BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,"

Transkripsi

1 BAB ll KAJIAN TEORI 2.1 Perilaku Agresif Pengertian perilaku agresif Pengertian secara umum agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang di lakukan oleh suatu organisme terhadap oranisme lain, obyek lain atau bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata, sementara pada tingkat manusia masalah agresi sangat kompleks karena adanya peranan perasaan dan proses-proses simbolik (Sarason,1967). Baron dan Richardson (Krahe,2005) mengusulkan penggunaan istilah agresi untuk mendiskripsikan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti pada agresi permusuhan atau keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif. Sedangkan Baron (dalam koswara,1988) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang di tunjukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu:tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

2 Istilah agresi inidapat di bedakan offensive aggression yaitu agresi yang tidak secara langsung di sebabkan oleh perilaku orang lain. Yang di lawankan dengan retaliatory aggresion yaitu agresi yang merupakan respon terhadap provokasi orang lain. Berdasarkan pada niatnyaberdasarkan instrumental aggresion yang terjadi ketika agresi adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu,sementara angry aggresion adalah perilaku agresi yang melibatkan keadaan emosional seseorang yang sedang marah. Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang di lakukan individu untuk melukai atau menyakiti individu lain dengan cara kekerasan secara verbal atau non verbal, dan korban tidak menghendaki atas perilaku tersebut Faktor Pengarah dan Pencetus Agresi (2009) yaitu Faktor pengarah dan pencetus agresi menurut Dayakisni dan Hudaniah 1. Deindividuasi Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi lebih intens, khususnya Lorenz mengamati efek dari penggunaan teknik-teknikdan senjata modern yang membuat tindakan aggresi sebagai tindakan non-emosionalsehingga agresi yang di lakukan menjadi lebih intens.

3 2. Kekuasaan dan Kepatuhan Peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat di pisahkan dari salah satu aspek penunjang kekusaan itu, yakni kepatuhan (complience). Bahkan kepatuhan itu sendiri di duga memiliki pengaruh yang kuat tehadap kecenderungan dan intensitas agresi individu. 3. Provokasi Sejumlah teroris percaya bahwa provokasi bisa mencetuskan agresi, karena provokasi itu oleh pelaku aggresi dilihat sebagai ancaman yang harus di hadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang disyaratkan oleh ancaman itu (Moyer,1971). Kecenderungan menggunakan provokasi sebagai dalih untuk melakukan agresi meskipun provokasi itu tidak bersifat mengancam. Dalam berbagai kasus, pelaku agresi bahkan menggunakan provilkasi yang di ciptakannya sendiri sebagai pembenar atau dalih bagi agresi yang dilakukannya. 4. Pengaruh Obat-obatan Terlarang (Drug effect) Mengkonsumsi alkohol dalam dosis tinggi tinggi akan memperburuk proses kognitif terutama pada informasi yang kompleks dan menyebabkan gangguan kognitif (cognitive disruption), yaitu mengurangi kemampuan seseorang seseorang untuk mengatasi atau bertahan dalam situasi-situasi yang sulit. Gangguan kognitif ini khusunya mempengaruhi reaksi terhadap isyarat-isyarat (cues) yang samar, sehingga lebih mungkin mereka akan melakukan interpretasi yang salah tentang perilaku orang.

4 Berbeda dengan alkohol, marijuana biasanya mengakibatkan perasaan senang, ephoria, dan jarang di kaitkan dengan tindakan kekerasan Faktor-faktor yang Mengurangi Hambatan untuk Berperilaku Agresif a. Rendahnya kesadaran diri (self-awarennes) Rendahnya kesadaran diri dapat mengurangi hambatan (inhibition) untuk berperilaku agesi. Adanya anonimitas,tingginya arousal emosional, kekaburan tanggung jawab, dan keanggotaan dalam suatu kelompok yang kohesif dapat menyebabkan berkurangnya kesadaran publik maupun kesadaran diri pribadi. Rendahnya kesadaran diri publik menghasilkan perasaan tertentu sehingga seseorang tidak lagi mempertimbangkan orang lain dan merasa tidak perlu atau tidak memiliki kebutuhan untuk takut terhadap kecaman atau tidak memiliki kebutuhan untuk takut terhadap kecaman atau pembalasan dendam atas perilakunya (disinhibition). Rendahnya kesadaran diri pribadi membimbing pada keadaan deindividuasi (tidak merasa dirinya sebagai individu yang unik), yang mengakibatkan perhatianya menjadi lebih rendah terhadap pikiran,prasaan,nilai-nilai,dan standar perilaku yang di milikinya. Karena itu, rendahnya kesadaran diri baik kesadaran diri publik maupun kesadaran diri pribadi akan meningkatakan kesempatan terjadinya perilaku agresi, karena kendali yang di pusatkan pada agresi melemah.

