PROFIL PENYALAHGUNAAN OBAT DEKSTROMETORFAN PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN TOMBARIRI TIMUR KABUPATEN MINAHASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel sebanyak 67 orang. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Farmaka Volume 15 Nomor 4 1

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

INTISARI EVALUASI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. Gusti Ayna Yulisa¹, Yugo Susanto2, Rony 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

Tirta Farma meliputi pemilik sarana apotek, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 5. Kegiatan promosi kesehatan kepada masyarakat perlu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

Kata Kunci : Persepsi Pasien, Mutu Jasa Pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Firdawati Amir Parumpu. Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu ABSTRACT

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN OBAT DI PUSKESMAS GADANG HANYAR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

PENDIRIAN PUSAT PELAYANAN INFORMASI OBAT UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN SARANA EDUKASI DI APOTEK UMM MEDICAL CENTER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS SERTA PENETAPAN KADAR TABLET FUROSEMIDA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK KIMIA FARMA NO.61 VETERAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

Jefrin Sambara, Ni Nyoman Yuliani, Yantri Bureni ABSTRAK

INTISARI GAMBARAN TEMPAT PENYIMPANAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP NARKOTIKA DI APOTEK KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

ANALISIS GEJALA EFEK SAMPING AMINOFILLIN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

Transkripsi:

PROFIL PENYALAHGUNAAN OBAT DEKSTROMETORFAN PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN TOMBARIRI TIMUR KABUPATEN MINAHASA Meriam Brigitha Roringpandey 1), Adeanne C. Wullur 2), Gayatri Citraningtyas 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 2) Program Studi Farmasi POLTEKES KEMENKES Manado ABSTRACT The dose of dextrometorphan often misused by some people. Excessive doses of dextrometorphan gives euphoria feeling, sense of calm, sight and hearing hallucination. The aim of this research was to find out the profile of dextrometorphan abused on sub district East Tombariri Society, Minahasa Regency. This research is a descriptive research. The research using interview method to 50 respondents which given 7 same and structured question on each respondents. The result shows that dextrometorphan abuse was occurred among youth in sub district East Tombariri Society, Minahasa Regency. Information about dextromethorphan were the knowledge to obtained drugs which did not fit distribution procedure and the purpose of drug uses to relieve stress. Dextrometorphana can be consumed a few youth grains per day and usually combined with alcohol drinks to accelerate the desired effect such as increase confidence, happiness, reduce burden, and free feeling. Key words : Drug abuse, Dextrometorphan, East Tombariri, Interview ABSTRAK Dosis dekstrometorfan sering disalahgunakan. Dosis yang berlebihan memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penyalahgunaan dekstrometorfan pada masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa. Jenis penelitian yaitu jenis penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan menggunakan metode interview (wawancara) kepada 50 responden yang diberikan 7 pertanyaan yang sama dan terstruktur. Hasil penelitian penyalahgunaan dekstrometorfan pada masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa terjadi di kalangan pemuda. Informasi mengenai penyalahgunaan dekstrometorfan yang diperoleh yaitu adanya pengetahuan mengenai cara memperoleh obat yang tidak sesuai dengan prosedur distribusi obat dan tujuan pemakaian menghilangkan stress. Dekstrometorfan dikonsumsi puluhan butir per hari dan sering dikombinasi dengan minuman beralkohol yang bertujuan untuk mempercepat efek yang diinginkan (meningkatkan kepercayaan diri, merasa senang, tidak memiliki beban, dan pikiran yang melayang-layang). Kata kunci : Penyalahgunaan obat, Dekstrometorfan, Tombariri Timur, Wawancara 129

