BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN PEMERAH PIPI DARI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa Linn.) SEBAGAI PEWARNA DALAM BENTUK COMPACT POWDER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

FORMULASI SEDIAAN PEMERAH PIPI EKSTRAK AIR BUAH Syzygium cumini DALAM BENTUK COMPACT POWDER YULIA RIANI LETELAY

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK EKSTRAK ETANOL BIJI COKLAT (THEOBROMA CACAO L.) DALAM BENTUK LIKUID IKA PUSPITA SARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 meter, dapat hidup dengan baik di daerah dingin atau dataran tinggi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tumbuh berbagai macam flora, termasuk buah-buahan. Banyak

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR GAMBAR. Gambar Grafik Penurunan Kandungan Total Fenolik pada Buah Duwet. Gambar Grafik Penurunan Kadar Abu pada Buah duwet Menjadi

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 2. Kadar Air Minuman Serbuk Effervescent Buah Duwet

3 METODOLOGI PENELITIAN

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. parfum, lipstik, kuku dan cat kuku kaki, mata dan riasan wajah, gelombang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI PVP K 30 DALAM SEDIAAN MASKER WAJAH BENTUK GEL YANG MENGANDUNG EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

Bila dulu scrubbing hanya dapat dilakukan sekali-sekali saja, namun, zaman sudah mulai berubah. Sehingga scrubbing dapat dilakukan kapan saja,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) dan Pemanfaatannya sebagai Pewarna Alami dalam Sediaan Lipstik

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan, dipergunakan pada bagian badan untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta melindungi tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2008 a ). Menurut penggunaannya, kosmetika terbagi menjadi kosmetika perawatan dan kosmetika dekoratif/tata rias (Tranggono dan Latifah, 2007). Salah satu bentuk sediaan kosmetik dekoratif adalah pemerah pipi/rouge/blush on (Maruszewski, 1972). Pemerah pipi digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik dengan melekatkan pada kulit pipi (Departemen Kesehatan RI, 1985 a ), bertujuan memberikan rona segar dan memperjelas keindahan tonjolan tulang pipi, umumnya mempunyai warna yang menarik (Schlossman, 2001; Mitsui, 1997) sehingga peran zat warna sangat dibutuhkan dalam formulasi. Namun kenyataannya, penggunaan zat warna sintetik menimbulkan masalah kesehatan yaitu iritasi. Penelitian Widana dan Yuningrat (2007), menunjukan Rhodamine B/D&C Red No.19 dapat menimbulkan iritasi kulit karena menumpuk dalam lemak tubuh. Cara mengatasi masalah ini dengan memilih zat warna yang lebih aman dan tidak berbahaya bagi kulit, salah satunya dengan beralih ke zat warna yang berasal dari bahan alam. Zat warna alami selain lebih aman digunakan, akan menghasilkan intensitas warna lebih rendah sehingga memberikan kesan sejuk, natural, mewah dan menarik (Joshi and Pawar, 2015; Shivanand, Nilam and Viral, 2010). Salah satu bahan alam yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pewarna alami dalam sediaan pemerah pipi adalah buah Syzygium 1

cumini. Buah Syzygium cumini adalah buah tropis familia Myrtaceae di Indonesia yang dikenal dengan nama juwet, duwet, atau jamblang (Lestario, 2003). Kandungan buah Syzygium cumini kaya akan air mencapai 82,52% (Rohyani, Ariyanti dan Suripto, 2015), karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta kandungan bermanfaat lain (Chaudhary and Mukhopadhyay, 2012; Sehwag and Das, 2014). Warna ungu kehitaman pada buah Syzygium cumini menunjukan kandungan antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna dalam sediaan kosmetik (Lestario, 2003). Antosianin adalah golongan flavonoid, pigmen larut air yang menghasilkan warna merah sampai biru, tersebar luas dalam buah, bunga dan daun (Harborne, 1973; Jackman and Smith, 1996). Struktur antosianin tersusun atas ikatan rangkap terkonjugasi sehingga dapat menyerap cahaya pada rentang cahaya tampak (Harborne, 1973; Mateus and Freitas, 2009). Hal ini menunjukkan antosianin mampu menghasilkan warna dan dapat dijadikan alternatif pewarna alami. Penelitian ini memanfaatkan buah Syzygium cumini yang telah matang sebagai bahan baku penghasil antosianin dengan karakteristik buah ungu kehitaman dan tekstur yang halus. Buah Syzygium cumini matang mencapai waktu 63 hari setelah pembentukan bakal buah (Horticulture, 2015). Berdasarkan penelitian Lestario (2003), peningkatan kadar antosianin dalam buah Syzygium cumini seiring dengan peningkatan kematangan buah, dimana buah Syzygium cumini matang menunjukkan kandungan antosianin lebih tinggi dibandingkan buah Syzygium cumini yang belum matang. Kandungan antosianin tertinggi dalam buah Syzygium cumini terdapat pada bagian kulit dan daging buah (Tavares et al., 2016). Bagian kulit mengandung antosianin 731 mg/100g buah segar (b/b) dan dalam daging buah mengandung antosianin 161 mg/100g buah segar (b/b) (Sari dkk., 2009). Antosianin dengan kadar tertinggi dalam buah Syzygium 2