5 b. Dehumanisasi Hambatan untuk tidak menyakiti orang lain juga dapat menjadi rendah jika seseorang mengangap atau melihat target person dari tindakan agresinya itu bukan sebagai manusia (sebagai setan,binatang) atau melakukan dehumanisasi pada korban. Adanya dehumanisasi ini mengurangi perasaan bersalah dan kecemasan sehingga pelaku agresi menjadi kurang peka terhadap atau tidak empati terhadap penderitaan si korban. c. The culture of Honor Bermula dari penelitian Richard Nisbett & Dove Coven yang menemukan adanya perbedaan tingkah laku agresi secara regional anata Amerika Selatan dan Amerika utara, dimana kecenderungan tingkat kekerasan di Amerika Latin lebih tinggi daripada Amerika Utara. Menurut Nisbett & Cohen (dalam Gillovich, et.al., 2006), hal ini dapat di jelakan karena adanya perbedaan kultur. Orangorang Amerika Selatan memiliki nilai kultur yang di sebut dengan cultur of honor,yakni menekankan berlebihan atas kejantanan, ketangguhan, dan kesediaan/kemauan serta kemampuan untuk membalas kesalahan atau hinaan dari orang lain demi untuk mempertahankan kehormatan. Sehingga mereka,menjadi lebih sensitif terhadap hinaan atau ancaman yang mengarah pada kehormatan diri, dan hal ini membangkitkan suatu kewajiban untuk

6 merespon dengan kekerasan untuk melindungi atau memantapkan kembali kehormatanya Aspek-Aspek Perilaku Agresif Buss dan Perry (1992) menyatakan bahwa ada empat aspek perilaku agresif yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan : a) Agresi fisik adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang yang dilakukan secra fisik. b) Agresi verbal adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain berupa perkataan atau percakapan. c) Kemarahan adalah reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi dan dicirikan oleh reaksi kuat pada system syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatik, dan secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatic atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan. d) Permusuhan adalah kecenderungan ingin menimbulkan kerugian, kejahatan, gangguan atau kekerasan pada orang-orang lain dan kecenderungan melontarkan ras kemarahan pada orang lain Bentuk-Bentuk perilaku agresif Byrne (dalam Kisworowati, 1992), membedakan agresi menjadi dua yaitu agresi fisik yang dilakukan dengan cara melukai atau menyakiti

7 badan dan agresi verbal yaitu agresi yang dilakukan dengan mengucapkan kata-kata kotor atau kasar. Pendapat lain kemukakan oleh Buss & Perry (dalam Ekapeni, 2001) menurut Buss ada delapan perilaku agresif yaitu: a. Agresi fisik aktif yang dilakukan secara langsung misalnya menusuk, memukul, mencubit. b. Agresi fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menjebak untuk mencelakakan orang lain. c. Agresi verbal aktif yang dilakukan secara langsung misalnya menolak melakukan sesuatu. d. Agresi verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalny mencaci maki orang lain. e. Agresi verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menyebarkan gosip tidak baik tentang orang lain. f. Agresi verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalnya tidak mau bicara dengan orang lain. g. Agresi verbal pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya diam saja meskipun tidak setuju.

8 2.2 Kecerdasan Sosial Pengertian Kecerdasan Sosial menurut Goleman (2006) kecerdasan sosialadalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Orang dengan kecerdasan sosial tinggi tidak akan menemui kesulitan saat memulai suatu interaksi dangan seseorang.atau sebuah kelompok baik kelompok kecil maupun besar. Ia dapat memanfaatkan dan menggunakan kemampuan otak dan bahasa tubuhnya untuk membaca teman bicaranya Aspek-Aspek Kecerdasan Sosial menurut Goleman (2006) Kecerdasan sosial dapat di kategorikan menjadi dua kategori : yaitu kesadaran sosial dan social facilty. Kesadaran sosial, yaitu kesadaran sosial atau kepekaan kita terhadap sesama. Dan social facilty, yaitu apa yang kita lakukan dengan kesadaran itu sendiri. 1) Kesadaran Sosial Kesadaran sosial mengarah pada sebuah spectum dan yang secara tidak langsung merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain: memahami perasaan dan pikirannya untuk ikut terlibat dalam situasi yang sulit. Kesadaran sosial ini meliputi : 1. Primal Emphaty (Empati terpenting) perasaan terhadap seorang yang lain,merasakan tanda isyarat emosi 2. Attunement (penyesuaian / Adaptasi) Mendengarkan dengan kemauan penuh membiasakan diri mendengarkan seseorang 3. Empathic accurary (Empati yang tepat) Memahami pikiran gagasan,

