BAB I PENDAHULUAN. alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.penggunaan tanah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sistem otonomi yang diberlakukan oleh bangsa Indonesia merupakan

LAPORAN. Penelitian Individu

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan tanah perkebunan. Sedangkan yang digunakan untuk. bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai sejarah pembentukan berbeda dengan wilayah provinsi yang lain

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional (HTN), memberikan ruang yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia merupakan negara yang agraris. Suasana

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

LARANGAN PRODUKSI MINUMAN - BERALKOHOL 2014 PERDA KAB. KOLAKA UTARA NO. 1, LD. 2014/NO. 1, LL SETDA KAB

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memutuskan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Tanah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri daerahnya. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

PENGISIAN GUB & WAGUB

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

BAB II KONSEP WEWENANG ADMINISTRASI PERTANAHAN BAGI PENYELENGGARAAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa yang wajib kita jaga dan kelola dengan sebaik-baiknya

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia terkenal dengan sebutan Archipelago yang hilang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 23 Januari 1942 merupakan catatan penting bagi masyarakat Provinsi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Tujuan pembangunan itu dapat tercapai, bila sarana-sarana dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pokok permasalahan utama. Instruksi Gubernur tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

LEMBAGA KEARSIPAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Oleh : Rusidi, Arsiparis Madya BPAD DIY.

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012)

BAB I PENDAHULUAN. membangun rumah dan masih banyak lagi. diundangkannya UUPA, yaitu tanggal 24 September


BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

EKSISTENSI TANAH KASULTANAN (SULTAN GROUND) YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA UU No. 5 / 1960

BAB I PENDAHULUAN. tanah tidak lagi mengandalkan kepada tanah-tanah yang luas tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I LATAR BELAKANG

- 3 - MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BALI.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. tentang pemanfaatan tanah sangat penting. sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut, seluruh

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara de facto, Daerah Istimewa Yogyakarta lahir sejak dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor

POLITIK HUKUM PERTANAHAN BAGI WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UU NOMOR 5 TAHUN 1960

PENDAHULUAN. atau gabungan antara sumber daya alam hayati (mikro flora dan mikro fauna

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. antara Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang. pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa mempunyai fungsi

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 184 / 02 / IV /2016

BAB I PENDAHULUAN. tanah dapat menimbulkan persengketaan yang dahsyat karena manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB V IMPLIKASI TERHADAP LEMBAGA KELURAHAN DAN HAK ULAYAT ATAS TANAH EKS DESA

BAB I P E N D A H U L U A N. aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bertempat tinggal serta melanjutkan kehidupannya. Menurut Santoso (2005 :

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan manusia akan tanah dimulai ketika manusia hidup sampai dengan meninggal. Di wilayah Republik Indonesia, tanah adalah bagian kekayaan alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.penggunaan tanah di Indonesia yang beraneka ragam antara lain untuk keperluan perumahan, pertanian, pertambangan, pariwisata, dll. semakin menegaskan bahwa tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan bangsa dan Negara. Penguasaan tanah berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 adalah sebagai berikut: Bumi, Air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Atas dasar Pasal tersebut, di dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria(UUPA) disebutkan mengenai kewenangan dari hak menguasai Negara sebagai berikut: a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antaraorang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

2 c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antaraorang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenaibumi, air dan ruang angkasa. Pelaksanaan hak menguasai negara atas tanah dapat dikuasakan atau dilimpahkan kepada daerah-daerah swatantra (pemerintah daerah) dan masyarakat-masyarakat Hukum Adat. Seperti yang tercantum pada Pasal 2 ayat (4) UUPA yang menyebutkan: Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakatmasyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah. Dalam Diktum Keempat huruf A UUPA menyatakan bahwa Hakhak dan wewenang-wewenang atas bumi dan air dari Swapraja atau bekas Swapraja yang masih ada pada. waktu mulai berlakunyaundang-undang ini hapus dan beralih kepada Negara.Akan tetapi, maksud dari Diktum Keempat tersebut tidak bisa serta merta diterapkan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk itu, sejak tanggal 1 April 1984 UUPA berlaku secara efektif sepenuhnya di DIY berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun1984 Tentang Pemberlakuan Sepenuhnya UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan mulai berlaku secara efektif sejak tanggal 24 September 1984, berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri No.66 tahun 1984. Dalam penyelenggaran tanah di DIY pada awalnya tidak pernah ada tanah negara. Semua tanah negara di DIY adalah tanah Sultanat yang semenjak kemerdekaan Indonesia diberikan kepada pemerintah daerah.

