BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga pada umumnya terdiri dari suami atau ayah, istri atau ibu, serta anakanak

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

Lampiran 1 Cara pengukuran variabel Tujuan Hidup dan Cita-cita : Variabel ini terdiri dari 10 butir pertanyaan dengan skala likert 1-5.

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I. tugas-tugas kerumahtanggaan, misalnya mendidik, merawat, dan membesarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BABI PENDAHULUAN. Kekerasan da1am Rumah Tangga merupakan suatu persoa1an yang serius.

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerugian yang ditimbulkan lebih besar dari pada manfaat yang akan terjadi,

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencangkup. kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kenikmatan dan pelengkap kebahagiaan dalam keluarga. Anak merupakan titipan

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengendara sepeda motor setiap tahunnya mengalami peningkatan yang

LAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

KEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak, kekerasan yang terjadi pada anak dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2008 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 6.295 kasus atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.520 kasus (http://www.mediaindonesia.com/read diakses pada 10 Juli 2009). Dari data angka kekerasan di atas, menunjukkan masih banyak anak yang mengalami kekerasan. Kekerasan berasal dari kecenderungan bawaan bersikap agresif satu sama lain. Lorenz (1966, 1974) berpendapat bahwa agresi muncul disebabkan adanya insting berkelahi (fighting instinct) bawaan yang dimiliki oleh manusia. Menurut Bandura & para ahli teori lainnya (Parke & Slabg, 1983) agresi sebenarnya merupakan suatu anggapan sosial tentang berbagai tingkah laku, tidak terlepas dari pemahaman dalam mengartikan suatu bentuk perilaku yang dilakukan kepada kita. Dapat dikatakan kekerasan merupakan bentuk agresi seseorang yang dapat muncul dengan berbagai cara dan dapat dilihat dalam tindakan yang berbeda. Contohnya ketika orang tua bertengkar sehingga perilaku agresif muncul atau 1

2 ketika ibu ingin istirahat dan melihat anak saling berteriak dan membuat kegaduhan, sehingga ibu marah lalu menjewer dan memukul pantat anaknya. kondisi yang dialami ibu tersebut melahirkan reaksi kemarahan dan akibatnya melakukan kekerasan atau agresi seperti memukul dan menjewer. Memukul dan menjewer sering kali dilakukan orang tua dalam mendisiplinkan anak agar anak tidak berani berbuat nakal lagi. Perilaku agresif yang diperlihatkan tersebut tanpa disadari dapat mempengaruhi tingkah laku anak terhadap orang lain. Karena semua perilaku orang tua dan anggota keluarga yang lain memiliki efek terhadap apa yang akan anak pelajari terhadap hubungan dengan orang lain (O Leary, 1995). Oleh karena itu peran keluarga dalam kehidupan anak sangat penting terutama peran seorang Ibu. Karena ibu lebih sering berinteraksi dengan anak dibandingkan ayah, sehingga perilaku agresif juga cenderung dilakukan oleh seorang ibu. Seperti beberapa contoh kasus di bawah ini yang merupakan sebagian kecil perilaku agresif yang terjadi di wilayah X Tangerang : Kasus I Seorang ibu sedang memarahi anak perempuannya karena belum mengerjakan PR yang seharusnya dikumpulkan siang itu juga. Saat marah sang ibu mengucapkan kata- kata yang kasar seperti, bego banget sih kenapa sekarang baru ribut, kemarin diam saja ditanya ada tugas apa engga?, Tolol, emang monyet nie anak satu. Atau ada juga percecokan antara anak laki- laki dengan ibunya dengan menggunakan kata- kata kasar seperti anjing, monyet, babi, dan kata- kata kotor lainnya. (Hasil observasi di perumahan X, Pada bulan September 2009).

