PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
KEPEMIMPINAN BERBASIS SEKOLAH SATU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN (Studi Situs SMP Negeri 1 Kedungtuban, Blora)

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. sosiologis yang menekankan pada intuisi serta peranan dan harapan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait bagi guru, tenaga

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

PENGARUH TATA TERTIB DAN BIMBINGAN WALI KELAS TERHADAP PENEGAKAN KEDISIPLINAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara yang maju dan berkembang. fungsi pendidikan. Adapun fungsi pendidikan pada undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam membentuk generasi masa mendatang. Hal tersebut sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berjamaah di SMP Assalaam Bandung secara umum adalah sebuah upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (Studi Situs Di SD Negeri Batursari 6 Mranggen Demak) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PENGARUH PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP KEDISIPLINAN KARYAWAN DI SMK MUHAMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

TESIS. Oleh: Oleh: SITI PATIMAH NIM : Q

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGELOLAAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora) TESIS Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Manajemen Pendidikan Disusun Oleh: BASIRAN Q100080006 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang menguasai keterampilanketerampilan sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan leterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti berwiraswasta dan menjalin kerja sama dengan orang lain (Baharuddin, 2007: 11). Dengan demikian setiap manusia belajar sepanjang hayatnya dan semakin bertambahnya umur akan dapat meningkatkan sejumlah keterampilan yang dimiliki. Sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri dan lain sebagainya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur (Soedijarto, 2008: 117). Kurikulum tersebut nantinya 1

2 yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran, khususnya interaksi antar pendidik dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna sehingga prestasi yang dicapai dapat sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pendidikan adalah persoalan khas manusia. Hal ini berarti bahwa hanya makhluk manusia saja di dalam hidup dan kehidupannya mempunyai masalah pendidikan. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia tentang perubahan dan perkembangan dapat dipenuhi. Manusia tanpa pertumbuhan dan perkembangan tidak pernah bisa melangsungkan kehidupannya. Di dalam kehidupannya, manusia harus dididik dan mendidikdirinya agar terbentuk kemampuan untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupannya secara terus menerus (Suhartono, 2009: 41-42). Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (human resources), pada dasarnya pendidikan di sekolah maupun marasah bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh, yang meliputi kedalaman spiritual, aspek perilaku, aspek ilmu pengetahuan dan intelektual, dan aspek keterampilan. Sejalan dengan semakin pesatnya tingkat perkembangan saat ini, maka tuntutan akan ketersediaan sumber daya manusia semakin tinggi. Dengan demikian kualitas yang memadai dan output merupakan sesuatu yang harus dihasilkan oleh sekolah maupun madrasah sebagai satuan pendidikan yang tujuan dasarnya adalah menyiapkan manusia-

3 manusia berkualitas, baik secara intelektual, integritas, maupun perannya dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, baik sekolah maupun madrasah harus membekali dirinya dengan kurikulum yang memadai (Mulyono, 2009: 185-186). Pendidikan disepakati oleh banyak ahli memiliki peran yang besar dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan daya saing yang tinggi. Lamanya mengenyam pendidikan dinilai memiliki banyak pengaruh terhadap pembentukan daya saing seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi peluang seseorang untuk meningkatkan kualitas daya saing mereka dan semakin rendah tingkat pendidikan akan semakin sulit menumbuhkan kemampuan dan daya saing seseorang (Maliki, 2008: 272). Anak-anak mengalami pendidikan informal dalam keluarga dengan pembentukan-pembentukan kebiasaan (habit formations) sesuai nilai-nilai yang dianut oleh orang tua/wali mereka yang diperkuat dengan falsafah lingkungan/nasional. Pendidikan infromal yang baik akan sangat menunjang pendidikan formalnya. Di negara/masyarakat maju, hampir semua orang tua mengirimkan anka-anak mereka ke pendidikan formal/sekolah, bahkan tidak sedikit bagi mereka yang hidup di kota-kota besar saling berebut mendaftarkan anak-anak mereka memasuki sekolah yang tergolong sekolah favorit. Bila diperhatikan, pengiriman anak-anak ke pendidikan formal memiliki motif (dorongan) tertenatu, termasuk harapan-harapan masa depan sebagai antisipasi bagi kehidupan generasi-generasi penerusnya (Gunawan, 2000: 64). Pendidikan informal yang diterima di dalam keluarga akan sangat