9 perasaan dan kehendak orang lain. 4. Social cognition (Kesadaran sosial) Mengetahui bagaimana kehidupan bersosialisasi terjadi 2) Kecakapan Sosial Secara sederhana yakni merasakan perasaan orang lain, atau sekedar tahu apa yang mereka pikirkan ataupun inginkan, tidak sama sekali menjamin sebuah keberhasilan dalam suatu interaksi. Kecakapan sosial terbentuk dalam kesadaran sosial untuk memenuhi sebuah interaksi yang lancar dan efektif. Spektrum kecakapan sosial meliputi: 1. Synchrony (Sinkroni) : Menginteraksikan dengan lancar pada level non verbal. 2. Self Presentation (Presentasi Diri Pribadi) : Mempresentasikan diri sendiri dengan efektif. 3. Influence ( Pengaruh) : Menghadirkan jalan keluar dari interaksi sosial. 4. Concern ( Peduli) : Peduli terhadap orang lain sesuai dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing individu. Kesadaran sosial dan kecakapan sosial dua-duanya mencakup jangkauan mulai dari dasar, kapasitas yang rendah, hingga mencakup artikulasi yang kompleks. Oleh karena itu, sinkroni dan primal empati tergolong dalam kapasitas rendah, sementara empati yang tepat dan pengaruh bercampur antara tinggi dan rendah. Dan sama lembutnya dengan beberapa keterampilan yang mungkin terlihat, terdapat jumlah yang mengejutkan tentang ujian-ujian dan skala untuk menilainya.

10 2.2 Penemuan yang relevan Wulandari (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta dengan hasil yang menunjukan nilai rxy 0,421 dengan p= 0,001(p<0,01) dengan angka tersebut membuktikan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. 2.3 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adanya hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maupun mental. Perilaku agresi yang diukur adalah berupa bentuk agresi fisik

BAB II LANDASAN TEORI. maupun mental. Perilaku agresi yang diukur adalah berupa bentuk agresi fisik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agresivitas 2.1.1 Pengertian Agresivitas Buss & Perry (1992) menyatakan agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif pada Siswa 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Siswa Sobur (2009) Agresif adalah mengekspresikan pikiran, perasaa dan keyakinan kita dengan cara yang kurang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Bullying merupakan salah satu dari manifestasi perilaku agresif, Krahe (dalam Suharto, 2014) menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis manifestasi

Lebih terperinci

BAB lv HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sejumlah 30 siswa agar layak dan cukup memenuhi kriteria sampel skripsi.

BAB lv HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sejumlah 30 siswa agar layak dan cukup memenuhi kriteria sampel skripsi. BAB lv HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas XA Jurusan Perhotelan, karena siswa tersebut memiliki perilaku bullying tertinggi dai banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang tidak hanya mengajarkan peserta didiknya pengetahuan secara kognitif akan tetapi juga mengajarkan kepada peserta didiknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Sosial 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Sosial Menurut Goleman (2006) kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresif A.1. Pengertian Perilaku Agresif Agresif merupakan istilah yang berasal dari kata sifat agresi, yang digunakan secara luas untuk menerangkan sejumlah besar tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling AGRESIF VERBAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY WISMASARI 16713251012

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Agresi 2.1.1. DefinisiPerilaku Agresi Menurut Scheneiders (1955) perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal

Lebih terperinci

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala 1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri Anda. 2. Isilah kolom kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X ) 3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering

BAB I PENDAHULUAN. tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini para remaja yang sedang masa transisi mengalami banyak tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering dipercaya tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas 1. Pengertian Agresivitas Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Tingkah laku agresif adalah tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berusia antara 7 sampai 15 tahun.anak usia sekolah adalah anak- anak yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berusia antara 7 sampai 15 tahun.anak usia sekolah adalah anak- anak yang 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia Sekolah 2.1.1 Pengertian Anak Usia Sekolah Menurut WHO (World Health Organization) adalah golongan anak yang berusia antara 7 sampai 15 tahun.anak usia sekolah adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan

Lebih terperinci

AGRESI: asal-usul, sebab, & penanggulangannya.

