BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini sangat memerlukan adanya peningkatan kemampuan siswanya dalam membaca permulaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini ditujukan terutama terhadap efektifitas

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Teknik Modeling di Kelas III SD Terpencil Gondalon

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC SDN 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Awal di LPTK, ( Jakarta:USAID,2014), hlm.1. 1 USAID, Buku Sumber untuk Dosen LPTK: Pembelajaran Literasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan bahasa Indonesia begitu pesat. Untuk membina dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MELENGKAPI HURUF MENJADI KATA TAMAN KANAK-KANAK AL HIKMAH AGAM

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran wajib diajarkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH KALIMAT LANGSUNG MENJADI KALIMAT TIDAK LANGSUNG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA SISWA SD

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Yuliaji *) yuliaji0607gmail.com

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Menggunakan Metode SAS Dengan Bantuan Kartu Kalimat di Kelas I SDN Tampanombo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penggunaan Media Kartu (Flash Card) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Mutasi bagi Peserta Didik Kelas XII

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom ction research) yang bersifat refleksi dan. Proses Penelitian Tidakan Kelas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam bahasa Indonesia, ejaan memiliki pengertian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Belliy Tulus Wicaksono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: peningkatan, berwawancara sederhana, narasumber, strategi pemodelan

PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN BINGO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail

BAB II KAJIAN TEORI. baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 1. kemampuan ini dunia akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Strategi Bimbingan Langsung Pada Siswa Kelas 1 SD Inpres 2 Lambunu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta ( ) peran adalah sesuatu

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam diam atau pengujaran keras keras (Kridalaksana, 1993:135 dalam Haryadi dan Zamzami, 1996:32). Dengan demikian, membaca dapat dilihat sebagai proses dan juga dapat dilihat sebagai hasil. Membaca yang dilihat sebagai proses merupakan semua kegiatan dan tekhnik yang ditempuh oleh pembaca, yang mengarah kepada tujuan melalui tahap tahap tertentu (Burns, 1985 dalam Haryadi dan Zamzami, 1996:32). Proses yang dimaksud dapat berupa penyandian kembali dari penafsiran sandi. Kegiatan ini dimulai dari pengenalan huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maksudnya (Anderson, 1986 dalam Haryadi dan Zamzami, 1996:32). Berkenaan dengan uraian di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan membaca cenderung terkait dengan pengenalan huruf dan bunyi huruf. Selain itu, kegiatan membaca juga terkait dengan makna dan pemaknaan terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana. Membaca yang dilihat sebagai hasil merupakan peristiwa tercapainya komunikasi fikiran dan perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi ini terjadi oleh adanya kesamaan pengetahuan dan asumsi antara penulis dan pembaca, di mana kejadiannya tergantung pada pemahaman yang dirasakan melalui semua proses konstruktif (membangun gagasan atau maksud penulis).

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa keberhasilan kegiatan membaca sangat ditentukan oleh adanya pengalaman dan pengetahuan pembaca, baik yang berkenaan dengan kebahasaan maupun non kebahasaan. Hal ini dipandang cukup beralasan sebab seorang penulispun harus mengungkapkan gagasan gagasannya dengan menggunakan alur berfikir tertentu dan dengan kaidah bahasa yang berlaku. 2.1.1. Pengertian Membaca Istilah membaca berarti melihat dan mengucapkan kata yang tertulis serta memahami maknanya (Quirk L, 2000:1175). Dengan demikian membaca merupakan suatu kegiatan dalam rangka untuk memahami suatu pernyataan, situasi, peristiwa, dan lain lain yang ada dalam bentuk tulisan. Dalam dunia pendidikan, membaca sangat menuntut adanya suatu pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang, ia mampu mengkinerjakan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor tertentu secara optimal (Sudjana dalam Depdiknas, 2006:70). Berdasarkan pemaknaan ini, dapat dirumuskan bahwa kemampuan membaca siswa merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa secara terpadu dalam kegiatan membaca yang dapat didemonstrsikan dengan cara mengucapkan kata kata atau pernyataan yang tertulis. Dalam hal membaca, siswa kelas 1 SD dituntut untuk memahami benar naskah yang dibacanya. Untuk mewujudkan hal ini, kurikulum bahasa Indonesia kelas I SD menghendaki agar siswa meningkatkan kemampuannya dalam memahami teks pendek dengan membaca nyaring kata atau kalimat dengan lafal yang tepat. Kondisi ini menunjukkan bahwa, betapa pentingnya kemampuan membaca bagi seorang siswa, sehingga ia dituntut untuk secara kreatif dan terus menerus berlatih dan mengembangkan potensi dirinya dalam membaca.