3 Selain itu, tanah milik Keraton Yogyakarta dibagi menjadi dua, yaitu tanah Kasultanan (Sultan Ground) dan tanah Kadipaten (Pakualaman Ground). Tanah Kasultanan adalah tanah milik Kasultanan yang meliputi tanah keprabon dan tanah bukan keprabon yang terdapat di Kabupaten/Kota dalam wilayah DIY, sedangkan tanah Kadipaten adalah tanah milik Kadipaten yang meliputi tanah keprabon dan tanah bukan keprabon yang terdapat di Kabupaten/Kota dalam wilayah DIY. 1 Oleh karena sifatnya yang istimewa,daerah Istimewa Yogyakarta diberikan kewenangan istimewa dalam penyelenggaran Pertanahan oleh Pemerintah RI dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.Dalam Pasal 33 ayat (4) menyebutkan bahwa Pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten oleh pihak lain harus mendapatkan izin persetujuan Kasultanan untuk tanah Kasultanan dan izin persetujuan Kadipaten untuk tanahkadipaten. Selain itu, Pemerintah DIY juga menerbitkan peraturan turunan dari UU Nomor 13 Tahun 2012, yaitu Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdais) Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dalam perdais tersebut mengamanatkan pelaksanaan kewenangan pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten yang melibatkan Pemerintah, Pemerintah Daerah, 1 Lihat Pasal 1 Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

4 Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa. Sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 49 Perdais Nomor 1 Tahun 2013, yang mengatur sebagai berikut: Pengelolaan dan pemanfaatan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dengan melibatkan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa. Lalu di dalam penjelasan Pasal 49 tersebut dijelaskan juga bahwa: Keterlibatan Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan dan pemanfaatan meliputi proses penataausahaan, pemeliharaan, pelestarian, pelepasan dan pengawasan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten. Dewasa ini, banyak tanah Kasultanan di kabupaten Gunung Kidul yang digunakan untuk usaha pariwisata. Diketahui dari beberapa sumber 2, antara lain surat kabar Tribun Jogja 31 Januari 2014, pengelolaan beberapa petak tanah SG yang tersebar di sepanjang pesisir pantai mulai dari Pantai Sundak hingga sisi timur Pantai Indrayanti sudah beralih dari pemegang hak kekancingankepada investor. Keberadaan tanah SG yang belum bisa memberikan manfaat yang banyak kepada warga mengakibatkan banyak warga yang mengalihkannya kepada investor. Hak kekancingan adalahhak memanfaatkan lahan Sultan Ground (SG) dan Pakualaman Ground (PAG) yang berbentuk surat dan di dalamnya memuat klausul bahwa pemegang surat kekancingan dilarang mendirikan bangunan 2 Dikutip dari Surat Kabar Tribun jogja, tanggal 31 Januari 2014

5 permanen, tanah magersari 3 tidak bisa diperjual belikan, dan bersedia mengembalikan tanah bila sewaktu-waktu diminta. 4 Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.selanjutnya, di dalam ketentuan yang samakepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. 5 Oleh karena itu, sudah seharusnya Pemerintah Daerah berhak mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan di daerahnya masing-masing. Hal ini sejalan dengan dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyebutkan bahwa: Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 3 Magersari dapat diartikan sebagai hak pakai atau hak sewa tanah Kasultanan yang diberikan oleh keraton. 4 Alit Mranani, Keberadaan Sultan Ground Sebagai Dasar Pertanahan Keraton Kasultanan Di Indonesia, http://program.ivaa-online.org/keberadaan-sultan-ground-sebagai-dasar-pertanahankeraton-kasultanan-di-indonesia-2/ diakses tanggal 29/04/2015 pukul 11:47 5 Lihat Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

