BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta?

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

ISU AGAMA KALAHKAN AHOK?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XI/2013

Ahok siapkan tim uji materi UU Pilkada

DEMOKRASI DAN RADIKALISME

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan penurunan tingkat toleransi di Indonesia, salah satu segmen

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

RILIS HASIL SURVEI PILKADA DKI JAKARTA APRIL HARI JELANG PILGUB, SUARA AHOK-DJAROT NAIK TAJAM MUNGKINKAH ANIES-SANDI DISALIP?

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Mengkonsolidasikan Demokrasi Indonesia. Refleksi Satu Windu Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Metro TV dalam pengantar buku Mata Najwa: Mantra Layar Kaca, Dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 17 Februari 2016; disetujui: 25 Februari 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

INI KATA PUBLIK JAKARTA TENTANG CALON GUBERNUR MEREKA

MENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

FERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melalui sumber daya manusia yang dimiliki. organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau pemberian contoh yang

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

Pendidikan Intoleransi

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara

Mengapa Pilkada Jakarta Kali Ini Penting?

Press Release HASIL SURVEI

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) serentak yang dilaksanakan pada pertengahan Februari 2017, dilakukan jajak pendapat yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Jajak pendapat yang dilakukan pada 28 September- 2 Oktober 2016 ini menunjukkan bahwa masyarakat Jakarta yang tidak ingin dipimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meningkat. Fenomena ini terkait dengan tafsir salah satu ayat Al Quran yang dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama, yang merupakan seorang calon gubernur DKI Jakarta pada Pemilihan Kepada Daerah (PILKADA) DKI Jakarta tahun 2017. Basuki Tjahaja Purnama adalah penganut agama Kristen dan beretnis Tionghoa. Oleh berbagai kelompok Islam sebagai kelompok dominan, Basuki Tjahaya Purnama dianggap menistakan agama Islam dengan memberi pernyataan yang dianggap tidak sesuai terhadap salah satu ayat yang ada dalam Al Quran, yaitu surat Al Maidah ayat 51. Angka penolakan meningkat dari bulan Maret dengan presentase 40%, menjadi 55% dibulan Oktober. Dari hasil survey tersebut, terlihat bentuk dari intoleransi politik yang dilakukan salah satu kelompok berdasarkan sentimen agama. Fenomena ini menunjukan demokrasi di Indonesia saat ini. Setiap warga negara dapat berpartisipasi dalam politik sesuai dengan pandangan politiknya. 1

Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk bersuara sesuai dengan pandangan dan pemikirannya. Menurut Adrian & Smith (dalam Marijan, 2010) ada tiga jenis keterlibatan publik yang dapat dilakukan seorang warga negara. Yang pertama adalah partisipasi yang lebih pasif dengan melakukan diskusi-diskusi dengan teman. Jenis kedua merupakan partisipasi lebih aktif, yaitu dengan terlibat dalam organisasi atau asosiasi sukarela (voluntary associations) seperti kelompok keagamaan, olahraga, pecinta lingkungan, organisasi profesi, dan organisasi buruh. Sedangkan jenis keterlibatan ketiga adalah keterlibatan individu dalam kegiatankegiatan protes seperti menandatangani petisi, melakukan boikot, dan demonstrasi. Dalam partisipasi politik tiap individu, selain sejauh mana individu berpartisipasi aktif dalam politik pandangan politik juga menentukan bagaimana individu melakukan kegiatan politiknya. Begitu heterogennya struktur masyarakat di Indonesia, berpengaruh dalam sikap dan pandangan politik setiap individu warga negara. Individu yang menganut pandangan tertentu menurut kelompoknya, berpotensi untuk menilai kelompok lain berbeda dengan dirinya. Kelompoknya memiliki nilai dan norma yang dianut yang dapat diperbandingkan dengan kelompok lain. Tidak selamanya perbedaan tersebut menimbulkan konflik bila ada toleransi. Menurut Marcus dkk. (1995), dalam kehidupan berpolitik, toleransi adalah sumber yang paling utama dalam masyarakat plural dan demokratis. Toleransi politik menurut Marcus dkk. (1995) adalah sikap menyetujui atau memberi kebebasan hak dan suara terhadap kelompok lain, meskipun kelompok tersebut berasal dari kelompok yang tidak disenangi untuk berpartisipasi aktif dalam 2