AGRESI: asal-usul, sebab, & penanggulangannya. AGRESI: asal-usul, sebab, & penanggulangannya. AGRESI 1. Perspektif Teoritis ttg Agresi 2. Determinan Agresi manusia 3. Agresi dalam hubungan jangka panjang: agresi di tempat kerja 4. Pencegahan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri.dalam sepanjang rentang kehidupan, dapat dipastikan bahwa manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri.dalam sepanjang rentang kehidupan, dapat dipastikan bahwa manusia tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa agresivitas manusia tidak dapat dihilangkan dari muka bumi ini, karena agresivitas merupakan potensi yang ada dalamdiri manusia itu sendiri.dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak RINGKASAN SKRIPSI A. PENDAHULUAN Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia persilatan memang sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan pencak silat yang tampak terlihat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran paling besar terhadap tumbuh kembang anak, terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak memulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

MARAH Abstrak A. DEFINISI

MARAH Abstrak A. DEFINISI MARAH Oleh : Weny Hastuti, S.Kep.*, Wahyono, S.Kep.,Ns. * Abstrak Marah yang dialami oleh individu merupakan reaksi emosional akut ditimbulkan sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghindari perlakuan itu (Krahe, 2005, pp ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghindari perlakuan itu (Krahe, 2005, pp ). A. Agresivitas 1. Pengertian Agresivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Baron dan Richardson (1994, hlm. 7) mereka mengusulkan penggunaan istilah agresi untuk mendeskripsikan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.

BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI A.1 Pengertian Perilaku Agresi Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Agresif 2.1.1 Pengertian Perilaku Agresif Secara umum, Sarason (dalam Dayakisni, 2009) agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang berkualitas. Maka untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

PROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL

PROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL PROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL Oleh: ANNISA CITRA FADILLAH NIM. 09060082 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk memenenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Sarjana S1 Psikologi Oleh: Dony Sinuraya F. 100 030 142 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA 1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : 10502140 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANGGOTA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANGGOTA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) KABUPATEN BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANGGOTA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA (SATPOL PP) KABUPATEN BANYUMAS Oleh : M. Ali Nurdin Alumni Fakultas Psikologi - Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian perilaku bullying Randall (2002) berpendapat bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu. Menurut Azwar (1999) penelitian eksperimental semu adalah jenis penelitian yang meniru kondisi penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku agresif suporter sepak bola. ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku agresif suporter sepak bola. ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku agresif suporter sepak bola Dalam penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti Perilaku Agresif suporter sepak bola Persegres Gresik United dikarenakan peneliti ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini juga sering disebut sebagai masa transisi dimana remaja memiliki keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah golongan intelektual yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan diharapkan nantinya mampu bertindak sebagai pemimpin yang terampil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku masa remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI SMA N 1 NGAGLIK SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI SMA N 1 NGAGLIK SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI SMA N 1 NGAGLIK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP AGRESIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMOWONO

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP AGRESIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMOWONO PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP AGRESIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMOWONO Antonia Rinda Kurniasari Sumardjono Padmomartono Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini bagi masyarakat, aksi-aksi kekerasan baik yang dilakukan secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi kekerasan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia menjalani kehidupan sehari-hari pasti akan mempunyai permasalahan. Setiap permasalahan dihadapi secara baik/konstruktif. Apabila kesehatan mentalnya terganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU

UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU METODE TOKEN ECONOMY UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU (THE TOKEN ECONOMY METHOD TO REDUCE THE AGGRESIVE BEHAVIOUR OF DEAF CHILDREN) Risvi Rayhani Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF

2015 EFEKTIVITAS STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah remaja dalam bahasa Latin disebut adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Istilah remaja telah digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

Mengatasi Prilaku Agresif pada Siswa Oleh: Drs. Atang Setiawan, M.Pd.

Mengatasi Prilaku Agresif pada Siswa Oleh: Drs. Atang Setiawan, M.Pd. Mengatasi Prilaku Agresif pada Siswa Oleh: Drs. Atang Setiawan, M.Pd. A. Latar Belakang Masalah Rasanya tidak ada seorangpun anak adam di muka bumi ini yang tidak pernah berperilaku agresif, hanya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Agresivitas. menginginkan adanya perilaku tersebut. Buss dan Perry (dalam Bryant & Smith 2001)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Agresivitas. menginginkan adanya perilaku tersebut. Buss dan Perry (dalam Bryant & Smith 2001) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Agresivitas 1. Definisi Agresivitas Baron (2004) mengatakan yang dimaksud dengan agresif adalah tingkah laku individu yang maksudkan untuk melukai atau menyakiti individu lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perbuatan yang bersifat kekerasan atau kasar terhadap yang lain

BAB II LANDASAN TEORI. perbuatan yang bersifat kekerasan atau kasar terhadap yang lain BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresi 1. Definisi Perilaku Agresi J.S Badudu dalam bukunya Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (dalam Nadeak, 2003) mengatakan bahwa agresi adalah tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2003).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci