BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nugroho (2006) menjelaskan bahwa menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Kemunduran fisik yang di alami saat memasuki usia tua ditandai dengan kulit keriput, rambut memutih (beruban), gigi ompong, fungsi pendengaran berkurang, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan gerakan tubuh yang tidak proporsional. Lanjut usia (lansia) adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang (Murwani, 2011). Pertambahnya usia, baik pada pria maupun wanita adalah usia lansia. Secara biologis, lansia akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap serangan penyakit. Secara ekonomi, lansia umumnya lebih dipandang sebagai beban dari pada sumber daya. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran dalam keluarga atau masyarakat. Secara sosial, kehidupan lansia sering dipersepsikan secara negatif, atau tidak memberikan manfaat banyak bagi keluarga dan masyarakat. Secara psikologis,

2 lansia cenderung mudah lupa, emosi tidak stabil, serta mudah merasa bosan dan kesepian sebagai akibat dari berkurangnya interaksi dengan lingkungan sosial (Suryamin, 2015). Perubahanperubahan yang terjadi pada lansia membuat keluarga semakin meningkatkan pengetahuan mengenai kualitas hidup lansia. Pengetahuan yang dimiliki keluarga, membuat keluarga dapat mengambil sikap yang tepat dalam pemberian perawatan pada lansia. Menurut Suliha dalam Naryani (2009), perubahan struktur sosial masyarakat, dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Dukungan keluarga menjadi unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat yaitu rasa aman, nyaman, dan jaminan perawatan. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan usia lanjut. Apabila mendapat dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan lebih meningkat (Stuart dan Sundeen dalam Noorkasiani 2009). Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia tahun 2013 sampai tahun 2015 jumlah penduduk mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada tahun 2013 berjumlah 248,8 juta jiwa, sedangkan tahun 2014 berjumlah 252,2 juta jiwa, dan pada tahun 2015 berjumlah 255,5 juta jiwa (Suryamin, 2015). Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah yang berumur 60 tahun keatas dari tahun

3 2013-2015 juga mengalami peningkatan. Dari total penduduk pada tahun 2013 penduduk lansia berjumlah 3.693.508 pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 3.841.778 jiwa, sedangkan pada tahun 2015 berjumlah 3.983.203 jiwa (Billah, 2015). Peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh angka harapan hidup yang tinggi tentunya diikuti dengan ketersediaan atau akses terhadap pelayanan kesehatan. Angka harapan hidup meningkat menyebabkan kualitas hidup tinggi, jika akses pelayanan kesehatan rendah maka kualitas hidup lansia akan ikut rendah (Setiabudhi, 2005). Menurut survei terbaru WHO, angka harapan hidup di Indonesia naik dibandingkan sepuluh tahun lalu. Dahulu usia harapan hidup mencapai 50 atau 60 tahunan. Sekarang rata-rata angka harapan hidup di kisaran 68-71 tahun. Sedangakan usia harapan hidup menurut Dinkes (2014) usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2015-2020 mencapai 71,7 tahun. Sayangnya, peningkatan angka harapan hidup tidak diikuti dengan kualitas hidup yang baik karena tidak semua lansia memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini terjadi karena perubahanperubahan yang muncul pada lansia, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Perubahan yang erat kaitannya dengan kualitas hidup lansia adalah perubahan fisik yang terjadi pada lansia dan erat kaitannya dengan perubahan psikososialnya. Pengaruh yang

4 muncul akibat berbagai perubahan pada lansia, jika tidak teratasi dengan baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh (Yuliati, dkk 2013). Jika lansia dalam keadaan sehat tetapi memiliki kualitas hidup tidak baik pasti akan berpengaruh pada harga diri atau psikologisnya. Oleh karena itu World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) juga menekankan bahwa kualitas hidup itu baik dan sangat penting. Bahkan WHO mengeluarkan pendapat bahwa, kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di dalam masyarakat dengan konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas, serta dipengarui oleh kondisi fisik individu, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan. Pada umumnya warga lanjut usia mengalami kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga membuat kualitas hidup lanjut usia menjadi menurun (WHO, 2004). Dukungan keluarga menjadi salah satu penentu kualitas hidup lansia. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, maka keluarga memiliki peran yang penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia (WHO, 2004). Interaksi sosial ataupun dukungan sosial dalam keluarga dapat berjalan dengan baik apabila keluarga menjalankan fungsi keluarga