2.1.2.Tujuan Membaca Pada dasarnya tujuan seseorang dalam membaca sangat bertalian dengan latar belakang pendidikan, profesi dan kondisi social ekonomi serta lingkungan di mana ia tinggal. Dengan demikian tujuan ini nampak berbeda bagi setiap orang yang melakukan kegiatan membaca sebagai berikut: 1. Memenuhi keinginan untuk mengembangkan diri di masa mendatang dengan membaca informasi tentang factor dan kejadian dan bahkan informasi tentang teoriteori dan temuan ilmiah yang canggih. 2. Memenuhi keinginan untuk memperoleh pandangan dan nilai positip masyarakat terhadap diri peribadi dengan membaca karya para penulis kenamaan. 3. Memenuhi keinginan untuk melepaskan diri dari kenyataan yang tidak menyenangkan seperti ketika sedang merasa jenuh, sedih, dan bahkan putus asa dengan membaca bacaan bermanfaat yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. 4. Memenuhi keinginan untuk mendapat kesenangan atau hiburan dengan membaca jenis bacaan ringan yang disukai. 5. Memenuhi keinginan untuk sekedar iseng, hanya karena tidak tahu apa yang harus dilakukan (Tarigan, 2008: 56 57). Terlepas dari kelima keinginan di atas, terdapat satu keinginan yang bernilai tinggi yakni membaca dengan tujuan mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya melalui bacaan yang bermutu. Penulis berasumsi bahwa semua tujuan membaca dalam uraian di atas bisa saja dimiliki oleh seseorang kapan saja sesuai situasi, kondisi yang sedang dihadapi dan fasilitas bacaan yang tersedia.

2.1.3. Manfaat Membaca Dari tujuan membaca pada uraian di atas dapat kita lihat bahwa kegiatan membaca sangatlah bermanfaat terutama bagi terpenuhinya keinginan seseorang akan informasi yang berupa nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya dari bahan bacaan yang ia baca. Selain itu manfaat membaca tidak lepas dari hal-hal berikut ini: 1. Terpenuhinya keinginan untuk mengembangkan diri di masa mendatang. 2. Terpenuhinya keinginan untuk memperoleh pandangan dan nilai positip masyarakat terhadap diri peribadi. 3. Terpenuhinya keinginan untuk melepaskan diri dari kenyataan yang tidak menyenangkan. 4. Terpenuhinya keinginan mendapat kesenangan atau hiburan dari bahan bacaan ringan yang disukai. 5. Sebagai pengisi waktu ketika seseorang sedang tidak tahu apa yang harus ia lakukan (Tarigan, 2008: 58). Dari keseluruhan uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa manfaat membaca bagi siswa yang masih duduk di kelas I sekolah dasar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Terpenuhinya keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang pada gilirannya akan berubah menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman terhadap informasi tertulis. 2. Terpenuhinya keinginan mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menghadapi pembelajaran di kelas yang lebih tinggi.

2.1.4. Pembelajaran Membaca Kegiatan pembelajaran membaca biasanya menggunakan metode yang cukup beragam. Hal ini terutama berlaku pada kelas awal sekolah dasar sesuai dengan kebutuhan siswa, situasi, dan kondisi serta tujuan dan materi pembelajaran. Adapun metode-metode pembelajaran yang dimaksud antara lain: 1. Metode Global. Dalam penerapannya, metode ini diawali dengan pengenalan kalimat utuh yang dibantu dengan ilustrasi gambar. Tahap berikutnya, gambar dihilangkan sehingga yang muncul tinggal deret kata yang berupa kalimat utuh. Tahap selanjutnya diikuti dengan pengenalan kata, suku kata, dan huruf melalui proses penguraian (Depdikbud: 5; Sugiarto, 1982:14 tersebut dalam Kemendikbud: 2012: 40-41). 2. Metode Abjad. Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini dimulai dengan pengenalan huruf-huruf yang kemudian dirangkai menjadi suku kata, suku kata dirangkai menjadi kata dan pada akhirnya dirangkai menjadi kalimat (Depdikbud, 1994:4 tersebut dalam Kemendikbud: 2012:41). 3. Metode Eja/ Bunyi. Dalam pelaksanaannya, metode ini dimulai dari pengenalan lambang bunyi terkecil berupa huruf-huruf. Metode ini memperkenalkan lambang-lambang huruf sesuai dengan bunyi dari lambang tersebut. 4. Metode Suku Kata. Pada metode ini, guru mengenalkan suku kata yang terdiri dari kumpulan huruf yang belum memiliki makna utuh.

