BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan penalaran Matematika

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Terbuka, 2007), h Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan tindakan. Motivasi dalam belajar sangatlah penting dan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

Rinendah Sihwinedar 16

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depdiknas (2006) memaparkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan. yang telah melalui bermacam penelitiannya. Para ahli pembelajaran

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki peserta didik (Suyatno, 2009 : 65). Meier (dalam Rusman, 2011 : 373) mengemukakan bahwa pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar. Sedangkan Shoimin (2014 : 177) berpendapat bahwa pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh indera yang dimiliki oleh siswa agar tercapai pembelajaran yang maksimal. 1) Menurut Shoimin (2014 : 177) unsur-unsur dari SAVI adalah sebagai berikut : a. Somatis (Belajar dengan bergerak dan berbuat) bermakna bahwa belajar menggunakan gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), jadi siswa belajar dengan memahami dan mekakukan pengalaman belajarnya sendiri. b. Auditori (Belajar dengan berbicara dan mendengar) Belajar auditori berarti belajar dengan melibatkan kemampuan auditori (pendengaran) bermakna bahwa belajar harus melalui 6

7 mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat dari siswa lain. Dalam merancang pembelajaran matematika yang menarik bagi saluran auditori (pendengaran), guru bisa melakukan tindakan seperti membicarakan materi apa yang sedang dipelajari. Siswa diharapkan mampu mengungkapkan pendapat atas informasi yang didengarkan atas penjelasan guru. c. Visual (Belajar dengan mengamati dan menggambarkan) belajar visual adalah belajar dengan melibatkan kemampuan visual (penglihatan), bermakna bahwa belajar harus menggunakan indera mata untuk mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Belajar visual ini dapat dilakukan dengan cara melakukan tindakan seperti meminta siswa menerangkan kembali materi yang sudah diajarakan, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkannya. d. Intelektual (Belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir) bermakna bahwa belajar harus menggunakan kemampuan berpikir (minds-on). Belajar harus dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkannya.

8 2) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran SAVI Shoimin (2014 : 178) langkah-langkah pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut : a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) Pada tahap ini guru memotivasi siswa, memberikan perasaan positif mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan menempatkan siswa dalam situasi optimal untuk belajar. Hal yang bisa dilakukan pada tahap persiapan : guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna (auditori), guru membagi siswa dalam kelompok kecil (somatis), merangsang rasa ingin tahu siswa, dan mengajak siswa untuk terlibat penuh dalam pembelajaran. b. Tahap penyampaian ( kegiatan inti ) Hal yang bisa dilakukan pada tahap ini adalah : guru menyampaikan materi dengan contoh nyata (somatis, auditori, visual), dari contoh guru menjelaskan materi (auditori, visual). c. Tahap pelatihan (kegiatan inti) Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan, menyerap pengetahuan, dan ketrampilan baru dengan melibatkan panca indera. Hal yang bisa dilakukan pada tahap ini adalah : guru memberikan LKS untuk diselesaikan dengan berdiskusi sesuai

9 dengan kelompoknya masing-masing (intelektual), guru membahas LKS (auditori, somatis, intelektual). d. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) Pada tahap ini guru membantu siswa untuk menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru siswa pada tugas yang diberikan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dilakukan yaitu guru memberi penguatan terhadap materi yang telah dipelajari (auditori), memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah proses pembelajaran (auditori, intelektual), memberikan tugas rumah dan pesan belajar (intelektual). 3) Kelebihan dan kekurangan pembelajaran SAVI Menurut Shoimin (2014 : 182) kelebihan dan kekurangan pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut : a. Kelebihan a) Meningkatkan kecerdasan secara terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. b) Ingatan siswa terhadap materi yang dipelajari lebih kuat, karena siswa membangun sendiri pengetahuannya.

10 c) Suasana dalam pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak bosan dalam belajar. d) Memupuk kerja sama, dan diharapkan siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa lain yang kurang pandai. e) Menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif. f) Mampu meningkatkan kreativitas dan kemampuan psikomotor siswa. g) Memaksimalkan konsentrasi siswa. h) Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat. i) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. b. Kekurangan a) Penerapan pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan harus sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga membutuhkan biaya pendidikan yang relatif besar. b) Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga kesulitan menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.

11 B. Penalaran Matematika Ihsan (2010 : 116) berpendapat bahwa penalaran merupakan proses berfikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar. Sementara Suriasumantri (1999 : 42) berpendapat bahwa penalaran adalah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Sedangkan Haerudin (2013 : 190) berpendapat bahwa penalaran adalah proses atau aktivitas berfikir dalam menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar yang didasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan kebenaranya. Penalaran adalah suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir untuk membuat pernyataan baru yang benar berdasar pada pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan (Shadiq, 2009 : 9). Wardhani (2008 : 12) menyatakan bahwa penalaran digolongkan kedalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta khusus yang diketahui menuju kepada kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran deduktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan dari hal yang khusus yang didasarkan pada hal yang umum atau hal yang telah dibuktikan kebenarannya. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 dalam Wardhani (2008 : 14) diuraikan bahwa indikator penalaran adalah sebagai berikut : 1) Mengajukan dugaan. 2) Melakukan manipulasi matematika.