5 dengan baik, terutama fungsi pokok kemitraan (partnership), kasih sayang (affection), dan kebersamaan (resolve). Pemenuhan kebutuhan sosial lansia di komunitas cenderung lebih baik dari pada di panti jompo, karena interaksi lansia di komunitas pada dasarnya lebih luas dibandingkan lansia yang berada di panti jompo. Hal ini disebabkan karena, terjadi penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi, maupun tingkat keterlibatan dalam pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, serta penurunan dukungan keluarga (Yuliati, dkk 2013). Tidak hanya dukungan keluarga, pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia sangat berpengaruh pada tingkat kualitas hidup yang di alami oleh lansia. Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya nanti, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan serta landasan untuk menentukan suatu pilihan. Jadi, keluarga harus mampu mengetahui kualitas hidup lansia, maka pengetahuan tentang kualitas hidup jadi penting untuk mempertahankan dan mengoptimalkan kualitas hidup lansia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah tindakan (over behavior) (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2011) tentang hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia menunjukkan hasil bahwa, terdapat hubungan positif yang sangat

6 kuat dan secara statistik signifikan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Didukung oleh penelitian Dewianti, dkk (2013) fungsi keluarga, dukungan sosial dan kualitas hidup lansia wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan menunjukkan bahwa fungsi keluarga, dan dukungan sosial (pasangan, keluarga serta masyarakat) berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup lansia dan menunjukkan hasil bahwa fungsi keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup lansia. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam peningkatan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup tidak hanya mencakup segi sosial, spiritual saja namun mencakup semua aspek dari sosial, spiritual, mental, fisik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia hanya sekedar tahu, bahwa lansia akan mengalami kepikunan, ketidaksetabilan emosi, dan mengalami penurunan fungsi pendengaran serta penglihatan. Dilhat dari aspek social, lansia masih cenderung aktif dalam kegiatan sosial, bahkan mereka masih aktif mengikuti kegiatan gotong royong. Sedangkan dari aspek fisik, mereka cenderung lemah (lebih mudah lelah, energi dan stamina menurun). Oleh karena itu peneliti ingin meneliti bagaimana tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia serta bagaimana kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi bahwa keluarga kurang memahami apa itu kualitas hidup lanjut usia. Kualitas hidup lanjut usia mencakup semua aspek dari sosial, spiritual, mental, dan fisik. Peningkatan kualitas hidup lansia harus diimbangi dengan pengetahuan keluarga, untuk meningkatkan kualitas hidup lasnia. 1.3 Batasan Masalah Dari beberapa penyebab penurunan kualitas hidup lansia, maka peneliti berfokus pada tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dan kualitas hidup lansia di Dusun Gading Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Setelah masalah teridentifikasi, maka, masalah dibatasi pada hubungan peran keluarga khususnya tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dan kualitas hidup lansia di Dusun Gading Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah yang tercantum di latar belakang, maka rumusan permasalahan peneliti adalah bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang?

8 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia di Dusun Gading, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui kualitas hidup lansia lansia di Getasan, Kabupaten Semarang. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan peneliti serta pengalaman meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia dengan kualitas hidup lansia. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian yang dilakukan dapat dipergunakan untuk bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai kualitas hidup lansia guna pengembangan

9 Institusi Kesehatan mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang kualitas hidup lansia. 3. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan kualitas hidup lansia dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar mampu mengembangkan penelitian ini agar menjadi lebih berpariatif. 1.6.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Puskesmas atau Layanan Kesehatan Masyarakat lainnya Sebagai informasi agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia, melalui: promosi kesehatan, pengecekan kesehatan secara rutin, memberian motivasi dan dorongan pada lansia untuk meningkatkan kualitas hidup. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi untuk masyarakat tentang kualitas hidup lansia, sehingga dapat mendukung anggota keluarga yang lansia supaya dapat menikmati masa tuanya dengan kualitas hidup yang optimal.

10 3. Bagi Lansia a) Memberikan informasi pada lansia meningkatkan kualitas hidupnya. b) Memberikan kontribusi bagi lansia agar melalui peningkatan pengetahuan keluarga mengenai kualitas hidup lansia.