5. Metode Kata Lembaga. Pada praktiknya, metode ini mengawali pembelaran dengan memperkenalkan sebuah kata yang selanjutnya menjadi kata lembaga yang diuraikan menjadi suku-suku kata. Akhirnya, huruf-huruf tadi digabung menjadi suku kata, dan suku kata menjadi kata. 6. Metode SAS (Struktural Analisis Sintesis). Metode ini memulai pembelajaran membaca permulaan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru berceritera atau bertanya-jawab dengan siswa disertai dengan gambar sebuah keluarga. b. Membaca beberapa gambar misalnya gambar ibu, gambar ayah, gambar Budi, dan sebagainya. c. Membaca beberapa kalimat dengan gambar misalnya: - Di bawah gambar seorang ibu terdapat bacaan Ini ibu saya - Di bawah gambar seorang ayah terdapat bacaan Ini ayah saya - Di bawah gambar seorang anak laki-laki terdapat kalimat Ini saya d. Setelah anak hafal membaca kalimat dengan bantuan gambar dilanjutkan membaca tanpa bantuan gambar misalnya: - Ini ibu saya - Ini bapak saya - Ini saya (Kemendikbud: 2012: 40-44). Dari uraian beberapa metode pembelajaran di atas, penulis bermaksud mengangkat salah satu metode pembelajaran yang nampak sesuai dengan kondisi pembelajaran di kelas I yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini. Terkait hal ini, penulis menerapkan

metode pembelajaran suku kata, namun dalam hal ini penulis mengenalkan suku kata yang terdiri dari kumpulan huruf yang sudah memiliki makna utuh di atas media kartu kata. 2.1.5. Proses Membaca Untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa membaca permulaan secara lebih bermakna dan konseptual, seorang guru dituntut untuk mengetahui adanya proses pencapaian kemampuan membaca yang bahwasanya: 1. Proses pembelajaran membaca dapat terjadi melalui interaksi dan kolaborasi sosial dalam situasi kelompok kecil. 2. Siswa belajar membaca sebagai hasil pengalaman kehidupan. 3. Siswa belajar membaca jika mereka melihat tujuan dan kebutuhannya untuk membaca. 4. Proses pembelajaran membaca dapat terjadi melalui pembelajaran langsung, yang menuntut kelihaian seorang guru mengakomodasikan kebutuhan individual siswa ke dalam strategi pembelajaran yang tepat. 5. Siswa memiliki tahapan dan laju pencapaian kemampuan membaca yang berbedabeda (Tarigan, 2008: 62). Dari uraian tentang proses pencapaian kemampuan membaca permulaan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kehadiran seorang guru dalam pembelajaran membaca tidak menjamin adanya siswa yang belajar membaca. Hal ini cukup beralasan sebab untuk menciptakan situasi di mana siswa aktif belajar pada pembelajaran membaca permulaan di kelas I sekolah dasar sangat menuntut pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, serta kelihaian

seorang guru dalam memilih metode, serta alat bantu mengajar yang sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa. 2.1.6. Pengertian Media Kartu Kata Dalam Longman s New Contemporary Dictionary istilah media berarti something that provides information for the public (1978: 890). Menurut kamus ini, media adalah sesuatu yang menyediakan keterangan untuk orang banyak. Sejalan dengan pemaknaan media ini, Rahadi A. (2004:7) berkomentar bahwa pada dasarnya istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang dapat dimaknai sebagai perantara atau pengantar. Makna yang terkandung dalam pengertian media di atas memberikan isyarat bahwa media dapat berupa segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi kepada orang banyak yang dewasa ini sangat populer digunakan dalam bidang komunikasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika media kartu kata yang digunakan dalam proses pembelajran disebut media pembelajaran sebab pada dasarnya proses belajar-mengajar juga merupakan proses komunikasi. Dari beberapa rumusan makna media di atas dan dari uraian sebelumnya, dapat dilihat bahwa penggunaan media kartu kata dalam proses pembelajaran akan mempermudah penguasaan kemampuan membaca yang akan dilatihkan, yang pada giliranya akan mampu memberikan pengaruh besar terhadap hasil capaian siswa (Sukarman H. 2004:13). Hal ini tentu akan terwujud, jika dan hanya jika penggunaan media kartu kata dalam proses pembelajaran ini sesuai dengan karakteristik pribadi guru dan perbedaan kemampuan, kompetensi, minat, kepribadian, sikap dan motivasi belajar siswa dimana guru itu bertugas (Ekojuniarto 2004:6).