3 Kasus II B seorang ibu rumah tangga mengatakan bahwa anak adalah anugrah yang diberikan Allah yang harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. saya sayang sama anak tapi kalau anak sudah mulai nakal wajarlah dimarahi atau dipukul, untuk mendidik anak biar nurut (wawancara pribadi, pada bulan oktober 2009). Berdasarkan kasus di atas, yaitu kasus I dan II merupakan perilaku agresif pada anak. Pada kasus I perilaku agresif yang muncul tidak berupa fisik seperti memukul, mencubit, menampar tetapi secara verbal yaitu berupa kata-kata kasar, yang dapat menyakiti perasaan anaknya. Kata-kata yang menyakitkan tersebut biasanya bermakna melecehkan kemampuan anak atau memberi julukan negatif kepada anak sehingga akan membawa dampak jangka panjang terhadap perasaan anak dan akhirnya dapat mempengaruhi citra diri anak (http://nurfahmi.wordpree.com/2008/03/16/dampak-kekerasan-verbal-terhadapanak/ diakses pada 07 Juni 2009). Pada kasus II dapat disimpulkan bahwa perilaku seperti memarahi, memukul merupakan hal yang wajar apabila digunakan untuk mendidik anak agar menjadi disiplin. Hal tersebut disebabkan karena adanya pembiasaan yang membolehkan pemberian hukuman fisik kepada anak dalam rangka menekankan kepatuhan anak kepada orang tua. Pada kenyataannya, perilaku tersebut belum tentu efektif untuk perkembangan anak. Namun demikian ada juga ibu yang menyayangi dengan selalu memberi perhatian pada anaknya, seperti kasus yang lain seperti di bawah ini:

4 Kasus III Y seorang ibu yang tinggal di perumahan X dan tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Y juga seorang wanita karier yang masih bekerja, mengaku jengkel dengan perilaku anak pertamanya yang telah berusia 13 tahun. Y mengaku memberikan perhatian yang lebih pada anak laki-lakinya itu dengan menelepon (wawancara pribadi, oktober 2009). Pada kasus ke III dapat disimpulkan bahwa dalam merawat dan mendidik anak tidak perlu dengan cara yang agresif seperti memukul atau memarahi anak. Dilihat dari beberapa kasus di atas dapat disimpulkan pelaku agresif pada anak tidak lain masih dalam lingkup keluarga. Di dalam keluarga siapa saja dapat melakukan perilaku agresif termasuk ibu, seperti contoh yang terjadi pada kasus I dan II penggunaan kata-kata kasar pada anak, memukul atau sering memarahi anak dapat menyebabkan anak merasa rendah diri dan merasa tidak dicintai. Berbeda dengan yang terjadi pada kasus III di mana Ibu tidak berperilaku agresif dalam mendidik anaknya. B. Identifikasi Masalah Salah satu peran Ibu dalam keluarga adalah sebagai pelindung, yang mendidik anak dan juga turut serta dalam membentuk perilaku anak. Namun tidak jarang perilaku agresif terjadi ketika seorang Ibu sedang mendidik dan mengasuh anaknya. Misalnya ketika anak sedang berkelahi dan melerai kedua anaknya tanpa sadar ibu akan bereaksi dengan menjewer salah satu atau memukul. Adanya keinginan agar anak diam, atau tidak berkelahi lagi menjadi alasan untuk membenarkan perilaku agresif yang dilakukan. Setiap ibu memiliki gaya penerapan dalam mendidik anak secara berbeda-beda. Ada yang terbiasa

5 menggunakan kata-kata kasar seperti memaki, mengganti nama anak dengan istilah-istilah kasar pada anak, seperti yang terjadi di perumahan X. Namun, sebaliknya ada ibu-ibu yang penuh perhatian, menjaga tingkah laku lebih terhormat tanpa menunjukkan perilaku agresif. Pada umumnya, ibu menginginkan anaknya tumbuh cerdas, berperilaku sopan, mengedepankan etika, berkepribadian terpuji, dan menjadi orang. Jika anak terlihat nakal menurut persepsi mereka, maka ibu serta-merta memarahi dan memberikan kritik pedas kepada anak. Dengan tujuan mengarahkan anak, ibu menggunakan cara-cara kekerasan dalam pola pendidikannya. Perilaku agresif meskipun bermaksud mendidik, tanpa disadari justru berdampak negatif bagi kepribadian anak. Dengan melihat adanya perilaku agresif yang muncul maka peneliti ingin mengetahui Gambaran Perilaku Agresif Ibu di Wilayah Perumahan X Tangerang C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui gambaran tinggi rendahnya tingkat perilaku agresif Ibu di perumahan X Tangerang. 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat perilaku agresif Ibu di perumahan X Tangerang berdasarkan data penunjang seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak.