6 Keberadaan tanah Kasultanan di sepanjang pesisir pantai Gunung Kidul yang banyak dimanfaatkan sebagai tempat usaha pariwisata, mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah tanah Kasultanan yang berada di DIY. Untuk itu, diperlukan izin penguasaan tanah Kasultanan untuk membatasi jumlah tanah Kasultanan yang dimanfaatkan untuk usaha pariwisata. Seperti yang diamanatkan Pasal 49Perdais Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakartamemberikan kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul untuk melaksanakan perizinan penguasaan tanah Kasultanan. Meski begitu, keterlibatan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul hanya sebatas memfasilitasi penatausahaan, pemeliharaan, pelestarian, pelepasan, dan pengawasan tanah Kasultanan 6, sedangkan kewenanangan mengeluarkan hak kekancingan tetap berada pada lembaga Keraton Yogyakarta. Seperti yang dikutip dari dari surat kabar Joglosemar 7,Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY, Tavip Agus Rayanto mengatakan untuk perizinan tanah SG dan PAG, Pemda hanya sebatas memfasilitasi saja. Terkait hak untuk mengeluarkan hak kekancingan, tetap menjadi kewenangan pihak Puro Pakualaman dan Keraton Yogyakarta. 6 Lihat pasal 50 Perdais Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 7 Dikutip dari Surat Kabar Online Joglosemar, http://edisicetak.joglosemar.co/berita/penggunaantanah-keraton-harus-izin-resmi-3713.html diakses tanggal 29/04/2015 pukul 14:05

7 Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk membuat penulisan hukum dengan judul PEMBERIAN PERIZINAN PENGUASAAN TANAH KASULTANAN UNTUK USAHA PARIWISATA DI KAWASAN PESISIR PANTAI SUNDAK, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DIY. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemberian perizinan penguasaan tanah Kasultanan untuk usaha pariwisata di kawasan pesisir Pantai Sundak, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY? 2. Bagaimana status hak penguasaan atas tanah untuk usaha pariwisata di kawasan pesisir Pantai Sundak, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif adalah tujuan yang berasal dari penulis sendiri. Penulisan hukum ini ditujukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan hukum dalam rangka memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahuidan menganalisisbagaimana pemberian perizinan penguasaan tanah Kasultanan untuk usaha pariwisata di

8 kawasan pesisir Pantai Sundak, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY. b. Untuk mengetahui dan menganalisisstatus hak penguasaan atas tanah untuk usaha pariwisata di kawasan pesisir Pantai Sundak, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY. D. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis, penelitian dengan judul Pemberian Perizinan Penguasaan Tanah Kasultanan Untuk Usaha Pariwisata Di Kawasan Pesisir Pantai Sundak, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY belum pernah dilakukan. Selama penelusuran melalui perpustakaan dan internet, penulis menemukan penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini sebagaimana tesis Magister Kenotariatan karya Suhartono M.Kn., Universitas Gadjah Mada, pada tahun 2014 dengan judul: Pengelolaan Tanah Kasultanan (Sultan Ground) Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.Pada Tesis tersebut mengambil rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengelolaan Tanah Kasultanan setelah berlakunya UU No. 13 Tahun 2012? b. Hal-hal apa saja yang akan timbul berkenaan dengan pengelolaan tanah Kasultanan setelah berlakunya Undang-undang No. 13 tahun 2012?

9 Berdasarkan penelusuran penulis, tesis karya Suhartono diatas berbeda dengan penulisan hukum yang hendak diteliti oleh penulis. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian di atas adalah dari lokasi penelitiannya. Penelitian dalam tesis di atas bertempat di Kota Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian yang hendak dilakukan oleh Penulis bertempat di Kabupaten Gunung Kidul. Perbedaan kedua adalah mengenai fokus penelitian. Dalam penelitian diatas, yang menjadi fokus penelitian adalah pengelolaan tanah Kasultanannya setelah berlakunya UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan dalam penulisan hukum yang ditulis oleh penulis disini lebih terfokus pada pemberian perizinan penguasaan tanah Kasultanan. Dengan demikian penulisan hukum yang disusun oleh penulis merupakan penulisan hukum yang asli. Penelitian ini justru dapat melengkapi penelitian yang mengangkat topik yang serupa. E. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Akademis Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap persoalan hukum yang terjadi di atas tanah Kasultanan sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang hukum Agraria.

10 2. Kegunaan Praktis Penulisan hukum ini diharapkan dapat menjadi gambaran, masukan, dan saran bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan tanah Kasultanan untuk usaha pariwisata. Selain itu penulisan hukum ini juga diharapkan menjadi gambaran terhadapkinerja stakeholder yang berwenang memberikan izin/perizinan penguasaan tanah Kasultanan untuk usaha pariwisata di kawasan pesisir Pantai Sundak, kabupaten Gunung Kidul.