PENDAHULUAN Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan, selain dapat membahayakan kesehatan, juga pemborosan waktu dan biaya karena harus melanjutkan upaya pengobatan ke pelayanan kesehatan lain, seperti puskesmas atau dokter swasta (Supardi dan Raharni, 2006). Penyalahgunaan obat ini terkait dengan masalah toleransi, adiksi atau ketagihan yang selanjutnya bisa berkembang menjadi ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri dari kebiasaan tersebut (Depkes RI, 2006). Dekstrometorfan termasuk dalam kategori obat bebas terbatas yang manfaatnya untuk menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial terutama pada kasus batuk pilek (Tjandra, 2010). Dekstrometorfan sering disalahgunakan dengan dosis yang berlebihan sehingga memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Intoksikasi atau overdosis dekstrometorfan dapat menyebabkan hipereksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, serta dapat menyebabkan depresi sistem pernapasan. Jika digunakan bersama dengan alkohol, efeknya bisa menjadi lebih berbahaya yaitu menyebabkan kematian (BPOM, 2012). Berdasarkan beberapa survey pada keadaan masyarakat yang ada di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa mengenai penggunaan obat dekstrometorfan, peneliti mendapati adanya penyalahgunaan obat dekstrometorfan oleh sebagian masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa khususnya dikalangan pemuda, seperti mengkonsumsi dalam jumlah banyak dan sering di kombinasikan dengan minuman beralkohol. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional mengadakan pencatatan terhadap subjek penelitian yang berbeda. Populasi yang diambil merupakan populasi finit atau populasi yang sudah diketahui secara pasti jumlahnya (Sangadji dan Sopiah, 2010). Populasi yakni masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa. HASIL DAN PEMBAHASAN Data karakteristik responden yang menyalahgunakan obat dekstrometorfan di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia Jenis kelamin Usia Laki-laki Perempuan 17 25 Tahun 26 35 Tahun 37 74% 13 26% 28 56% 22 44% Data jawaban responden yang menyalahgunakan obat dekstrometorfan di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa dapat dilihat pada Tabel 2. 130

Tabel 2. Jawaban responden tentang penyalahgunaan obat dekstrometorfan pada masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa berdasarkan pertanyaan megenai darimana responden mengetahui obat dekstrometorfan No. Pertanyaan Jawaban Jumlah 1 Dari mana anda mendapatkan dekstrometorfan? a. Teman b. Petugas kesehatan 23 27 46% 54% 2 Tujuan mengkonsumsi dekstrometorfan? a. Coba-coba tanpa mengetahui efek b. Coba-coba dan menghilangkan stress c. Coba-coba dan meningkatkan 3 43 4 6% 86% 8% kepercayaan diri 3 Berapa jumlah obat yang dikonsumsi sehari? a. 10 20 butir b. 21 30 butir c. 31 40 butir 41 8 1 82% 16% 2% 4 5 6 7 Mengkombinasikan dengan minuman beralkohol, bersoda, tanpa kombinasi? Tujuan dikombinasikan dengan minuman beralkohol/bersoda? Berapa lama efek obat mulai bereaksi? Efek apa yang dirasakan? a. Tanpa kombinasi b. DMP + minuman beralkohol c. DMP + minuman bersoda a. Mempercepat efek dari obat dekstrometorfan b. Tanpa alas an a. 10 menit b. 20 menit c. 40 menit a. halusinasi penglihatan, pikiran yang melayang-layang, merasa pusing b. pikiran tidak fokus, merasa senang, merasa tidak memiliki beban 7 41 2 43 7 10 34 6 44 6 14% 82% 4% 86% 14% 20% 68% 12% 88% 12% Dari hasil wawancara kepada masing-masing responden mengenai penyalahgunaan dekstrometorfan dengan mengajukan 7 pertanyaan yang telah diberikan. Dari pertanyaan nomor satu mengenai Dari mana obat dekstrometorfan didapatkan? jawaban yang diberikan oleh 23 responden adalah dari teman, 27 responden menjawab dari tenaga kesehatan. Obat dekstrometorfan merupakan salah satu golongan obat bebas terbatas yang dalam hal ini masih bisa diperoleh dengan tanpa resep dokter. Sistem distribusi obat bebas dan bebas terbatas yang ideal didistribusikan ke sarana pelayanan seperti apotek, instalasi farmasi, praktek bersama dan toko obat. Dalam hal ini obat bebas dan obat bebas 131