4 membantu anak-anak untuk melanjutkan pendidikan formalnya di dalam sekolah. Bagi anak-anak yang telah menerima pendidikan infromal di dalam keluarganya dengan baik tidak akan mengalami kesulitan yang berarti untuk beradaptasi di lingkungan sekolah, baik di tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Guru merupakan wakil dari orang tua dan wali mempunyai kewajiban mengisisikan intelektual, sikap, dan keterampilan anak di sekolah. Guru juga sebagai ibu/bapak tempat anak mengadu, berdiskusi, bertukar pikiran, memecahkan masalah. Disamping itu, guru juga memiliki hak untuk menghukum, melarang, menasehati anak tatkala dia salah. Kesuksesan guru sebagai pendidik di sekolah berkat kerjasa sama dengan orang tua di rumah tangga. Sebaliknya guru akan sukar mendidik, membimbing, dan melatih anak di sekolah tanpa kerja sama dengan orang tua di rumah tangga (Yamin, 2008: 9-10). Mengingat pentingnya peran guru dalam pendidikan, maka guru tidak hanya mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan tetapi juga mempunyai perhatian kepada peserta didik. Singkatnya guru juga mempunyai kompetensi sosial untuk dapat berinteraksi dengan peserta didik maupun dengan warga sekolah lainnya. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan ini akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang (Sobri, 2009: 75). Suatu kelompok atau lembaga pasti akan diarahkan atau disamakan persepsi-persepsi atau tujuantujuannya oleh seseorang yang dipilih oleh komunitas internal atau tujuannya

5 oleh seseorang yang dipilih oleh komunitas internal atau eksternal untuk menjadi ketua atau pemimpin. Ini semua dimaksudkan agar hal-hal yang akan dilakukan oleh kelompok atau lembaga tersebut menjadi lebih terarah, fokus, dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan lebih efektif dan efisien (Munir, 2008: 29). Dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan kinerja guru karena tipe kepemimpinan kepala sekolah juga berpengaruh kepada guru sebagai tenaga edukatif. Kedisiplinan akan menciptakan ketertiban dan keteraturan. Namun pemaknaan terhadap kediplinan di sekolah seringkali terbatas pada empat alur pikir, antara lain: upacara, sanksi, ketaatan, dan permodelan. Segala macam upacara, termasuk di dalamnya apel, dipandang sebagi prasyarat utama penegakan disiplin, padahal penegakan disiplin bukan sebatas mengikuti upacara saja, tetapi mentaati semua peraturan yang ada di sekolah. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang pada saat upacara dianggap sebagai pelanggaran berat. Ukuran ketaatan siswa terletak pada siswa sehingga apabila ada yang melanggar maka sanksi akan menyertainya. Sanksi yang diberikanpun terkadang melampaui batas, contih anak disuruh beridiri di bawah tiang bendera ada yang hingga pingsan. Tindakan seperti itu membuat rugi para anak didiknya dan juga guru, tidak jarang perlakuan seperti itu akan mengancam keselamatan guru karena terkadang ada anak didik yangdendeam kepada guiru yang menghukumnya. Untuk pembinaan disiplin, perlu dibuat tata tertib sekolah, yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sehari-hari dan mengandung

6 sanksi terhadap pelanggarnya. Aturan-aturan tersebut berupa: aturan cara berpakaian, sikap siswa terhadap kepala sekolah, sikap siswa terhadap guru, sikap siswa terhadap sesama siswa, sikap siswa terhadap sesama karyawan, dan aturan-aturan lain yang berkaitan dengan kesiswaan (Sobri, 2009: 49). Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan pelayanan psikologis yang diberikan kepada siswa dalam lembaga pendidikan. Marsudi (2008: 28) menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses yang menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah. BK merupakan bagian yang integral dari pendidikan di sekolah. Dalam keadaan tertentu, bimbingan dan konseling merupakan salah satu metode atau alat untukmencapai tujuan pendidikan di sekolah. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka terdapat hubungan yang erat antara kedisplinan dengan bimbingan dan konseling. Dengan menggunakan layanan bimbingan dan konseling akan diperoleh budaya displin terhadap tata tertib siswa yang kontinyu dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, maka peneliti berminat untuk mengkajinya dalam bentuk penelitian tesis dengan memfokuskan pada pengelolaan kedisiplinan siswa di SMA 1 Tunjungan, Blora. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat menentukan fokus penelitian tesis ini adalah bagaimanakah pengelolaan kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa di SMA 1 Tunjungan, Blora. Subfokus yang digunakan untuk membahas dapat dibagi sebagai berikut:

7 1. Bagaimanakah pengelolaan kedisiplinan siswa dalam kegiatan intrakurikuler di SMA 1 Tunjungan, Blora? 2. Bagaimanakah pengelolaan kedisiplinan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMA 1 Tunjungan, Blora? C. Tujuan Penelitian Penelitian tesis ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pengelolaan kedisiplinan siswa dalam kegiatan intrakurikuler di SMA 1 Tunjungan, Blora. 2. Mendeskripsikan pengelolaan kedisiplinan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMA 1 Tunjungan, Blora. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat, terutama dalam memberikan gambaran tingkat kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tesis ini adalah: 1. Manfaat teoritis Dapat untuk menjelaskan pengelolaan kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler di SMA 1 Tunjungan.

8 2. Manfaat praktis Dapat untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa. E. Definisi Istilah 1. Pengelolaan adalah sejumlah aktifitas untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan. 2. Kedisiplinan adalah perilaku yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk mentaati peraturan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pihak sekolah. 3. Kegiatan intrakukurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada jam pelajaran utama di sekolah dan mempunyai sistem evaluasi. 4. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar jam pelajaran utama di lingkungan sekolah.