masyarakat. Dalam kehidupan sosial politik Indonesia yang plural dan menganut asas demokrasi, maka toleransi menjadi sikap yang penting untuk dianut masyarakat Indonesia. Namun kenyataannya toleransi dalam kehidupan berpolitik di Indonesia tidaklah mudah dilakukan. Lusiana (2004) mengungkapkan, dalam proses transisi demokrasi maka yang muncul adalah radikalisme dan anarkisme politik yang merupakan gejala intoleransi. Ditambahkannya, intoleransi politik merupakan ancaman paling serius bagi terciptanya sistem demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan dan cara hidup akan stabil dan berdaya guna hanya jika ia mempertahankan toleransi politik pemeliharaan identitas budaya, kekuataan ekonomi, dan keadilan sosial. Sullivan (dalam Lusiana, 2004) mengungkapkan bahwa masyarakat dan pemimpin yang membiarkan orang atau kelompok lain untuk berbeda dalam aspirasi politiknya menjadi faktor penting dalam keberlanjutan proses demokratisasi itu sendiri. McClosky & Brill (1983, dalam Marcus, 1995) menjelaskan bahwa intoleransi politik lebih mudah dilakukan daripada toleransi politik. Jones (2007) juga berpendapat, dalam setiap contoh praktek toleransi pasti ada sisi intoleransi dibaliknya. Munculnya intoleransi politik disebabkan oleh anggapan bahwa nilai-nilai yang dianut kelompoknya lebih baik dari kelompok lain. (Tafjel,1978, dalam Putra, 2007). Nilai yang dianut tersebut dapat berupa nilai dari berbagai aspek kehidupan individu, salah satunya dari nilai agama yang dianutnya. Raymond & Norrander (1990, dalam Putra, 2007) menyatakan bahwa identifikasi diri ke arah agama adalah 3

predisposisi seorang ke arah intoleransi politik. Dalam menjalankan agama, Allport (1954) terdapat dua sisi pandangan yang dapat terjadi pada individu yaitu satu sisi menciptakan kebaikan, satu sisi menciptakan kejahatan. Peran agama yang paradoks ini, membawa Allport (1954) pada pemikiran yang pertama bahwa banyak orang beragama yang berprasangka rasial namun ada pula yang tidak, kedua orang yang rajin ke tempat ibadah ada yang bersikap toleran dan intoleran, dan yang ketiga hubungan antara agama dan prasangka tergantung pada penghayatan agama yang dimiliki dalam hidup pribadi seseorang. Setiap kelompok agama mempunyai doktrin pembenaran atas agamanya sendiri. Doktrin tersebut berpotensi menimbulkan intoleransi politik. Seperti yang diungkapkan Sidanius (1993 dalam Putra, 2007) bahwa terdapat orientasi dominasi sosial yang merupakan pandangan individu tentang kebenaran idenya yang paling benar, sedangkan yang lainnya penuh kecacatan. Jones (2007) memberi suatu gambaran bagaimana sebuah negara monarki menetapkan Katolik adalah agama resmi dari negara tersebut. Namun, dalam prakteknya ada pula warganya yang menganut Protestan. Dalam situasi ini, Jones (2007) berpendapat bahwa terdapat kemungkinan terjadinya toleransi politik dalam negara tersebut, atau malah terjadi sebaliknya yaitu intoleransi politik. Berkaitan dengan fenomena intoleransi berdasar agama diatas, Allport (1954) berpendapat bahwa terdapat ketergantung antara prasangka terhadap penghayatan agama yang dimiliki dalam hidup pribadi seseorang. Penghayatan terhadap agama ini oleh Salim dan Salim (dalam Relawu, 2007) disebut dengan religiusitas yang merupakan keshalihan dan besarnya kepatuhan terhadap agama 4