cumini yang telah diidentifikasi adalah delfinidin, petunidin dan malvidin dalam bentuk 3,5-diglukosida (Brito et al., 2007; Sari dkk., 2009). Selain sebagai pewarna, antosianin buah Syzygium cumini memiliki potensi sebagai antioksidan dan antibakteri (Azima, Noriham and Manshoor, 2014; Banerjee, Dasgupta and De, 2005; Maran, Priya and Manikandan, 2014). Penelitian oleh Sari (2013) telah menguji tentang penggunaan ekstrak kental buah Syzygium cumini yang difomulasikan sebagai pewarna lipstick dalam bentuk crayon dengan metode ekstraksi secara maserasi dengan menggunakan pelarut penyari air:etanol 70% (1:1) %v/v. Berdasarkan penelitian tersebut, konsentrasi ekstrak kental buah Syzygium cumini 20% merupakan konsentrasi terbaik dan maksimal dimana lipstik yang dihasilkan menunjukkan hasil yang memenuhi uji mutu fisik yaitu warna, bau, bentuk, dan ph sediaan tetap stabil selama masa penyimpanan di suhu kamar, memenuhi uji keamanan yaitu tidak menimbulkan iritasi saat diaplikasikan pada lengan panelis dan memenuhi uji efektifitas dengan menghasilkan warna saat dioleskan. Hal ini menunjukkan ekstrak buah Syzygium cumini dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam sediaan kosmetik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bentuk sediaan kosmetik tata rias lain, salah satunya adalah pemerah pipi/blush on/rouge. Konsentrasi ekstrak buah Syzygium cumini 20% digunakan sebagai acuan untuk mengetahui apakah pada konsentrasi tersebut mampu menghasilkan efektifitas yang sama jika diaplikasikan sebagai pewarna dalam sediaan pemerah pipi/blush on/rouge karena belum banyak pengembangan buah Syzygium cumini sebagai pewarna sediaan kosmetik. Sebelum dilakukan formulasi sediaan pemerah pipi, maka perlu dilakukan ekstraksi buah Syzygium cumini. Metode ekstraksi yang digunakan adalah perasan dimana metode ekstraksi ini sederhana, dapat 3

menjaga kestabilan bahan aktif serta dengan mempertimbangkan tingginya kandungan air pada buah Syzygium cumini (Rohyani, Ariyanti dan Suripto, 2015). Buah Syzygium cumini masak yang telah disortasi dipisahkan bagian kulit dan daging buahnya dari biji kemudian dihaluskan dengan menggunakan juicer. Hasil juicer akan ditetesi HCl 1N hingga ph 1. Penambahan HCl berguna mengkondisikan suasana asam sehingga mencegah kerusakan akibat oksidasi antosianin (Robinson, 1995) karena dalam lingkungan asam, antosianin berwarna merah dan lebih stabil (Sari dkk., 2005). Setelah itu, hasil juicer disaring untuk mengambil sarinya dan diuapkan. Ekstrak kental sebagai hasil pemekatan sari buah Syzygium cumini distandarisasi untuk mendapatkan kadar konstan antosianin dan mendapatkan ekstrak buah Syzygium cumini yang bermutu, aman dan bermanfaat sebagai bahan baku sediaan farmasi (DirJen POM, 2000). Bentuk sediaan pemerah pipi di pasaran meliputi dry rouge (loose or compact/ compact), wax rouge, cream rouge, liquid rouge (Mitsui, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007). Bentuk sediaan terpilih adalah bentuk dry rouge dimana memberi keuntungan yaitu dapat diaplikasikan pada semua jenis kulit, terutama untuk tipe kulit berminyak karena rendahnya kandungan minyak jika dibandingkan bentuk wax dan cream dan adanya bahan absorben mampu mengurangi kilap pada kulit wajah dengan mekanisme menyerap minyak dan keringat (Willkinson and Moore, 1982). Bentuk dry rouge terpilih adalah bentuk compact/compact rouge. Bentuk compact menunjukkan bentuk rouge yang telah dikompres menjadi padatan dan biasanya membutuhkan bahan tertentu untuk membentuk massa yang kompak yaitu pengikat (Mitsui, 1997). Compact rouge memiliki keuntungan dari bentuk loose rouge karena bentuknya yang padat sehingga mudah digunakan, dapat melekat lebih baik pada kulit serta mudah dibawa/portable (Mithal and Saha, 2000). Karakteristik compact 4

