BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. dunia terutama negara sedang berkembang. Masalah kemiskinan harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya. pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 1985).

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kemampuan suatu

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

PERKEMBANGAN POLA TRANSFORMASI STRUKTUR PRODUKSI REGIONAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN.

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat sentral sekali untuk dibicarakan karena hal tersebut berhadapan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, UPAH, DAN UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi daerah ialah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahan baru. (Arsyad, 2010).Sedangkan menurut (Todaro, 2000), Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut. Pelaksanaan pembangunan daerah dalam rangka mewujudkan kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat melalui implementasi berbagai kebijakan, program dan kegiatan, sangat terbuka lebar untuk terus ditingkatkan dengan diberikannya otonomi daerah yang luas pada daerah. Kebijakan otonomi daerah memberikan kesempatan yang lebih besar kepada daerah untuk merumuskan dan memenuhi tujuan pembangunan daerah yang dirumuskan bersama dengan tetap menjaga makna keberadaannya dalam sebuah sistem pemerintahan dan pembangunan nasional. 1

2 Salah satu realitas pembangunan adalah terciptanya kesenjangan pembangunan yaitu terjadinya perbedaan laju pertumbuhan antar daerah dan antar kawasan yang menyebabkan terjadinya kesenjangan kemakmuran dan kemajuan antar daerah (Mudrajat Kuncoro,2003). Dua masalah besar yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pandapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001). Keyakinan mengenai adanya efek menetes ke bawah (trickle down effects) dalam proses pembangunan telah menjadi pijakan bagi sejumlah pengambil kebijakan dalam pembangunannya. Dengan keyakinan tersebut maka strategi pembangunan yang dilakukan akan lebih terfokus pada bagaimana mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam suatu periode yang relatif singkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, konsekuensi negatif yang dapat muncul sebagai akibat jalan pintas yang diambil berdasarkan pengalaman masa lalu adalah pusat pembangunan ekonomi nasional dan daerah dimulai pada wilayah-wilayah yang telah memiliki infrastruktur lebih memadai terutama Jawa. Selain itu pembangunan akan difokuskan pada sektor-sektor yang secara potensial memiliki kemampuan besar dalam mengasilkan nilai tambah yang tinggi terutama sektor industri dan jasa. (hariadi dkk, 2006)

3 Perkembangan perekonomian daerah selama ini mengacu pada pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur melalui peningkatan produksi barang dan jasa (PDRB), mengindikasikan adanya ekspansi kapasitas produksi dan aktivitas perekonomian daerah. Meningkatnya aktivitas perekonomian daerah memberikan implikasi pada peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat.(badriah dkk, 2006) Selama proses awal pembangunan terjadi suatu dilema yaitu antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan distribusi pendapatan, ini menjadi masalah yang telah lama dan harus dihadapi oleh negara-negara miskin dan berkembang. Trade off atau pertukaran antara pertumbuhan ekonomi dengan distribusi pendapatan dimasing-masing daerah selalu terjadi. Professor Kuznet telah mengemukakan bahwa pada tahap-tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, dengan kata lain ketimpangan yang tinggi. Namun, pada tahap-tahap berikutnya hal tersebut akan membaik. Hipotesis ini dikenal dengan hipotesis U-Terbalik Kuznet. Sesuai dengan rangkaian perubahan kecenderungan distribusi pendapatan dengan ukuran koefisien Gini dan pertumbuhan PDB perkapita yang akan terlihat seperti kurva yang berbentuk huruf U terbalik. Menurut Kuznet distribusi pendapatan akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000). Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian

4 agraris,perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan selama kurun waktu tersebut masih berada pada posisi positif dengan perbesaran angkanya antara 3 sampai dengan 5 persen. (BPS Banjarnegara, 2010) Untuk mengukur kemajuan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara salah satu indiator yang digunakan adalah pendapatan per kapita, yang secara agregat dapat menjelaskan tentang tingkat ekonomi yang dicapai daerah tersebut Banjarnegara berbatasan dengan beberapa kabupaten yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang relatif tidak jauh berbeda. Akan tetapi berdasarkan data BPS Jawa Tengah tahun 2006-2010 yang diolah dapat dilihat bahwa perbandingan Laju PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan beberapa kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara nilai Laju PDRBnya jauh lebih rendah dibandingkan Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Purbalingga. Akan tetapi laju PDRB Kabupaten Banjarnegara lebih tinggi dari laju PDRB di beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Wonosobo. PDRB per kapita daerah merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah, dimana jika semakin besar PDRB perkapitanya maka bisa diartikan semakin baik tingkat kesejahteraan