Uraian di atas mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dapat pula ditempuh dengan menggunakan media pembelajaran lainnya. Hal ini berarti bahwa media pembelajaran yang digunakan untuk tujuan yang sama bisa bersifat dinamis, dalam artian suatu media dapat digunakan dengan baik untuk kelompok tertentu, belum tentu cocok untuk kelompok yang lain, atau suatu media berhasil digunakan dengan baik oleh guru tertentu, belum tentu berhasil dengan baik jika digunakan oleh guru yang lain (Sudjatmiko dan Nurlaili L. 2004:22 23). Namun satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa Kegiatan pembelajaran dengan media kartu kata, perlu diawali dengan apersepsi yang mengaitkan konsep pembelajaran pada pemahaman ide-ide yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dengan kata lain bahwa pembelajaran selalu dibangun di atas pengetahuan yang telah ada sehingga tidak mustahil akan membangkitkan minat dan perhatian (Herbart 1841 tersebut dalam Sukarman H. 2004:9). Selain apersepsi, guru perlu menyiapkan media kartu kata yang mampu berfungsi sebagai penyaji dan penyalur pesan kepada siswa, dalam artian jika media itu didesain dan dikembangkan dengan baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media itu walaupun tanpa keberadaan guru (Rahadi A. 2004:11). 2.1.7. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Setelah melaksanakan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran, guru akan masuk pada tahap kegiatan inti dengan menyajikan beberapa gambar benda melalui chart di papan tulis dan menyiapkan beberapa kartu yang bertuliskan nama-nama benda di atas meja guru. Dalam hal ini, guru (peneliti) meminta siswa secara individual datang ke depan kelas untuk memilih dan melafalkan kata dalam salah satu kartu kata yang sesuai dengan nama benda yang disajikan dalam gambar dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai.

Sebagai langkah selanjutnya, guru akan membagikan lembar kerja siswa (LKS) beserta sejumlah kartu yang bertuliskan kata berupa nama-nama benda kepada setiap kelompok siswa. Terkait hal ini, guru (peneliti) meminta setiap kelompok siswa untuk menempelkan kartu kata yang sesuai dengan nama benda yang disajikan oleh guru melalui lembar kerja siswa (LKS). Sebagai langkah terakhir, guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. 2.2. Kajian Penelitian yang Relevan Dewasa ini sudah banyak yang melakukan penelitian terkait kemampuan siswa membaca permulaan di tingkat sekolah dasar. Dari sejumlah penelitian itu terdapat beberapa yang relevan dengan yang dilaksanakan oleh penulis (peneliti) di antaranya yang telah dilaksanakan oleh Fitriyah Nur Farikatul pada tahun 2010 dengan judul Penggunaan Media Kartu Huruf dan Kartu Kata melalui Permainan untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Permulaan Siswa Kelas I SDN Sudimoro 01 Kecamatan Bululawang. Dari penelitian di atas dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari biasanya di mana pada siklus I, hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 70,91 dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 83,91 yang secara berturut-turut sama dengan 68,18% dan 95,5% dari nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni sebesar 80% atau lebih. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ketuntasan belajar siswa tercapai setelah melaksanakan siklus ke II. Peneliti (Fitriyah Nur Farikatul) berkesimpulan bahwa penggunaan media kartu huruf dan kartu kata pada pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada giliranya akan bermuara kepada peningkatan mutu capaian siswa. Hal ini sudah terbukti dan oleh karena itu tidaklah berlebihan jika beliau menyarankan agar kiranya