Dalam masyarakat Indonesia, religiusitas merupakan bagian yang penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Glock dan Strark(dalam Ancok, 2005) menyatakan bahwa salah satu dimensi yang dapat menggambarkan religiusitas seseorang adalah religious effect yang merupakan dimensi konsekuensional dimana seseorang dapat mengimplikasikan religiusitasnya terhadap lingkungan sosialnya. Dalam lingkungan sosial, asertivitas seseorang dibutuhkan pula untuk menjalin hubungan yang baik terhadap lingkungan sosialnya. Lange dan Jakulowski (Rakos, 1991) menyatakan asertivitas merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan keyakinan diri secara terbuka, langsung, jujur, dan nyaman, dengan cara yang sesuai tanpa melanggar hak orang lain. Dalam menjalankan aktifitas sosial, individu harus pula dapat menerima pendapat orang lain yang berbeda. Dengan adanya berbagai forum sebagai sarana sosialiasasi yang memberikan keleluasaan dalam menyampaikan pendapat dan pikiran individu, menjadikan individu yang terlibat dalam forum tersebut dapat mendapatkan pengalaman dan sekaligus menyampaikan buah pikirannya secara asertif. Salah satu forum yang sudah terbentuk selama 17 tahun adalah Forum Kenduri Cinta Jakarta. Forum ini diadakan setiap satu bulan sekali di Taman Ismail Marzuki Cikini, Jakarta Pusat. Forum ini diprakarsai seorang budayawan dan tokoh nasional Emha Ainun Nadjib atau biasa dipanggil Cak Nun. Forum ini membahas fenomena-fenomena sosial di Indonesia dengan dasar pandangan agama Islam, namun sangat terbuka dengan pemikiran-pemikiran kritis mengenai politik, sosial, dan budaya sehingga forum ini dikenal dengan sikap toleran. Semua suku, agama, dan golongan diterima dengan baik di Kenduri Cinta. 5

Dalam forum Kenduri Cinta peserta bebas menumpahkan pemikiran masingmasing secara asertif. Dengan demikian, pandangan tiap jamaah dapat dikomunikasikan secara bebas secara terbuka, langsung, jujur, dan nyaman, dengan cara yang sesuai tanpa melanggar hak orang lain. Namun, Jones (2007) berpendapat, dalam setiap contoh praktek toleransi pasti ada sisi intoleransi dibaliknya. McClosky & Brill (1983, dalam Marcus, 1995) menjelaskan bahwa intoleransi politik lebih mudah dilakukan daripada toleransi politik. Mengakui perbedaan tidak serta merta mengakui adanya persamaan status serta kesamaan nilai pada individu dan kelompok lain.. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putra (2007) menemukan bahwa religiusitas memiliki pengaruh terhadap intoleransi politik. Penelitian tersebut memunculkan pandangan mengenai religiusitas dapat pula menyebabkan individu memiliki pandangan politik yang intoleran. Hal lain yang dapat memunculkan intoleransi politik adalah kebebasan mengemukakan pendapat politik menurut Gibson & Bingham (1982). Ketika intoleransi politik yang diutarakan tanpa melanggar hak orang lain dapat dikategorikan sebagai perilaku asertif menurut Rakos (1991). Individu Jamaah Forum Kenduri Cinta merupakan individu yang memiliki pemikiran merdeka sehingga dapat mengembangkan pemikiran sesuai nilai yang dianut masing-masing individu. Menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana religiusitas dan asertivitas jamaah Kenduri Cinta Jakarta berpengaruh terhadap intoleransi politik pada forum ini. Penelitian ini akan memberikan gambaran terhadap fenomena tersebut, dimana belum 6

adanya penelitian sebelumnya yang secara spesifik menggambarkan pengaruh religiusitas dan asertivitas secara bersama-sama maupun terpisah terhadap intoleransi politik ini. Dari uraian diatas, peneliti melihat dan berasumsi bahwa tingkat religiusitas dan asertivitas individu mempengaruhi intoleransi politik individu. Dengan kata lain, peneliti menguji secara empiris pengaruh antara religiusitas dan asertivitas individu terhadap intoleransi politiknya. 1.2 Batasan Masalah Dalam penelitian ini pembatasan masalah mencakup bagaimana religiusitas dan asertivitas dalam berpengaruh terhadap intoleransi politik. 1.3 Rumusan Masalah Apakah religiusitas dan asertivitas pada Penggiat Kenduri Cinta Jakarta mempengaruhi intoleransi politik individu dalam kelompok tersebut? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh religiusitas dan asertivitas dengan toleransi politik Penggiat Kenduri Cinta Jakarta. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan variabel tergantung. 7

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana religiusitas dan asertivitas berpengaruh terhadap intoleransi politik. Diharapkan secara praktis penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan dalam berkegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi politik dengan memperhatikan aspek religiusitas dan perilaku asertif baik untuk Penggiat Kenduri Cinta Jakarta maupun masyarakat umum. 8