rouge antara lain memiliki sifat yang lembut bebas dari butiran kasar, mudah diaplikasikan, memiliki adhesivitas dan covering power yang baik pada kulit, serta homogen (Willkinson and Moore, 1982) sedangkan persyaratan kualitas compact rouge yaitu mudah tersapukan pada brush/kuas, tidak mengalami perubahan warna, memiliki kemampuan covering power, absorben dan adhesi yang baik, mudah dihapuskan dan tidak menetap/menodai kulit (Mitsui, 1997). Formula standar mengacu dari buku Harry s cosmeticology yaitu formula compact powder dengan metode kempa basah yang terdiri dari bahan-bahan seperti talk, kaolin, zink oksida, kalsium karbonat, pigmen dan binding agent/pengikat. Pemilihan formula didasarkan material dalam formula compact powder memiiki kesamaan dengan material pada pressed/compact rouge dan telah mewakili sifat bahan dan persyaratan yang diinginkan pada compact rouge, yang membedakan keduanya adalah jumlah kandungan zat warna/pigmen pada compact rouge lebih tinggi dibandingkan compact powder (Janousek, 1993; Schloosman and Feldman, 1970). Selain itu, metode kempa basah pada formulasi pemerah pipi adalah metode pengempaan yang menghasilkan massa lebih kompak dan mudah dibentuk menjadi sediaan pemerah pipi karena penambahan bahan pengikat basah meningkatakan adhesi sediaan (Mithal and Saha, 2000) serta proses pembasahan pada metode ini dapat menghasilkan warna yang lebih dalam atau pekat pada campuran massa bahan (Hollenberg, 2016). Dalam formula acuan, pigmen akan digantikan dengan memanfaatkan zat warna alam buah Syzygium cumini sebagai pewarna dalam sediaan compact rouge berdasarkan penelitian oleh Sari (2013) dengan konsentrasi 20%. Berdasarkan hasil percobaan dengan membandingkan penggunaan beberapa pengikat yaitu isopropil miristat dan isopropil palmitat maka pemilihan binding agent pada formula acuan akan digantikan dengan 5

isopropil miristat. Pemilihan ini didasarkan pada kemampuan isopropil miristat menghasilkan sediaan pemerah pipi yang dapat dioleskan. Hal ini terkait dengan adanya perbedaan rantai C pada isopropil miristat yang lebih rendah dibandingkan dengan isopropil palmitat sehingga mampu menurunkan nilai viskositas sehingga lebih mudah dan cepat menyebar dalam sediaan (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009), serta mampu mendistribusikan warna secara merata sehingga menghasilkan warna yang homogen pada sediaan pemerah pipi (Willkinson and Moore, 1982). Isopropil miristat memiliki sifat emollient dan tidak menimbulkan kesan berminyak/greasy (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Viskositas yang rendah akan meningkatkan kemampuan coating serbuk yang lebih baik sehingga akan meningkatkan adhesivitas dari serbuk. Efisiensi coating serbuk ini diukur dengan besar kecilnya sudut kontak serbuk, dimana sudut kontak kecil akan meningkatkan efisiensi coating dan meningkatkan adhesivitas serbuk. Penelitian Smikalla et al. (2011), menunjukkan sudut kontak isopropil miristat lebih kecil dari isopropil palmitat sehingga isopropil miristat dapat meningkatkan kemampuan adhesi dalam sediaan lebih baik dari isopropil palmitat. Kerapuhan dan kemampuan teroleskan merupakan parameter yang penting untuk sediaan compact. Parameter ini dapat tercapai dari pemilihan konsentrasi pengikat yang tepat dalam formulasi. Rendahnya konsentrasi pengikat dalam sediaan pemerah pipi menghasilkan sediaan pemerah pipi mudah pecah atau retak, sedangkan tingginya konsentrasi pengikat menghasilkan pemerah pipi yang sangat padat sehingga sulit untuk tersapukan pada brush atau kulit pipi dan menampilkan kesan berminyak (Riley, 2000; Schlossman, 2001). Konsentrasi isopropil miristat yang digunakan dalam sediaan pemerah pipi yaitu 0,5-5% (Liebert, 1982). Pertimbangan lain terkait golongan pengikat yang digunakan yaitu pengikat basah dan ekstrak yang digunakan adalah 6

