BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ke tujuh sebagai penutup penelitian ini berisi ringkasan, simpulan, keterbatasan dan rekomendasi hasil penelitian. Ringkasan berisi gambaran ringkas penelitian; simpulan merupakan penarikan kesimpulan hasil penelitian; keterbatasan penelitian memuat batasan penelitian ini; sementara rekomendasi berisi saran-saran berdasarkan hasil penelitian. 7.1 Ringkasan SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Sebagai suatu sistem, SAKIP terdiri dari beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Menurut Perpres No. 29 Tahun 2014, penyelenggaraan SAKIP meliputi: rencana strategis, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, serta reviu dan evaluasi kinerja. Secara umum, SAKIP dikelompokkan menjadi empat komponen penting, yaitu perencanaan, pengukuran, pelaporan dan evaluasi kinerja. SAKIP dimulai dari perencanaan strategis yang meliputi penyusunan visi, misi, tujuan, dan sasaran. Perencanaan strategis tersebut kemudian dijabarkan dalam perjanjian kinerja yang dibuat setiap tahun. Perjanjian kinerja ini mengungkapkan target 78
79 kinerja yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan. Tahap selanjutnya adalah pengukuran kinerja, untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pada akhir periode, data kinerja tersebut dilaporkan dalam bentuk LAKIP. Informasi yang termuat dalam LAKIP tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi bagi perbaikan kinerja instansi secara berkesinambungan. Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah melaksanakan SAKIP sesuai peraturan yang berlaku. Evaluasi LAKIP Pemerintah Kabupaten Sleman untuk tahun 2011-2013 yang dilaksanakan oleh Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemeneg PAN & RB) berhasil mencapai nilai B. Hal ini menarik untuk dikaji secara mendalam khususnya mengenai fenomena munculnya teori Isomorfisma Kelembagaan dalam implementasi SAKIP di Kabupaten Sleman. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah adakah kesesuaian informasi (hubungan logis) dalam setiap komponen pendukung SAKIP Pemerintah Kabupaten Sleman, kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi logis tidaknya hubungan komponen SAKIP tersebut. Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apakah isomorfisma kelembagaan terjadi dalam implementasi SAKIP pada Pemerintah Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti dokumen RPJMD, RKT, Perjanjian Kinerja, LAKIP, dan dokumen pendukung lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara dilakukan dengan para pejabat
80 pengelola SAKIP, baik untuk tingkat kabupaten maupun tingkat SKPD. Hasil wawancara kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik untuk mendapatkan tema yang berkaitan dengan penelitian ini. Analisis dokumen SAKIP menggunakan model PB, yang terdiri dari LM dan analisis empat kuadran. Analisis LM dilakukan untuk menguji apakah telah terjadi kesesuaian informasi antara dokumen perencanaan hingga pelaporan yang terdiri dari dokumen RPJMD, RKT, Perjanjian Kinerja, dan LAKIP pada Pemerintah Kabupaten Sleman. Analisis empat kuadran akan menempatkan indikator kinerja sasaran pada peta indikator dengan dua pendekatan, yaitu uapaya dan dampak serta kuantitas dan kualitas. Selanjutnya dari hasil dokumentasi dan wawancara, disusunlah suatu simpulan dari hasil penelitan dengan mengemukakan keterbatasan penelitian. Selain itu, penulis mencoba memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait implementasi SAKIP di Kabupaten Sleman. 7.2. Simpulan Hasil analisis dan diskusi pada Bab VI dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan evaluasi, secara umum SAKIP Kabupaten Sleman sudah menunjukkan kesesuaian informasi (hubungan logis) dalam setiap komponen pendukungnya. Beberapa kekurangan yang ada, diantaranya terjadi perbedaan penempatan sasaran, walaupun secara substansial tidak mengakibatkan perbedaan. Dalam lingkup SKPD masih terdapat perbedaan jumlah target sasaran kinerja yang diakibatkan oleh kurangnya koordinasi dalam proses
81 penyusunan Perjanjian Kinerja yang belum mengakomodir perubahan rencana strategis. Hasil analisis empat kuadran memberikan gambaran bahwa indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Sleman sebagian besar masih berorientasi pada aspek penyediaan layanan, meskipun hanya berbanding tipis dengan indikator yang telah berorientasi pada manfaat komunitas (52%:48%). 2. Ada atau tidak adanya hubungan logika dalam komponen SAKIP di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini: a. Koordinasi yang baik b. Kemampuan sumber daya manusia c. Pemahaman terhadap peraturan perundangan 3. Pelaksanaan SAKIP di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman dipengaruhi oleh isomorfisma koersif, yaitu tekanan dari peraturan perundangan yang mewajibkan setiap instansi baik di tingkat SKPD maupun kabupaten untuk menyusun LAKIP. Selain isomorfisma koersif, pelaksanaan SAKIP juga dipengaruhi oleh isomorfisma normatif, yang dibuktikan dengan adanya komitmen para pejabat pelaksana SAKIP untuk lebih meningkatkan sasaran dan target kinerjanya. 7.3. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya berfokus pada implementasi SAKIP di lingkungan Kabupaten Sleman tanpa mengevaluasi apakah indikator kinerja yang
82 dilaporkan pada Pemerintah Kabupaten Sleman telah tercapai sebagaimana yang dilaporkan. 2. Penelitian hanya dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Sleman dengan karakteristiknya yang membuat hasil penelitian ini tidak bisa di generalisasi secara umum untuk pemerintah kota atau kabupaten di Indonesia, walaupun memiliki hasil evaluasi yang sama dari penilaian Kementrian PAN&RB. 7.4. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai berikut: 1. Penyusunan indikator kinerja untuk setiap dokumen menggunakan alat analisis LM agar informasi yang disediakan oleh SAKIP Kabupaten Sleman memiliki hubungan yang logis mulai dari perencanaan hingga pelaporan. 2. Indikator kinerja pemerintah Kabupaten Sleman sebaiknya disusun dengan fokus diarahkan untuk mencapai manfaat komunitas yang bisa dibuat dengan pemetaan analisis empat kuadran. 3. Pemerintah Kabupaten Sleman sebaiknya tetap melakukan pelatihan dan koordinasi yang berkesinambungan dengan melibatkan seluruh perwakilan yang berkepentingan dalam pelaksanaan SAKIP dengan melibatkan pihak akademisi yang berkompeten dalam hal penyusunan indikator kinerja yang baik dan benar.