12 3) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. 4) Menarik kesimpulan dari pernyataan. 5) Memeriksa kesahihan suatu argument. 6) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas, dapat didefinisikan secara umum bahwa penalaran matematis adalah proses berfikir matematika untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berfikir untuk membuat pernyataan baru yang benar berdasar pada pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang indikator-indikator kemampuan penalaran matematis, maka diperoleh kesimpulan tentang indikator-indikator kemampuan penalaran matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan mengajukan dugaan. Adalah kemampuan memperkirakan suatu kebenaran sebelum dilakukan analisis. Contoh pada materi segi empat mengajukan dugaan untuk menghitung luas atau keliling segi empat yang berbentuk soal cerita. 2. Kemampuan melakukan manipulasi matematika. Adalah melakukan proses rekayasa matematika, untuk memudahkan suatu perhitungan. Contoh pada materi segi empat siswa dapat menghitung panjang sisi, lebar, diagonal sisi apabila diketahui luas atau kelilingnya.

13 3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. Adalah kemampuan memberikan penguatan pada suatu pernyataan yang sudah diketahui kebenarannya. 4. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen. Artinya mampu menyajikan kebenaran suatu pernyataan dengan pedoman pada hasil matematika yang diketahui, kemudian mengembangkan argumen matematik untuk membuktikan suatu pernyataan. 5. Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Adalah kemampuan memodifikasi rumus ke dalam beberapa bentuk sehingga mewakili bentuk umumnya. C. Partisipasi Kontributif Menurut Wiriaatmaja (2010 : 140) partisipasi adalah keterlibatan manusia secara keseluruhan terhadap situasi atau latar yang sedang ditelaah. Menurut Tannenbaun dan Hanh (1968) (dalam Trianto, 2011 : 131), partisipasi adalah sejauh mana peran anggota melibatkan diri dalam kegiatan dan menyumbangkan tenaga serta pemikirannya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Sedangkan menurut Pidarta (2005 : 32) partisipasi yaitu pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Berdasarkan definisi para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan

14 seseorang secara keseluruhan dalam suatu aktivitas untuk mencapai tujuan atau manfaat secara optimal. Partisipasi kontributif adalah partisipasi yang mendorong aktivitas siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, mengerjakan tugas terstruktur baik di kelas maupun di rumah (Taniredja : 2010). Dengan siswa berpartisipasi pelaksanaan pembelajaran akan lebih maksimal, dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. Menurut Sunaryo (2003, dalam sya roni, 2008) untuk mencapai partisipasi maksimal belajar siswa, dalam pembelajaran harus ada komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan belajar oleh siswa dapat berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru hendaknya memahami peserta didik yang menjadi sasaran tugasnya. Bertolak dari permasalahan tersebut, guru perlu memberikan respon yang positif yang berupaya membangkitkan partisipasi siswa dalam bentuk kontributif. Menurut Sudjana (dalam Taniredja, 2010 : 97) aspek-aspek partisipasi yang diamati dalam membuat pedoman observasi partisipasi siswa adalah : 1) Aktivitas mengajukan pendapat untuk pemecahan masalah. 2) Aktivitas memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain. 3) Aktivitas mengerjakan soal yang diberikan guru. 4) Motivasi dalam mengerjakan tugas. Dari uraian di atas mengenai aspek-aspek partisipasi yang dapat diamati, maka diperoleh kesimpulan tentang aspek partisipasi kontributif yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

15 1) Aktivitas mengajukan pertanyaan. 2) Aktivitas mengajukan pendapat. 3) Aktivitas menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal. 4) Aktivitas mempresentasikan jawaban. D. Materi Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Indikator : 6.3.1. Menurunkan rumus keliling bangun persegi panjang. 6.3.2. Menurunkan rumus luas bangun persegi panjang. 6.3.3. Menggunakan rumus keliling bangun persegi panjang untuk menyelesaikan masalah. 6.3.4. Menggunakan rumus luas bangun persegi panjang untuk menyelesaikan masalah. 6.3.5. Menurunkan rumus keliling bangun persegi. 6.3.6. Menurunkan rumus luas bangun persegi. 6.3.7. Menggunakan rumus keliling bangun persegi untuk menyelesaikan masalah. 6.3.8. Menggunakan rumus luas bangun untuk menyelesaikan masalah. 6.3.9. Menurunkan rumus keliling bangun jajargenjang.