terbatas harus didistribusikan ke saranasarana pelayanan farmasi yang telah memiliki izin menyimpan obat-obatan untuk dijual secara eceran di tempat tertentu dan telah mempekerjakan seorang tenaga farmasis seperti apoteker ataupun asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis farmasi (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1331/Menkes/Sk/X/2002). Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen (pasien) mengenai terjaminnya mutu obat yang sampai ke tangan pasien, serta dapat melakukan advokasi terhadap pasien dengan memberikan segala informasi terkait obat yang dikonsumsi (cara pemberian, efek samping, dan interaksi obat). Dilihat dari pertanyaan nomor dua mengenai Tujuan awal responden mengkonsumsi dekstrometorfan? 3 responden menjawab untuk coba-coba tanpa mengetahui efek. 43 responden menjawab untuk coba-coba dan menghilangkan stress, 4 responden menjawab untuk coba-coba dan membangkitkan kepercayaan diri. Umumnya pada kalangan pemuda memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Dengan sedikit keinginan yang menggairahkan, maka pemuda bisa terjebak untuk mencoba apakah benar efek dekstrometorfan enak atau tidak. Keinginan untuk mencoba-coba itu dapat menjebak orang untuk terus menyalahgunakan obat dekstrometorfan. Obat dekstrometorfan memiliki efek yang sama halnya dengan narkoba, yaitu menawarkan kenikmatan dan ketenangan dengan candunya, itulah yang dibutuhkan oleh jiwa-jiwa yang penat dengan masalah. Dekstrometorfan bisa menyingkirkan masalah-masalah rumit dari otak sehingga banyak orang menyalahgunakan obat dekstrometorfan sebagai obat penenang atau obat untuk menghilang rasa stress (BPOM, 2012). Dilihat dari pertanyaan nomor tiga mengenai Berapa jumlah obat yang dikonsumsi sehari? 41 responden menjawab 10-20 butir/hari atau setara dengan 150-300mg/hari, 8 responden menjawab 21-30 butir/hari atau setara dengan 315-450mg/hari, dan 1 responden menjawab 31-40 butir/hari atau setara dengan 465-600mg/hari. Dekstrometorfan biasanya diminum sesuai kebutuhan, dalam 1 tablet dekstrometorfan berisi 15mg. Dosis lazim dekstrometorfan untuk dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari dan anak diatas 12 tahun adalah 10mg-20mg tiap 4 jam atau 30mg tiap 6-8 jam, dan tidak lebih dari 120mg dalam satu hari. Pada penggunaan dengan dosis lazim efek samping yang pernah muncul seperti mengantuk, pusing, gangguan pencernaan, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan rasa kering pada mulut dan tenggorokan (BPOM, 2012). Dilihat dari pertanyaan nomor empat mengenai Sering dikombinasikan dengan minuman beralkohol, minuman bersoda atau tidak dikombinasikan? 7 responden menjawab tidak mengkombinasikan, 41 responden menjawab dikombinasikan dengan minuman beralkohol, dan 2 responden menjawab dikombinasikan dengan minuman bersoda. Obat sebaiknya diminum dengan cairan dan tidak berupa padat ditelan, seperti misalnya menelan tablet atau kapsul ataupun obat puyer. Adanya cairan akan mempercepat pembebasan zat aktif dari bentuk sediaannya dan juga memudahkan disolusi sehingga obat juga mudah diabsorpsi, obat yang kental akan menjadi encer. Kedua faktor di atas akan memudahkan transit di lambung. cairan yang umum untuk meminum obat adalah air, sekitar setengah atau satu gelas. Cairan yang mengandum alkohol dapat mempengaruhi efek obatobat tertentu, terutama obat-obat yang tergolong sedative-hipnotik dan obat yang memberikan depresi pada susunan saraf pusat akan meningkatkan kerja depresinya (sinergisme). Air yang banyak mengandung gula dan cairan buah yang asam misalnya dapat memperlambat obat dalam lambung, sehingga nantinya absorpsi bahan obat yang bersifat basa 132

