Siswo Sujoko, Efendi Manulang, Ina Lidiawati Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DALAM KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. BHATARA ALAM LESTARI KABUPATEN MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI JENIS ROTAN DI KECAMATAN SELIMBAU KAWASAN TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DI KAWASAN HUTAN ADAT SEPORA DESA KASROMEGO KECAMATAN BEDUAI KABUPATEN SANGGAU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman famili Palmae yang tumbuh memanjat yang disebut

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PEMANFAATAN ROTAN SEBAGAI BAHAN KERAJINAN ANYAMAN DI DESA SEDAHAN JAYA KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN KAYONG UTARA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Industri Kreatif berbasis Rotan

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

PERATURAN PEMEIRNTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1998 TENTANG PROVISI SUMBER DAYA HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLAKUAN KIMIA DAN FISIK EMPAT JENIS ROTAN SESUDAH PENEBANGAN CHEMICAL AND PHYSICAL TREATMENT OF FOUR RATTAN SPECIES AFTER FELLING

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Rotan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

Perlakuan Kimia dan Fisik Empat Jenis Rotan sesudah Penebangan (Chemical and Physical Treatments of Four Rattan Species after Felling)

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI DESA MERAGUN KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ROTAN PADA MEBEL ROTAN PALUNESIA COLLECTION TEAM KOTA PALU

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Opportunity of rattan certification to tap new market and giving additional value of rattan finished product

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

Baharinawati W.Hastanti 2

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

III. METODOLOGI PE ELITIA

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)

STUDI PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT DI DESA SEKILAP KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

JENIS ROTAN, PRODUK ROTAN OLAHAN DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN KOMERSIAL DI KOTA MEDAN HASIL PENELITIAN.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai

INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

PEMANFAATAN ROTAN NON KOMERSIAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL DITINJAU DARI SIFAT FISIS DAN MEKANIS

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Abi Gayuh Sopana, Trisnadi Widyaleksono, dan Thin Soedarti

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

ANALISI BIAYA DAN PROSES PEMANENAN ROTAN ALAM DI DESA MAMBUE KABUPATEN LUWU UTARA

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

EKSPLORASI MATERIAL ROTAN PITRIT MENGGUNAKAN METODE EKSPLORASI FISIK EXPLORATION OF RATTAN PITRIT MATERIAL USING PHYSICAL EXPLORATION METHODS

Lampiran 1 Rekapitulasi data tegakan akasia (Acacia mangium)

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Gadjah Mada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. Vlll No. 2 : (2002) Arti kel (Article) Trop. For. Manage. J. V111 (2) : (2002)

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

PENGARUH ELEVASI LAHAN DAN POSISI PELEPAH TERHADAP ANATOMI DAN SIFAT FISIK PADA FENOMENA PELEPAH SENGKLEH KELAPA SAWIT (Elaeis quineensis Jacq.

IV. METODE PENELITIAN

TENGKAWANG PENGHASIL UANG TENGKAWANG PENGHASIL UANG ; KOMODITI HASIL HUTAN BUKAN KAYU SUMBER EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

Transkripsi:

PENDUGAAN POTENSI ROTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS (HPT) KELOMPOK HUTAN SUNGAI TENUNGUN KECAMATAN BUNUT HULU KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT (Estimation Rattan Potential In The Forest Production Limited (Hpt) Group Forest Tenungun River Bunut Hulu District Kapuas Hulu in West Kalimantan) Siswo Sujoko, Efendi Manulang, Ina Lidiawati Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat Email : siswo_sujoko@yahoo.com ABSTRACT Preservation of natural resources such as rattan currently experiencing problems due to the difficulty and away in the forest by collecting rattan entered. This is due to natural forests in tumbuhi rattan pressed by the presence of, among others, land clearing, shifting cultivation and for other purposes so that the potential of rattan is reduced. The research was conducted in Limited Production Forest (HPT) forest group Tenungun Rivers Nanga Two District Bunut Hulu Kapuas Hulu in West Kalimantan. The method used for sampling is a method with a sample unit is not disconnected transects (Continuous strip sampling) research plot area is 16 acres, a square with a size of 400 mx 400 m. Furthermore, in the plot lines of the observation made by 40 lines Based on the results of the study found as many as 10 species of rattan. As for the types of rattan found in the study plots that petit rattan (Calamus spectobilis), Ilam rattan (Karthalsia momboides), Jerenang rattan (Daemonorops drancellus), shrimp rattan (Karthalsia schenomerathus), Jelapang rattan (Calamus momboides), Single rattan (Calamus mucromathus), Sega rattan (Calamus caesius), Lowa rattan (Plectocomiopsis geminiflorus Becc), wicker rattan (Korthalsia flagellaris Miq), and Marau rattan (Calamus mattenensis Becc). Potential 193.06 rattan stems per hectare, with a wet weight of 1355.89 kg per hectare. Key words : Rattan, Limited Production Forest, Tenungun River BAB I. PENDAHULUAN Rotan merupakan kelompok jenis tumbuhan hutan dari suku palmae, yang tumbuh secara alami disebagian besar di hutan tropika. Diseluruh dunia dikenal 516 genuus/marga rotan, yang terdiri dari 516 jenis (Menon,1980) Diantara 516 jenis tersebut, diketahui bahwa 302 jenis (56%) yang berasal dari keluarga Calamuss, Demonorp, Ceratolobus, Karthlsia,Plectocomia, Plektocomiopsis, Cornera dan Miryalepis terdapat di Indonesia. Menurut hasil inventarisasi yang dilakukan Direktorat Bina Produksi Kehutanan, dari 143 juta hektar luas hutan di Indonesia diperkirakan hutan yang ditumbuhi rotan seluas kurang lebih 13,20 juta hektar, yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan pulau-pulau lain yang memiliki hutan alam. Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mebel, kerajinan, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Berdasarkan Kabupaten Kapuas Hulu Dalam angka (2010) produksi 164

rotan dari berbagai jenis di kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2009 mencapai 563,8 ton turun dibanding dengan produksi tahun sebelumnya sebesar 1.351 ton. Indikasi penurunan ini diduga akibat adannya deforestrasi kawasan hutan dan eksploitasi tanaman rotan melebihi kemampuan tanaman tersebut untuk berproduksi secara lestari. Tabel 1. Produksi Rotan di Kabupaten Kapuas Hulu (Rattan Produktion in District Kapuas Hulu) No Tahun Produksi (Ton) 1. 2005 177,77 2. 2006 568,95 3. 2007 257,09 4. 2008 1.351,00 5. 2009 563,80 Sumber : Kabupaten Kapuas hulu Dalam Angka Tahun 2010 Penelitian Pendugaan Potensi Rotan Di Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat ini bertujuan untuk mengetahui potensi tumbuhan rotan di Kabupaten Kapuas Hulu terutama di kelompok hutan Produksi Terbatas (HPT) Sungai Tenungun dan manfaat diadakannya penelitian ini adalah Untuk memberikan data dan informasi mengenai jenis-jenis rotan yang ada di kawasan Hutan Produksi Tertbatas (HPT) kelompok hutan Sungai Tenungun. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) kelompok hutan Sungai Tenungun Desa Nanga Dua Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Lamanya waktu penelitian ±4 minggu di lapangan dilanjutkan pengolahan data, penelitian ini di laksanakan di daerah dataran Tinggi, Metode yang dipakai untuk pemgambilan sampel adalah metode dengan unit contoh berupa jalur ukur yang tidak terputus (Continuous strip sampling) Luas petak penelitian adalah 16 hektar, berbentuk persegi dengan ukuran 400 m x 400 m. Selanjutnya dalam petak tersebut dibuat jalur-jalur pengamatan sebanyak 40 jalur pengamatan, dalam satu jalur terdapat 40 petak pengamatan berukuran 10 m x 10 m, jadi banyaknya petak pengamatan seluruhnya adalah 40 jalur x 40 petak = 1.600 petak pengamatan. 165

