BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB III PENUTUP. dilakukanlah penelitian hukum normatif dengan melacak data-data sekunder

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala, 2002, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta,, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung,

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

BAB III PENUTUP. Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Tahun wisma maupun kediaman duta pada Pasal 22 dan 30.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI

DAFTAR PUSTAKA. J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1718 (2006), Rekomendasi 7 FATF (2016), dan PERATURAN BERSAMA PEMBEKUAN ASSET (2017)

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM Pengertian Mengenai Embargo Senjata. telah dibuat, yaitu misalnya dengan pemberian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat

DAFTAR PUSTAKA. A. Sumber Buku

URGENSI DAN EFEKTIVITAS PENGATURAN PENCEGAHAN PENDANAAN PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DISAMPAIKAN OLEH: DR. DIAN EDIANA RAE WAKIL KEPALA PPATK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai salah satu subyek hukum internasional memegang

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Indonesia pada 1 Januari 2007 resmi sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

Eksistensi Mahkamah Internasional Sebagai Lembaga Kehakiman Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PENGARUH RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1874 (2009) TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA

SILABUS. Mata Kuliah : Hukum Pidana Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2081 SKS : 2 : Ir. Bambang Siswanto, S.H., M.Hum

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hasil analisis mengenai Peran ILO terhadap Pelanggaran. HAM berupa Perdagangan Orang yang Terjadi Pada ABK telah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

Keywords: Role, UNCITRAL, Harmonization, E-Commerce.

BAB III PENUTUP. dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang. negara yang melanggar aturan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Shimoda 1855 adalah perjanjian resmi pertama Rusia-Jepang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL. Wahyuningsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

DAFTAR PUSTAKA. Ak, Syahmin, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT.

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka dapat. disimpulkan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding dalam penelitian ini ada dua. Kajian pustaka pertama yang digunakan

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.

KEDUDUKAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENGADILI PERKARA KEJAHATAN KEMANUSIAAN. Rubiyanto ABSTRACT

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

BAB I PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN ORGANISASI INTERNASIONAL 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral

Pada umumnya hukum internasional membedakan sengketa internasional atas sengketa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam mengatur kehidupan serta pergaulan masyarakat internasional.

Pengertian dan Penggolongan Organisasi Administrasi Internasional

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lebih dikenal sebagai United Nations

BAB II KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALM HUKUM INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dan keamanan internasional. PBB/United Nations lahir pada tanggal 24

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI KEKUATAN BERSENJATA OLEH PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALAM MENJAGA PERDAMAIAN DUNIA MELDA THERESIA S

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini diuraikan dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 5 Tahun

PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM PROSES PENYELESAIAN KONFLIK INTERNASIONAL

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

JURNAL. Diajukan Oleh : BENEDICTUS MEGA HERLAMBANG NPM : Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

Penulisan Hukum (Skripsi)

BAB I. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Hal yang. yang tercantum dalam Preambule yaitu :

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

JURNAL PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA NUKLIR IRAN

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Mata Kuliah HUKUM INTERNASIONAL

Transkripsi:

BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam bagian pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut. Dewan Keamanan berdasarkan kewenangannya yang diatur dalam Bab VII piagam PBB telah menyepakati Resolusi 1874 (2009) sebagai respon terhadap uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara pada tanggal 25 Mei 2009. Resolusi tersebut menegaskan tindakan Korea Utara tersebut sebagai ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait sebelumnya serta ketentuan-ketentuan hukum internasional mengenai pengembangan nuklir. Sehubungan dengan itu Dewan Keamanan menetapkan sejumlah tindakan yang perlu diambil serta sanksi ekonomi terhadap Korea Utara dengan tujuan untuk memaksa negara tersebut menghentikan dan melucuti program pengembangan senjata nuklirnya. Akan tetapi sampai sejauh ini Resolusi 1874 (2009) belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki ketika dikeluarkannya resolusi tersebut. Korea Utara menolak resolusi tersebut dan terus melanjutkan upayanya untuk mengembangkan senjata nuklir. Hal ini disebabkan karena tindakan-tindakan dan sanksi yang diatur dalam Resolusi 1874 (2009) belum cukup tegas dan keras agar

dapat secara efektif menekan dan memaksa Korea Utara untuk tunduk dan memenuhi tuntutan dalam Resolusi tersebut. Kelemahan dari resolusi 1874 (2009) ini sendiri dilatarbelakangi oleh sikap beberapa anggota tetap Dewan Keamanan yakni China dan Rusia yang cenderung melindungi Korea Utara dikarenakan adanya kepentingan politik dan ekonomi dari kedua negara tersebut. B. SARAN Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengambil tindakan yang lebih tepat dan efektif dalam menyelesaikan masalah pengembangan nuklir Korea Utara maka anggota-anggota tetap Dewan Keamanan harus terlebih dahulu menyamakan persepsinya mengenai tingkat ancaman dari tindakan Korea Utara tersebut terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Untuk itu maka masalah perdamaian dan keamanan internasional harus ditempatkan diatas kepentingan ekonomi dan politik. 2. Dewan Keamanan harus mengambil tindakan yang lebih serius baik melalui upaya dialog maupun tindakan pemaksaan (misalnya embargo ekonomi dalam skala yang lebih besar) untuk dapat membujuk ataupun memaksa Korea Utara untuk menghentikan dan melucuti program pengembangan persenjataan nuklirnya.

3. Penentuan dan pelaksanaan tindakan yang lebih serius sebagaimana dimaksud dalam poin 2 harus dilakukan secara cermat dan hati-hati dengan mempertimbangkan kompleksnya situasi yang meliputi masalah tersebut, termasuk sikap Korea Utara yang cenderung arogan dan nekat dalam menanggapi tindakan-tindakan yang ditujukan untuk melucuti program nuklir negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Buku Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung. Huala Adolf, 2006, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta. Sri Setianingsih Suwardi, 2004, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI- Press, Jakarta. ---------------------------------, 2006, Penyelesaian Sengketa Internasional, UI-Press, Jakarta. Starke. J.G, 2008, diterjemahkan oleh Bambang Iriana Djajaatmaja, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta. Sugeng Istanto. F, 1998, Hukum Internasional, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Sumaryo Suryokusumo, 1987, Organisasi Internasional, UI-Press, Jakarta. ------------------------------, 1997, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Alumni, Bandung. Syahmin AK., 1988, Masalah-Masalah Aktual Hukum Organisasi Internasional, CV.ARMICO, Bandung. United Nations, 2000, Basic Facts About the United Nations, United Nations, New York. Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 2001, Balai Pustaka, Jakarta. Internet http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_nuclear.html, diakses tanggal 28 September 2009. www.iaea.org, IAEA missions and programmes, diakses tanggal 24 September 2009. www.wikipedia.com, North Korea and weapons of mass destruction, diakses tanggal 28 September 2009. --------------------------, Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, diakses tanggal 5 November 2009. --------------------------, Senjata nuklir, diakses tanggal 12 September 2009. www.securitycouncilreport.org, diakses tanggal 5 November 2009. Peraturan hukum internasional Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (Charter of The United Nations). Statuta IAEA (IAEA Statute). Treaty On Non-Proliferation Of Nuclear Weapons. Resolusi Dewan Keamanan 1874 (2009). Resolusi Dewan Keamanan 1718 (2006).