diperlambat. Sebaliknya minuman yang mengandung gas mempercepat pengosongan lambung, karena sebagian komposisi minuman bersoda yang terdiri atas asam sitrat, natrium sitrat, perisa lemon lime dan pengawet natrium benzoat yang dapat mempercepat peningkatan asam di lambung (Weinbroum, et all, 2006). Dilihat juga dari pertanyaan nomor lima mengenai Tujuan mengkombinasikan dengan minuman beralkohol? 43 responden menjawab untuk mempercepat efek dari obat dekstrometorfan. Penyalahgunaan dekstrometorfan sering terjadi. Penyebabnya selain murah obat ini juga mudah didapat. Penyalahgunaannya antara lain adalah konsumsi dalam dosis besar (berpuluh-puluh butir) atau mengkonsumsinya bersama alkohol atau narkoba. Kombinasi dekstrometorfan dengan alkohol yang digunakan oleh responden menimbulkan efek stimulan ringan yang cepat karena secara farmakologi obat yang larut dalam alkohol akan mempercepat proses ionisasi sehingga mudah berikatan dengan reseptor dan cepat memberikan efek (dosis tepat menghasilkan efek terapi, dosis lebih menghasilkan efek toksik) (Harkness, 1989). Jika dekstrometorfan di kombinasikan dengan alkohol maka efek samping yang akan muncul lebih cepat dan dapat mengakibatkan keracunan bahkan menimbulkan kematian (BPOM, 2012). PENUTUP Kesimpulan Penyalahgunaan obat dekstrometorfan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya di kalangan pemuda yang ada di kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasa dapat dilihat dari hasil penelitian rekaman dan notulensi, sumber obat yang didapat berasal dari petugas kesehatan setempat, tujuan penyalahgunaan untuk coba-coba dan menghilangkan stress. Dalam satu hari obat dekstrometorfan dapat dikonsumsi beberapa puluh butir dan sering dikombinasikan dengan minuman Dilihat dari pertanyaan nomor enam mengenai Lama obat mulai bereaksi? 10 responden menjawab 10 menit, 34 responden menjawab 20 menit, dan 6 responden menjawab 40 menit obat mulai bereaksi. Dalam tubuh, dekstrometorfan diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dengan kadar serum maksimal dicapai dalam 2,5 jam. Efek yang timbul cepat, seringkali 15-30 menit setelah pemberian oral. Waktu paruh obat ini adalah 2-4 jam dan lama kerjanya adalah 3-6 jam. Metabolisme dekstrometorfan telah diketahui dengan baik dan telah diterima secara luas bahwa aktivitas terapeutik dekstrometorfan ditentukan oleh metabolit aktifnya yaitu dekstorfan (Rahmatika, 2013). Dilihat dari pertanyaan terakhir mengenai Efek apa yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat dekstrometorfan? 44 responden menjawab halusinasi penglihat, pikiran yang melayang-layang dan merasa, 6 responden menjawab pikiran tidak fokus, merasa senang dan merasa tidak memiliki beban. Efek yang muncul dibagi dalam 4 tingkatan yang pertama dosis 100 200mg, timbul efek stimulasi ringan, kedua dosis 200 400mg, timbul efek euforia dan halusinasi, ketiga dosis 300 600mg, timbul efek perubahan pada penglihatan dan kehilangan koordinasi motorik dan yang ke empat dosis 500 1500mg, timbul efek sedasi disosiatif (BPOM, 2012). beralkohol yang bertujuan untuk mempercepat efek yang diinginkan seperti meningkatkan kepercayaan diri, merasa senang, tidak memiliki beban, dan pikiran melayang-layang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta. 133

Anonim. 2011. ISO (Informasi Obat Indonesia) Volume 45. Ikatan Apoteker Indonesia: Jakarta. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto: Jakarta. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Info POM : Mengenal Penyalahgunaan Dekstrometorfan. BPOM RI: Jakarta. Bonauli, Nina. 2010. Pengaruh Pemberian Dekstrometorfan Dosis Bertingkat Per Oral Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar. Universitas Diponegoro: Semarang. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia. 2006. Profil Kesehatan Indonesia. Survey tenaga Kesehatan: Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan: Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan: Jakarta. Estuningtyas, A. dan Arif, A. 2008. Obat lokal. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi. 5 th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Hardjosaputra, P, Purwanto L, Kemalasari T, Kunardi L, dkk. 2008. Data Obat di Indonesia. PT. Muliapurna Jayaterbit: Jakarta. Putra Bayu Prasta. 2010. Pengaruh Pemberian Dekstrometorfan Dosis Bertingkat Per Oral Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Wistar. Universitas Diponegoro : Semarang. Rahmatika, Fitrianingsi. 2013. Zat-zat yang terkandung dalam obat batuk. Universitas Diponegoro : Semarang Sangadji, E. M. dan Sopiah. 2010. Metode Penelitian (Pendekatan Praktis Dalam Penelitian). Andi: Yogyakarta Supardi, Sudibyo dan Raharni. 2006. Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan dalam pengobatan sendiri keluhan demam, sakit kepala, batuk dan flu (HasH analisis lanjut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Jurnal Kedokteran Yarsi 14(1): 06/-069 (2006). Tjandra, Aditya. 2010. Pengaruh Pemberian Dekstrometorfan Dosis Bertingkat Per Oral Terhadap Gambaran Histopatologi Otak Tikus Wistar.Universitas Diponegoro : Semarang Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2008. Obat-obat Penting. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia : Jakarta 134