Plot Chart Observation Identifikasi jenis rotan dilakukan dengan cara pengenalan nama daerah setempat dan berdasarkan buku penuntun identifikasi rotan (Damayanti, R,2007), dengan menggunakan cirri preparat batang, daun, bunga, dan buah. Apabila jenis rotan tidak diketahui nama botanisnya maka di buat herbarium. Dalam pemilihan rotan contoh dilakukan pengklasifikasian berdasarkan panjangnya seperti yang dilakukan Dransfield (1947), sebagai berikut : a. Rotan muda, yaitu rotan dengan panjang bebas pelepah > 3 5 meter. b. Rotan belum masak tebang, yaitu rotan dengan panjang batang bekas bebas pelepah > 5 15 meter. c. Rotan masak tebang, yaitu rotan dengan panjang batang bebas pelepah lebih dari 15 meter. Berdasarkan klasifikasi di atas, kemudian di hitung potensi rotan untuk masing-masing jenis (jumlah rumpun, diameter, jumlah batang, dan berat basah rotan) per hektar. Terhadap setiap rotan dilakukan pengukuran diameter (d), panjang (p) serta berat basah (Bb). Diameter di ukur pada panjang 1,5 m dari pangkal. Panjang diukur dari mulai pangkal sampai dengan bebas pelepah. Berat basah diukur dengan menimbang masing-masing batang rotan contoh. Penaksiran panjang dan berat setiap jenis rotan dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Direktorat Jendral Inventarisasi dan Tata guna Hutan, 1990) : 1. Penaksiran Panjang Rotan Untuk menhitung nilai penaksiran panjang rotan dapat dihitung dengan dengan menggunakan rumus : dί Pί = -------------- x P d Pί = Panjang taksiran rotan ke i dί = Diameter rotan ke i 166

d = Diameter rata-rata yang diperoleh dari pengukuran rotan contoh P = Panjang rata-rata yang diperoleh dari pengukuran rotan contoh 2. Penaksiran Berat Basah Rotan Untuk menghitung nilai penaksiran berat basah rotan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : dί x pί Bbί = -------------- x B b d x p Bbί = Berat basah taksiran rotan ke i dί = Diameter taksiran ke i pί = Panjang taksiran ke i d = Diameter rata-rata yang diperoleh dari pengangkutan rotan contoh p = Panjang rata-rata yang diperoleh dari pengukuran rotan contoh B b = Berat basah rata-rata yang diperoleh dari pengukuran rotan contoh 3. Potensi Per Hektar Jenis Rotan Mean atau Rata-rata Nilai yang mewakili semua nilai (semua individu). Untuk menghitung mean dapat dicari dengan menggunakan rumus Nazir (1998). xί X = ------------------ n X = Rata-rata individu rotan (batang/hektar) xί = Nilai pengamatan variable ke i n = Banyaknya jumlah individu Varians Yaitu jumlah kuadrat selisih nilai tiap individu dan rata-ratanya dibagi dengan jumlah individu dikurangi satu. Menurut Nazir (1998) untuk memperoleh varians suatu individu dapat menggunakan rumus : V = Σ( ) V = Varians Xί = Nilai pengamatan variable ke i X = Rata-rata individu rotan (batang/hektar) n = Banyaknya jumlah individu 4. Standar Deviasi (Simpangan Baku) Nilai yang menyatakan besarnya penyimpangan nilai-nilai individu terhadap nilai rata-ratanya. Untuk menghitung standar deviasi dapat dicari dengan menggunakan rumus Nazir (1998). xί - ( ί) ² sd² = --------------------- n 1 sd² = Standar deviasi xί = Nilai pengamatan ke i n = Banyaknya jumlah individu 5. Standar Error (Kesalahan Baku) Menurut Simon (1996), standar Error merupakan ukuran batas kepercayaan harga rata-rata sampel. Standar Error membatasi kisaran di sekitar harga ratarata sampel (X), dimana harga rata-rata populasi (m) diharapkan akan dijumpai dengan peluang tertentu. Untuk memperoleh standar error dapat menggunakan rumus : Sx = Sx = Standar error Sd = Simpang Baku 167

n = Jumlah sampel e. =Kisaran Potensi Rotan Per Jenis atau Seluruh Jenis Untuk menghitung kisaran potensi jenis rotan baik untuk per jenis ataupun seluruh jenis, dapat dihitung dengan menggunakan rumus : X ±t. 0,5 S x X = Rata-rata sampel t.0,5 = Nilai t table 5% S x = Standar error HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi untuk seluruh jenis rotan yang ditemukan dalam petak penelitian pada kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun diketahui sebanyak 10 jenis, 186 rumpun, 3.089 batang dengan berat basah sebesar 21.695,23 kg. J u m l a h B a t a n g 700 600 500 400 300 200 100 0 641 544 321 320 254 95 269 268 108 269 Rotan Petit Rotan Ilam Rotyan Jerenang Rotan Udang Rotan Jelapang Rotan Tunggal Rotan Sega Rotan Lowa Gambar 2. Diagram Potensi Keseluruhan Batang (N) Jenis Rotan Pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun (Overall Potential diagram Trunk (N) type Rattan In Group Limited Production Forest River Forest Tenungun) Diagram diatas menunjukkan bahwa potensi batang (N) rotan petit sebanyak 641 batang yang mendominasi dari semua jenis rotan yang berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu di bandingkan jenis rotan yang lainnya. 168