5 masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya apabila PDRB semakin kecil maka bisa diartikan semakin buruk tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Dari data PDRB perkapita yang diambil dari BPS Jawa Tengah tahun 2010 yang diolah kembali dapat diketahui bahwa Kabupaten Banjarnegara berada pada posisi ke 24 dari 35 Kabupaten/Kota di wilayah provinsi Jawa Tengah hal ini berbanding terbalik dengan beberapa kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. Misalkan Kabupaten Pekalongan berada pada posisi ke 18, kabupaten batang yang berada di posisi ke 23, Kota Pekalongan yang berada pada posisi ke 6,Kabupaten Cilacap yang berada di Posisi ke 5. Melihat fenomena diatas, tampak bahwa terdapat perbedaan dalam pencapaian hasil pembangunan antar daerah. Perbedaan dalam pencapaian hasil pembangunan antar daerah umumnya dapat diamati berupa adanya perbedaan distribusi penduduk antar daerah, perbedaan infrastruktur yang dimiliki oleh masing-masing daerah, posisi wilayah, dan beberapa perbedaan prioritas sasaran kegiatan ekonomi.akibatnya terjadi kesenjangan antar daerah. Kektidakmerataan yang menyebabkan ketimpangan ini merupakan masalah yang harus dicarikan penyelesaiannya. Masalah yang timbul apabila ketimpangan semakin besar yaitu menimbulkan terjadinya konflik dan meningkatkan angka kriminalitas, sehingga apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan ketidakstabilan didalam suatu perekonomian. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui

6 seberapa besar ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Banjarnegara. Kemudian menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar pertumbuhan ekonomi dapat tercapai secara optimal dan meningkatkan pendapatan penduduk, sehingga menjadikan ketimpangan lebih rendah. Dengan demikian perlu dianalisis labih jauh mengenai hal tersebut, sehingga skripsi ini mengambil judul Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Banjarnegara Tahun 1990-2010. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Seberapa besar tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Banjarnegara? 2. Bagaimanakah pengaruh sumbangan masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB per kapita di Kabupaten Banjarnegara? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Banjarnegara. 2. Menganalisis pengaruh sumbangan masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB per kapita di Kabupaten Banjarnegara.

7 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi penulis merupakan kesempatan untuk dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah. 2. Bagi disiplin ilmu untuk dapat mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan. E. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang berbentuk time series tahun 1990-2010. Data yang digunakan meliputi data PDRB per kapita, jumlah penduduk pertengahan tahun, sumbangan sektor pertanian,sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa yang diperoleh dari Badan Pusat statistik (BPS). 2. Definisi Oprasional PDRB Perkapita adalah Perbandingan nilai tambah dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi dalam suatu daerah dalam kurun waktu satu tahun dengan jumlah penduduk, dinyatakan dengan dalam satuan rupiah.

8 Penduduk adalah komponen sumberdaya strategis yang ada di suatu daerah, mencakup tenaga kerja, dihitung pada pertengahan tahun tertentu, dinyatakan dengan satuan orang. Sumbangan sektor adalah sumbangan masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB dalam waktu satu tahun, dinyatakan dalam satuan rupiah. Dalam penelitian ini sumbangan sektor dibagi menjadi Sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa 3. Metode Analisis Data a. Untuk mendiskripsikan secara kuantitatif ketimpangan distribusi pendapatan di kabupaten banjarnegara dihitung dengan menggunakan indeks Williamsons (susanti dalam badriah dkk, 2006): b. Untuk mengetahui pengaruh dari sumbangan masing-masing sektor terhadap PDRB per kapita di kabupaten Banjarnegara, digunakan model estimasi regresi linier berganda Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan metode ordinary least square (OLS) yang mengikuti asumsi kenormalan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yaitu penaksiran terbaik linear yang tidak bias.

9 c. Untuk menguji persamaan regresi dari data diatas maka digunakan beberapa cara pengujian adalah sebagai berikut: a) Uji Validitas Asumsi Klasik Uji ini digunakan untuk melihat apakah dalam model penelitian tersebut terdapat suatu penyimpangan asumsi klasik. Untuk itu dilakukan pengujian validitas asumsi klasik yang terdiri dari uji Multikolinieritas dengan menggunakan metode Klein, uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Spearman Rank Correlation, uji Autokorelasi dengan menggunakan metode Brewch Godfrey, uji Spesifikasi model dengan menggunakan uji Ramsey Reset, dan uji Normalitas (Ut). b) Uji Kriteria Statistik Uji statistik ini didasarkan pada teori statistik yang terdiri dari uji F (uji signifikansi simultan), uji t (signifikansi parameter individual),dan uji Determinasi (R 2 ) F. SISTEMATIKA PENULISAN berikut: Dalam penulisan skripsi ini tersusun sistematika penulisan sebagai BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

10 BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang landasan teori yang merupakan penjabaran dari kerangka yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi pendapatan dan factor-faktor yang mempengaruhinya. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang data dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, metode analisis data. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang deskripsi data, analisa data, hasil analisa, dan pembahasananya. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang perlu untuk disampaikan baik untuk obyek penelitian ataupun bagi penelitian selanjutnya.