reisa Malida

PERTANYAAN Bagaimanakan kasus Marbury vs Madison Apa alasan John Marshall membatalkan Judiciary Act. Bagaimana pemikiran Yamin tentang Yudisial Review

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah

PROSPEK MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI PENGAWAL DAN PENAFSIR KONSTITUSI. Oleh: Achmad Edi Subiyanto, S. H., M. H.

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017

MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI BAGIAN DARI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA. A. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebelum Perubahan UUD 1945

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti.

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

Pengujian Perppu oleh Mahkamah Konstitusi

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MENURUT UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Prospek Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal dan Penafsir Konstitusi - Achmad Edi Subiyanto, S. H., M. H.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

EKSISTENSI PERPPU DALAM SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

BAB SATU PENDAHULUAN

PROBLEMATIKA KETETAPAN MPR PASCA REFORMASI DAN SETELAH TERBITNYA UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang

Mengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam

Problematic MPR Decree Post Reform and After The Issuance of Law No. 12 of 2011

BAB I PENDAHULUAN. Konsep mengenai kedaulatan di dalam suatu negara, berkembang cukup

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

-2- memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dipe

REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016

HAN Sektoral Pertemuan Kedua HAN Sektoral dan Peraturan Perundang-Undangan SKEMA PEMERINTAH

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

BAB I PENDAHULUAN. Norma hukum yang berlaku di Indonesia berada dalam sistem berlapis dan

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

DAFTAR REFERENSI. . Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia; Pasca Reformasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007.

FUNGSI LEGISLASI DPD-RI BERDASARKAN PASAL 22D UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

KEDUDUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PROSES PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA DI INDONESIA OLEH: RENY KUSUMAWARDANI

BAB III SUMBER HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEKUA U SAAN N KEHAKIMAN

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

INTERVENSI POLITIK DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 01 Juni 2016; disetujui: 23 Juni 2016

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB IV ANALISIS KEDUDUKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM MEMUTUS PERKARA PERDATA DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA

DAFTAR PUSTAKA. - Arifin Hoesein, Zainal, Kekuasaaan Kehakiman Di Indonesia, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

BEBERAPA KETENTUAN DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUJIAN UU TERHADAP UUD. Riana Susmayanti, SH. MH

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONEIA

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MENYOAL KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI MENGUJI PERPPU QUESTIONING THE CONSTITUTIONAL REVIEW TO THE GOVERNMENT REGULATION IN LIEU OF LAW (PERPPU)

PERKEMBANGAN PENGATURAN SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Oleh: RETNO SARASWATI 1

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

BAB I PENDAHULUAN. berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

BAB I. Pendahuluan. Dalam Pembukaan UUD 1945 tersirat suatu makna bahwa Negara. Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat)

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

PENUTUP. 1. Penerapan judicial review di Indonesia berdasarkan ketentuan UUD NRI. yakni Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-

Transkripsi:

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENGUJI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA Oleh : DJOKO PURWANTO Abstrak Wewenang Mahkamah Konstitusi secara khusus diatur dalam pasal 24C Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 jo. Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan : (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar ; (2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannnya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Mahkamah Konstitusi dimunculkan sebagai lembaga negara dengan hak melakukan uji materi (judicial review, atau secara lebih spesifik melakukan constitutional review) Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Selama Mahkamah Konstitusi beroperasi mulai 15 Oktober 2003, Mahkamah Konstitusi telah melakukan beberapa kali judicial review terhadap Undang-Undang, yaitu Peraturan Nomor 1 Tahun 2008, Nomor 2 Tahun 2008, dan Nomor 4 Tahun 2008. Kata Kunci : Wewenang, uji materi Abstract The powers of the Constitutional Court specifically addressed in Article 24C Paragraph (1) of the Constitution of 1945 jo. Article 10 Paragraph (1) of Law No. 24 of 2003 as amended by Act No. 8 of 2011 on the Constitutional Court, which states: (1) The Constitutional Court authority to hear at the first and last which shall be final Act Law of the Constitution, (2) Terminate the authority of state institutions disputes of competenc granted by the Constitution. The Constitutional Court has been raised as a state institution with the right to judicial review (judicial review, or more specifically perform constitutional review) of the Law of the Constitution. During the Constitutional Court operates from October 15, 2003, the Constitutional Court has made several judicial review of the Government Regulation in Lieu of Law, namely Government Regulation in Lieu of Law No. 1 of Keywords: authority, judicial review I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Konstitusi adalah sebuah lembaga negara yang ada setelah adanya amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945. Dalam konteks ketatanegaraan Mahkamah Konstitusi dikonstruksikan : Pertama, sebagai pengawal konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan dan 113

konstitusional di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, Mahkamah Konstitusi bertugas mendorong dan menjamin agar konstitusi dihormati dan dilaksanakan oleh semua komponen negara secara konsisten dan bertanggung jawab. Ketiga, di tengah kelemahan sistem konstitusi yang ada, Mahkamah Konstitusi berperan sebagai penafsir agar spirit konstitusi selalu hidup dan mewarnai keberlangsungan bernegara dan bermasyarakat. Sebagai sebuah lembaga yang telah ditentukan dalam Undang- Undang Dasar, kewenangan Mahkamah Konstitusi juga diberikan dan diatur dalam Undang-Undang Dasar. Kewenangan yang mengeksklusifkan dan membedakan Mahkamah Konstitusi dari lembagalembaga lain. Wewenang Mahkamah Konstitusi secara khusus diatur dalam pasal 24C Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 jo. Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan : (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang- Undang terhadap Undang-Undang Dasar ; (2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannnya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Misalnya, usul pemberhentian presiden dan/atau wapres oleh DPR kepada MPR apabila presiden dan/atau wapres terbukti melakukan pelanggaran hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 7A Undang-Undang Dasar 1945 ; (3) Memutus pembubaran partai politik ; dan (4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilu. Berdasarkan ketentuan tersebut maka setiap putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final, artinya dalam hal pelaksanaan kewenangan ini tidak ada mekanisme banding atau kasasi terhadap putusan yang dibuat Mahkamah Konstitusi untuk perkara-perkara yang berkenaan dengan kewenangan tersebut. Dalam praktik, dikenal adanya tiga macam norma hukum yang dapat diuji atau yang biasa disebut sebagai norm control mechanism. Ketiganya samasama merupakan bentuk norma hukum sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan hukum, yaitu : (i) keputusan normatif yang berisi dan bersifat 114

pangaturan (regeling), (ii) keputusan normatif yang berisi dan bersifat penetapan administratif (beschikking), dan (iii) keputusan normatif yang bersifat penghakiman (judgement) yang biasa disebut vonis (Belanda : vonnis). 1 Ketiga bentuk norma hukum di atas sama-sama dapat diuji kebenarannya melalui mekanisme peradilan (justisial) ataupun mekanisme nonjustisial. Jika pengujian itu dilakukan oleh lembaga paradilan, maka proses pengujiannya itu disebut juga sebagai judicial review atau pengujian oleh lembaga judicial atau pengadilan. Akan tetapi, jika pengujian itu dilakukan bukan oleh lembaga peradilan, maka hal itu tidak dapat disebut sebagai judicial review. Sebutan yang tepat tergantung kepada lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menguji atau toetsingsrecht itu diberikan. Toetsingsrecht atau hak untuk menguji akan hal itu, jika diberikan kepada lembaga parlemen sebagai legislator, maka proses 1 Jimly Asshiddqie. 2010. Hukum Acara Pengujian Undang Undang. Sinar Grafika. Jakarta. hlm. 1 pengujian demikian itu lebih tepat disebut sebagai legislative review, bukan judicial review. Demikian pula jika hak menguji (toetsingsrecht) itu diberikan kepada pemerintah maka pengujian semacam itu disebut sebagai executive review, bukan judicial review ataupun legislative review. Melihat realitas dan kondisi Undang-Undang Dasar 1945, sekalipun termasuk kategori konstitusi yang sulit dilakukan perubahan, tetapi apabila dicermati, terdapat peluang untuk perubahan terhadap konstitusi Indonesia (Undang-Undang Dasar 1945), walaupun mekanismenya tergolong berat. Secara yuridis terdapat satu pasal yang mengatur mekanisme perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Pasal 37 Undang- Undang Dasar 1945. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk meneliti dalam sebuah kajian akademis berupa penulisan hukum normatif, untuk mengetahui sejauh mana ketentuan tersebut dapat dibenarkan oleh teori hukum (doktrin) dan tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan khususnya perundang-undangan yang berada di atasnya 115

dengan judul KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENGUJI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas akan dirumuskan permasalahan sebagai berikut bagaimana kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menguji Undang-Undang? II. PEMBAHASAN 2.1 Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menguji Undang-Undang Perkembangan yang lebih maju dalam politik hukum kekuasaan kehakiman ini, kemudian dituangkan juga dalam amandemen Undang- Undang Dasar 1945. Pada perubahan (amandemen) ketiga tahun 2001, Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi dengan kompetensi yang berbeda. Mahkamah Konstitusi dimunculkan sebagai lembaga negara dengan hak melakukan uji materi (judicial review, atau secara lebih spesifik melakukan constitutional review) Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Mahkamah Konstitusi juga mempunyai tugas khusus lain, yaitu memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/ atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/ atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar; memutus pembubaran parpol dan memutus sengketa hasil pemilu. Sementara itu, Mahkamah Agung mengadili perkaraperkara konvensional lainnya ditambah dengan hak uji materi perundang- 116

undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang. 2 Sebelum ditetapkan perubahan atas Pasal 24 Undang-Undang Dasar tersebut pernah dikeluarkan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 yang antara lain, berisi hierarki peraturan perundang-undangan yang menempatkan Undang-Undang di bawah Undang- Undang dan karenanya dapat dilakukan uji materi atasnya oleh Mahkamah Agung. Ketentuan yang demikian mengandung kesalahan fundamental karena dua hal. Pertama, salah karena meletakkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang secara hierarkis di bawah Undang-Undang, sementara sebenarnya isi Peraturan itu adalah juga Undang-Undang, tetapi yang dibuat dalam keadaan darurat oleh Presiden tanpa harus minta persetujuan DPR lebih dahulu. Itulah sebabnya, bentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang itu hanya sementara, yakni sampai dibahas untuk 2 Moh. Mahfud MD. Membangun Politik Hukum menegakkan Konstitusi. ( Jakarta: Rajawali Pers. 2011). hlm. 104 ditentukan nasibnya oleh lembaga legislatif pada masa siding DPR berikutnya.. Sesuai dengan bunyi Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar, karena sifatnya pengganti Undang- Undang, maka Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang itu sejajar dengan Undang-Undang. Peraturan berbeda dengan Peraturan Pemerintah (PP) seperti yang diatur dalam Pasal 5 ayat (2) yang hierarkinya memang di bawah Undang-Undang, sebab pasal ini menyebut PP sebagai pelaksana (tepatnya untuk melaksanakan) Undang - undang sebagaimana mestinya. Sebagai peraturan pelaksana, maka PP secara hierarkis memang harus di bawah Undang-Undang. Kedua, salah karena memberikan hak kepada Mahkamah Agung untuk menguji materi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang terhadap Undang-Undang. 3 Dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa, dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang- 3 Ibid. hlm. 105 117

Undang. Ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen dalam penjelasan pasalnya dirumuskan sebagai berikut : Pasal ini mengenai noodverordeningsrecht Presiden. Aturan sebagai ini memang perlu diadakan agar supaya keselamatan Negara dapat dijamin oleh pemerintah dalam keadaan yang genting, yang memaksa pemerintah untuk bertindak lekas dan tepat. Meskipun demikian, pemerintah tidak akan terlepas dari pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, peraturan pemerintah dalam pasal ini yang kekuatannya sama dengan Undang-Undang harus disahkan pula oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 4 Penjelasan dari Pasal 22 Undang- Undang Dasar 1945 sebelum amandemen tersebut dapat ditemukan beberapa permasalahan tentang penempatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang di bawah Undang-Undang adalah sebagai berikut: 4 Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang- Undangan (1). (Yogyakarta: Kanisius. 2007). hlm. 91 a. penempatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang di bawah Undang-Undang adalah tidak tepat, bahkan tidak sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945, serta Pasal 3 ayat (5) Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tersebut. Apabila dilihat dari tata susunan (hierarkhi) peraturan perundang-undangan, hal ini akan mempunyai konsekuensi, karena peraturan yang berbeda di bawah harus bersumber dan berdasar pada peraturan yang lebih tinggi, atau dengan kata lain, peraturan yang lebih rendah merupakan peraturan pelaksana dari peraturan yang lebih tinggi. b. apabila kita membaca dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, maka dirumuskan bahwa Presiden membentuk Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya, dengan demikian pula ketentuan dalam Pasal 3 ayat (5) Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 dirumuskan bahwa, Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah 118

Undang-Undang. Berdasarkan kedua rumusan pasal tersebut, maka secara hierarkhis letak Peraturan Pemerintah seharusnya di bawah Undang-Undang dan tidak di bawah Pearturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, walaupun pada kenyataannya Peraturan Pemerintah dapat juga mengatur lebih lanjut Undang-Undang. c. selain itu, bukankah suatu Undang-Undang mempunyai kedudukan yang setingkat dengan Undang-Undang walaupun peraturan tersebut tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat? Di dalam kenyataan pada dasarnya, suatu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dapat berisi ketentuan-ketentuan yang menunda, mengubah bahkan mengesampingkan suatu Undang-Undang. Kita dapat mengingat adanya Peraturan Nomor 1 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Peraturan Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Kepailitan, atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum. Penempatan Paraturan di bawah Undang-Undang mempunyai akibat yang sangat besar, oleh karena dengan demikian pembentukan Undang-Undang harus sesuai dengan Undang-Undang, suatu Peraturan harus bersumber dan berdasar pada Undang-Undang, atau dengan perkataan lain Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan suatu peraturan pelaksana bagi Undang-Undang. d. oleh karena pada saat ditetapkannya Ketentuan MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan (bahkan sampai Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945) ketentuan dalam Pasal 22 Undang- Undang Dasar 1945 tersebut tidak pernah diubah, maka menetapkan 119