guru kelas I SD menggunakan media kartu huruf dan kartu kata sebagai alternative media yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Selain dari saran di atas, beliau berpesan agar sekolah dapat memfasilitasi pemenuhan media pembelajaran guna pencapaian hasil belajar siswa yang maksimal. Juga disarankan agar siswa diberikan tugas bermakna yang dapat dijadikan sebagai arena berlatih membaca di mana saja dan kapan saja. Kajian penelitian yang juga relevan dengan apa yang sedang dikembangkan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih pada tahun 2008 di Universitas Negeri Malang, Jurusan S1 PGSD yang berjudul Pemanfaatan kartu huruf untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Tulusrejo V Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Hasil penelitiannya disajikan sebagai berikut: (1) nilai rata-rata pre tes siklus I adalah 46,2; (2) nilai rata-rata post tes siklus I adalah 60,9; (3) nilai rata-rata post tes siklus II adalah 76,6. Sri Wahyuningsih berkesimpulan bahwa pemanfaatan kartu huruf dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I SDN Tulusrejo V. Di samping itu ia menambahkan bahwa pemanfaatan kartu huruf dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat, aktivitas, perhatian, dan kreativitas siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan yang dilaksanakan selama pembelajaran siklus I yang disajikan sebagai berikut : 55% dari total siswa sangat berminat, 45% cukup berminat; 57% sangat aktif, 24% cukup aktif, 19% kurang aktif; 48% sangat perhatian, 38% cukup perhatian, 14% kurang perhatian; 52% sangat kreatif, 43% cukup kreatif, 5% kurang kreatif. Sementara pada siklus II, hasil pengamatan menunjukkan bahwa 76% dari total siswa yang ada sangat berminat, 24% cukup berminat. Dalam hal keaktifan dan perhatian serta kreatifitas

siswa menunjukkan bahwa 86% sangat aktif, 9% cukup aktif,5% kurang aktif; 67% sangat perhatian, 33% cukup perhatian; 67% sangat kreatif, 33% cukup kreatif. Bertitik tolak pada hasil penelitian di atas, Sri Wahyuningsih menyarankan agar guru dapat menggunakan alat peraga yang menarik minat belajar siswa dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD guna pencapaian hasil yang maksimal. Hal ini cukup beralasan mengingat siswa kelas I SD masih cenderung berfikir secara konkrit, katanya. Selain 2 kajian penelitian yang relevan dalam uraian di atas, seorang mahasiswa bernama Herlina dari program studi SI PGSD tahun 2011 di Universitas Negeri Malang juga melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan oleh penulis. Dalam hal ini, Herlina melakukan penelitian dengan judul: Penggunan Kartu Kata dan Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SDN Banjarimbo 02 Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan. Penelitian di atas dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiskripsikan penggunaan kartu dalam gambar guna meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDN Banjarimbo 02 Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 20 orang. Berkenaan dengan hal ini, peneliti menggunakan instrument berupa lembar observasi, wawancara, dan tes dalam upayanya memperoleh data, dengan tehnik analisis data rata rata dan persentase. Penelitian di atas memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari biasanya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya capaian rata-rata hasil belajar siswa yang pada siklus I hanya 62,25% dan pada siklus II telah mencapai nilai rata-rata 86,60%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini, Herlina menyarankan kiranya sekolah melengkapi fasilitas belajar siswa untuk pembelajaran bahasa Indonesia dengan melengkapi media dan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu ia

menyarankan kiranya guru bahasa Indonesia dapat menggunakan media gambar dan kartu kata guna meningkatnya kemampuan siswa membaca permulaan sehingga yang akan bermuara kepada kelancaran siswa dalam membaca. Dari hasil kajian ketiga penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh Fitriyah Nur Farikatul, Sri Wahyuningsih, dan Herlina di kelas I SD dalam uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: 1. Pemanfaatan kartu huruf dan atau kartu kata dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD dapat meningkatkan minat, aktivitas, perhatian, dan kreativitas siswa yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan. 2. Ada kecenderungan bahwa nilai ketuntasan belajar tercapai setelah peneliti melaksanakan pembelajaran siklus II. Adapun perbedaan yang terdapat di antara penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh 3 peneliti dalam uraian di atas dan yang sedang dilaksanakan oleh penulis saat ini terletak pada media pembelajaran yang digunakan, di mana di antara ketiga peneliti di atas sering menunjang penggunaan media kartu kata dengan media berupa kartu huruf dan gambar. Perbedaan lain yang dapat dilihat melibatkan tempat pelaksanaan, jumlah siswa yang dikenai tindakan dan hasil capaian siswa pada akhir pembelajaran siklus I dan II. 2.3. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat dirumuskan sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika guru menggunakan media kartu kata, maka kemampuan membaca siswa kelas I SDN 10 Kabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. 2.4. Indikator Kinerja

Adapun indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah capaian siswa dalam proses pembelajaran membaca melalui kartu kata mencapai 70% dengan nilai rata rata 70.