ekstrak kental. Selain itu, adanya kandungan lain dalam ekstrak buah Syzygium cumini yaitu karbohidrat dengan presentase tinggi (Rohyani, Ariyanti dan Suripto, 2015; Patil, Thorat and Rajasekaran, 2012) yang dapat mengambil peran sebagai bahan pengikat sehingga jika pemilihan konsentrasi isopropil miristat berada pada rentang tinggi dapat menghasilkan sediaan pemerah pipi yang keras dan sulit diaplikasikan. Oleh karena itu, dalam formula modifikasi, konsentrasi isopropil miristat terpilih sebagai binding agent dalam sediaan pemerah pipi ekstrak buah Syzygium cumini menggunakan konsentrasi terendah berdasarkan rentang konsentrasi umumnya dalam sediaan pemerah pipi yaitu 0,5%, 0,75% dan 1,0%. Parameter uji sediaan pemerah pipi ekstrak buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder yang dilakukan meliputi uji mutu fisik terdiri dari organoleptis, homogenitas, kerapuhan, kekerasan (Riley, 2000), ukuran partikel (Mithal and Saha, 2000), dan ph (Departemen Kesehatan RI, 1985 a ) serta uji stabilitas. Uji efektivitas yaitu uji oles (Riley, 2000), uji keamanan berupa uji iritasi (Walters, 2002) dan uji aseptabilitas berupa uji kesukaan (hedonic test) yang dilakukan dengan bantuan panelis. Hasil evaluasi dianalisis dengan metode tertentu untuk menentukan sediaan pemerah pipi terbaik. Data parametrik antar bets yaitu uji ph, ukuran partikel dan kekerasan dianalisis dengan independent t-test dan antar formula dianalisis menggunakan metode one way anova untuk melihat pengaruh perbedaan konsentrasi isopropil miristat pada sediaan pemerah pipi. Apabila data menunjukkan perbedaan bermakna antar formula maka analisis dilanjutkan dengan post-hoc tukey. Data non parametrik antar bets yaitu uji oles dan uji kesukaan dianalisis menggunakan mann whitney dan antar formula dianalisis menggunakan metode kruskal-wallis (Jones, 2010). 7

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi isopropil miristat (0,5%, 0,75% dan 1,0%) sebagai pengikat terhadap persyaratan uji mutu fisik dan efektivitas sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder? 2. Formula terbaik manakah yang memenuhi persyaratan mutu fisik (homogenitas, ukuran partikel, ph, kerapuhan dan kekerasan), efektivitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi isopropil miristat (0,5%, 0,75% dan 1,0%) sebagai pengikat terhadap persyaratan uji mutu fisik dan efektivitas sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder. 2. Mengetahui formula terbaik yang memenuhi persyaratan mutu fisik (homogenitas, ukuran partikel, ph, kerapuhan dan kekerasan), efektivitas, keamanan dan aseptabilitas sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder. 1.4. Hipotesis Penelitian Perbedaan konsentrasi isopropil miristat (0,5%, 0,75% dan 1,0%) sebagai pengikat dapat mempengaruhi mutu fisik sediaan dan efektivitas sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder serta formula dengan konsentrasi isopropil miristat 0,75% merupakan formula terbaik yang memenuhi uji mutu fisik, uji efektifitas, uji keamanan dan aseptabilitas sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder. 8

1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait isopropil miristat yang dapat dijadikan sebagai bahan pengikat pada sediaan pemerah pipi bentuk compact powder dan konsentrasi terbaiknya sebagai pengikat dalam sediaan pemerah pipi ekstrak air buah Syzygium cumini dalam bentuk compact powder yang memenuhi mutu fisik, efektifitas, keamanan dan aseptabilitas sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam formulasi sediaan kosmetik. 9