16 6.3.10. Menurunkan rumus luas bangun jajargenjang. 6.3.11. Menggunakan rumus keliling bangun jajargenjang untuk menyelesaikan masalah. 6.3.12. Menggunakan rumus luas bangun jajargenjang untuk menyelesaikan masalah. 6.3.13. Menurunkan rumus keliling bangun belah ketupat. 6.3.14. Menurunkan rumus luas bangun belah ketupat. 6.3.15. Menggunakan rumus keliling bangun belah ketupat untuk menyelesaikan masalah. 6.3.17. Menggunakan rumus luas bangun belah ketupat untuk menyelesaikan masalah. 6.3.18. Menurunkan rumus keliling bangun layang-layang. 6.3.19. Menurunkan rumus luas bangun layang-layang. 6.3.20. Menggunakan rumus keliling bangun layang-layang untuk menyelesaikan masalah. 6.3.21. Menggunakan rumus luas bangun layang-layang untuk menyelesaikan masalah. 6.3.22. Menurunkan rumus keliling bangun trapesium. 6.3.23. Menurunkan rumus luas bangun trapesium. 6.3.24. Menggunakan rumus keliling bangun trapesium untuk menyelesaikan masalah. 6.3.25. Menggunakan rumus luas bangun trapesium untuk menyelesaikan masalah.

17 E. Kerangka Pikir Siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang Rendahnya kemampuan penalaran matematis dan partisipasi kontributif Langkah-langkah Pembelajaran SAVI a. Tahap Persiapan b. Tahap Penyampaian c. Tahap Pelatihan d. Tahap Penampilan Hasil Dengan adanya perlakuan pembelajaran SAVI diharapkan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang dapat meningkat. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP N 1 Sumbang dan observasi terhadap kemampuan penalaran matematis siswa, menunjukan bahwa penalaran matematis siswa kelas VII C masih rendah. Selain penalaran matematis, dari hasil wawancara diperoleh permasalahan lain yaitu partisipasi kontributif siswa kelas VII C masih rendah. Hal ini dapat diamati dari pasifnya siswa kelas VII C dalam proses pembelajaran. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu tindakan yang dapat meningkatkan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1

18 Sumbang. Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang adalah dengan menggunakan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Karena pembelajaran SAVI melibatkan seluruh indra dalam pembelajaran. Belajar seperti ini berarti bergerak aktif secara fisik, saat belajar dengan memanfaatkan indera dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses pembelajaran secara umum akan lebih efektif untuk meningkatkan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa, karena siswa dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran. Langkahlangkah pembelajaran SAVI diawali dengan tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan, dan tahap penampilan hasil. Pada tahap persiapan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna (auditori), guru juga menyampaikan materi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa, sehingga siswa dilatih untuk berani menjawab pertanyaan dan meduga jawaban dari pertanyaan yang diberikan (somatis, auditori, dan intelektual). Pada tahap penyampaian guru menjelaskan materi secara bertahap (auditori dan visual). Sehingga siswa akan memperoleh penjelasan-penjelasan singkat. Hal ini akan mendorong rasa ingin tahu siswa untuk mengetahui hal-hal yang belum dijelaskan guru, sehingga siswa terdorong untuk bertanya. Pada tahap pelatihan guru berkeliling untuk membimbing dan mengontrol siswa yang sedang mengerjakan LKS (somatis, visual, dan

19 intelektual). Siswa berdiskusi mengerjakan LKS berarti siswa berlatih melakukan manipulasi matematika dan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. Dengan berdiskusi siswa saling memberi masukan, setiap siswa bertanggung jawab atas siswa lain, sehingga tercipta suatu lingkungan belajar yang menyenangkan. Dengan demikian siswa akan mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan tidak sungkan untuk mengajukan pertanyaan atau mengajukan pendapatnya. Pada tahap penampilan hasil, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan jawaban LKS yang telah mereka kerjakan (somatis, auditori, dan intelektual), sehingga secara tidak langsung pada tahap ini siswa sedang berlatih untuk berani mempresentasikan jawaban dan bertanggung jawab atas jawabannya. Selain itu guru juga meminta kelompok lain untuk mengoreksi atau menanggapi jawaban kelompok yang presentasi (auditori, visual, dan intelektual), pada tahap ini secara tidak langsung siswa memeriksa kesahihan dari jawaban kelompok temannya dan berlatih menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran SAVI diduga dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan partisipasi kontributif siswa kelas VII C SMP N 1 Sumbang.

20 F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Ada peningkatan penalaran matematis melalui penerapan pembelajaran SAVI. 2. Ada peningkatan partisipasi kontributif melalui penerapan pembelajaran SAVI.