hierarkhi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang di bawah Undang-Undang adalah bertentangan dengan Undang- Undang Dasar 1945. 5 Undang-Undang ini ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa yang harus segera diatasi, karena pada saat itu Presiden tidak dapat mengaturnya dengan Undang-Undang, yang untuk membentuknya memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan melalui prosedur yang bermacam-macam. Hak Presiden untuk menetapkan Peraturan itu hanya dapat dilakukan/dilaksanakan dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Dalam Penjelasan Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan bahwa Pasal ini mengenai noodverordeningsrecht atau hak Presiden untuk mengatur dalam kegentingan yang memaksa. Pengertian hal ikhwal kegentingan yang memaksa tersebut tidak selalu ada hubungannya dengan keadaan bahaya, tetapi cukup kiranya apabila 5 Ibid. hlm. 92 menurut keyakinan Presiden terdapat keadaan mendesak, dan keadaan itu perlu segera diatur dengan peraturan yang mempunyai derajat Undang- Undang. Pengaturan terhadap keadaan tersebut tidak dapat ditangguhkan sampai adanya sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang akan membicarakan pengaturan keadaan tersebut, contohnya : a. penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1984 Tentang : Penangguhan Mulai Berlakunya Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dikeluarkan menjelang saat berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yaitu pada tanggal 1 Juli 1984. Pada saat itru diketahui bahwa aparatur perpajakan dan kelengkapankelengkapan yang disyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tersebut belum siap dan belum lengkap, sedangkan pada saat itu harga-harga sudah mulai 120

melonjak sehingga terjadi krisis ekonomi di Indonesia, dan pada saat itu Dewan Perwakilan Rakyat tidak bersidang; dan b. peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Penangguhan mulai berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Di dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 Pasal 74 ditetapkan bahwa Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 17 September 1992. Walaupun Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 itu pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan landasan yang lebih kokoh bagi perwujudan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, akan tetapi menjelang tanggal 17 September 1992 ketentuan Pasal 74 Undang-Undang tersebut belum dapat diwujudkan. Hal itu disebabkan karena segala persiapan, pemahaman dan kesiapan, baik di segenap lingkungan aparatur pemerintah yang bersangkutan maupun masyarakat pada umumnya belum matang dan masih perlu lebih ditingkatkan dan karenanya masih memerlukan waktu yang dianggap cukup utuk melaksanakannya. 6 Dalam Studi Ekskursi yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jember di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 13 Februari 2012, Bapak Muhaimin selaku ketua Persidangan Mahkamah Konstitusi, menjelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi pernah melakukan judicial review terhadap Undang-Undang. III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan yang telah disampaikan di dalam bab sebelumnya pada Penelitian ini, dapat ditarik sebagai berikut : Mahkamah Konstitusi dimunculkan sebagai lembaga negara dengan hak melakukan uji materi (judicial review, atau secara lebih spesifik melakukan constitutional review) Undang-Undang 6 Ibid. hlm. 192 121

terhadap Undang-Undang Dasar. Selama Mahkamah Konstitusi beroperasi mulai 15 Oktober 2003, Mahkamah Konstitusi telah melakukan beberapa kali judicial review terhadap Undang-Undang, yaitu Peraturan Nomor 1 Tahun 2008, Nomor 2 Tahun 2008, dan Nomor 4 Tahun 2008. 3.2 Saran Diperlukan adanya payung hukum bagi Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang berfungsi menangani perkara di bidang ketatanegaraan untuk melakukan kegiatan judicial review terhadap Undang-Undang. Berdasarkan TAP MPRS No. XX/MPRS/1966, terakhir diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, nama Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang resmi menjadi produk salah satu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Buku DAFTAR PUSTAKA Bambang Sutiyoso. 2009. Tata Cara Penyelesaian Sengketa Di Lingkungan Mahkamah Konstitusi. Yogyakarta: UII Press Jimly Asshiddiqie. 2010. Hukum Acara Pengujian Undang Undang. Jakarta: Sinar Grafika Kansil. 2008. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Lukman Hakim. 2010. Kedudukan Hukum Komisi Negara Di Indonesia. Malang: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang Maria Farida Indrati Soeprapto. 2007. Ilmu Perundang-Undangan Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan. Yogyakarta. Kanisius Moh Ma fud MD. 2011. Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi. Jakarta: Rajawali Pers Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Soimin. 2010. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Negara Di Indonesia. Yogyakarta: UII Press Titik Triwulan Tutik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: Kencana 122

Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca amandemen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Tap MPR No. III/MPR/1978 tentang Kedudukan Dan Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara Dengan Atau Antar Lembaga Lembaga Tinggi Negara. Tap MPR No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia Dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang Undangan. Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 6/PMK/2005 Tentang Pedoman 123