6 3. Untuk mengetahui dimensi dominan dari perilaku agresif ibu di perumahan X Tangerang. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Untuk memberi masukan pada bidang psikologi perkembangan dan sosial yang berhubungan dengan perilaku agresif. b. Memberikan wawasan dan informasi bagi generasi penerus yang nantinya akan menjadi seorang ibu. 2. Kegunaan Praktis a. Memberikan informasi pada orang tua khusunya ibu mengenai dampak dari perilaku agresif. b. Memberikan informasi agar ibu lebih memperhatikan tingkah lakunya dalam mengasuh dan merawat anak. E. Kerangka Berpikir Semua interaksi orang tua dan anggota keluarga yang lain memiliki efek terhadap yang dipelajari anak melalui hubungannya dengan orang lain (O Leary, 1995). Seperti hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Pediatrics menunjukkan, bahwa ketika anak berusia tiga tahun dan mendapat perlakuan kasar, kemungkinan besar si kecil akan berperilaku agresif saat ia berusia lima tahun (http://www karyatulis ilmiah.com diakses pada 19 November 2012). Hal tersebut memungkinkan anak untuk berperilaku sesuai dengan apa yang

7 dilakukan oleh orang tua pada saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, peran ibu sangat penting dalam membesarkan anak, diantaranya harus memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak, merawat dan mendidik anak, dan juga sebagai pemberi contoh teladan bagi anak (Gunarsa & Gunarsa, 2004). Apabila ibu menunjukkan perilaku agresif maka, tidak menutup kemungkinan anak akan melakukan hal yang sama (dalam Baron & Byrne, 2004). Ada beberapa penyebab yang memicu perilaku agresif diantaranya : Pertama faktor sosial yaitu hal-hal yang berhubungan dengan individu lain, antara lain relasi dengan orang tua yang tidak harmonis dan penuh kekerasan memberikan pengalaman tidak menyenangkan sehingga mempengaruhi perilaku agresif ibu saat ini, selain itu relasi dengan orang lain yang penuh konflik juga dapat memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan. Kedua yaitu faktor pribadi atau trait yang memicu perilaku agresif muncul bisa karena kondisi fisik ibu yang sedang kelelahan karena bekerja mengurus rumah seharian, atau frustasi karena melihat rumah berantakan dan anak yang tidak bisa diatur, yang dapat memicu agresi muncul. Terakhir faktor situasional, yaitu perilaku manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan atau situasi. Faktor-faktor situasional ini dapat berupa kondisi yang dapat menyebabkan perilaku agresif muncul seperti saat ibu berada di luar ruangan dengan suhu udara sangat panas dan ketika ibu baru kembali ke rumah

8 melihat kondisi rumah yang berantakan sehingga cepat memicu kemarahan dan kemudian memicu perilaku agresif. Hal hal seperti tersebut di atas dapat menyebabkan munculnya perilaku agresif. Secara umum Buss (dalam Morgan, 1986 dan Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu: Agresi rasa benci atau agresi emosi (Hostille Aggression) adalah perilaku agresif yang muncul tanpa mempedulikan resiko tingkah laku yang dilakukan. Sementara itu, agresi yang dilakukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain biasa disebut Instrumental Aggression. Dapat dikatakan dalam penelitian ini perilaku agresif yang dilakukan merupakan cara individu untuk mencapai tujuan tertentu, dan agresi bisa menjadi sarana untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Buss dan Perry (1992) telah mengidentifikasi empat faktor atau komponen agresi yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, atau kebencian. Agresi fisik (memukul, merusak), dan agresi verbal (menghina, melukai perasaan orang lain), yang mewakili komponen perilaku motorik (konatif). Kemarahan (Anger) yang merupakan komponen emosional atau afektif (mudah kesal, mudah tersinggung, tidak mampu mengontrol perasaan marah dan tidak sabaran dan balas dendam), dan kebencian (Hostility) yang komponen kognitif (iri hati prasangka buruk, membuang muka, benci, perasaan curiga). Dengan demikian ibu yang memiliki perilaku agresif tinggi akan cenderung untuk memukul, menjewer anak, membentak anak, ataupun melakukan

9 tindakan dalam bentuk agresi lainnya bila anak tidak bisa diatur. Sementara itu, ibu yang memiliki perilaku agresif rendah cenderung memberikan perhatian pada anak, dapat mengendalikan dirinya untuk tidak memukul anak bila anak melakukan kesalahan sehingga dapat menjaga tingkah laku lebih terhormat tanpa menunjukkan perilaku agresif. Ibu Faktor Sosial Faktor Situasional Faktor Pribadi Perilaku agresif yang dilakukan oleh ibu - Fisik Verbal Kemarahan Kebencian Perilaku agresif Tinggi Perilaku agresif Rendah Bagan 1.1 Kerangka Berpikir