J u m l a h 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 7463.41 5140.24 373 803.09 453.24 833.15 345.17 1756.27 1247.8 3278.86 Rotan Petit Rotan Ilam Rotyan Jerenang Rotan Udang Rotan Jelapang Rotan Tunggal Rotan Sega Gambar 3. Diagram Potensi Keseluruhan Berat Basah (G) Jenis Rotan Pada Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu (Overall Potential diagram Wet Weight (G) type Rattan In Forest Group Tenungun River District Bunut Hulu Kapuas Hulu) Diagram diatas menunjukkan bahwa potensi Berat basah (G) rotan petit sebanyak 7.463,41 Kg yang mendominasi dari semua jenis rotan yang berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu di bandingkan jenis rotan yang lainnya. J u m l a h R u m p u n 40 35 30 25 20 15 10 5 0 34 24 25 25 20 17 15 Jenis Rotan 8 18 Rotan Petit Rotan Ilam Rotan Jerenang Rotan Udang Rotan Jelapang Rotan Tunggal Rotan Sega Rotan Lowa Rotan Dahan Marau Gambar 4. Potensi Jumlah Rumpun Berdasarkan Klasifikasi Rotan Pada Kawasan Hutan Sungai Tenungun Kec. Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu (Potential Cluster Based Classification Number of Rattan On Tenungun River Forest district. Bunut Hulu Kapuas Hulu) Diagram diatas menunjukkan bahwa Jumlah rumpun terbanyak ditunjukkan pada rotan ilam dengan jumlah 34 rumpun yang mendominasi dari semua jenis rotan yang berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas 169

Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu di bandingkan jenis rotan yang lainnya. 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 863 1040 1186 N 14752.88 4670.55 2270.8 G Rotan Muda (> 3 5 Meter) Rotan Belum Masak Tebang (> 5 15 Meter) Rotan Masak Tebang (> 15 Meter) Potensi Batang dan Berat Basah Gambar 5. Diagram Potensi Jumlah Keseluruhan (N) dan Berat Basah (G) Jenis Rotan Berdasarkan Klasifikasi Rotan Pada Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu (Overall Potential Diagram Number (N) and Wet Weight (G) type Rattan Based Classification of Rattan In Forest Group Tenungun River District Bunut Hulu Kapuas Hulu) Diagram diatas menunjukkan bahwa Jumlah keseluruhan jenis berdasarkan klasifikasi rotan menunjukkan rotan masak tebang sebanyak 1.186 batang untuk seluruh petak pengamatan, sedangkan untuk berat basah rotan terbanyak ditunjukkan pula oleh rotan masak tebang dengan berat 1.4752,88 Kg yang berada di Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu di bandingkan jenis rotan yang lainnya. Pemungutan hasil rotan yang diperoleh dari hutan, merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan masyarakat sekitar, dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, sebagai contoh untuk keperluan dalam pembuatan alat-alat rumah tangga atau kerajinan. Pengambilan rotan tidak boleh dilakukan pada musim hujan, di karenakan pemotongan yang dilakukan pada musim hujan mengakibatkan busuknya akar-akar rotan karena peresapan air hujan melalui penampang batang yang dipotong. Untuk mengatasi hal itu, maka penampang bekas pemotongan harus dibengkokkan ke bawah agar air hujan tidak meresap ke dalamnya. Dalam hal pemungutan rotan, rotan yang baik untuk di ambil adalah rotan yang tua atau masak tebang. Tetapi umumnya rotan yang berdiameter kecil dengan umur 7-10 tahun sudah cukup memadai untuk kualitas perdagangan. Untuk rotan yang berbatang tunggal umumnya pemungutan dilakukan hanya satu kali, lalu dilakukan peremajaan dengan daurnya sekitar 25-30 tahun. 170

Pemungutan rotan oleh masyarakat setempat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan cara memilih rotan yang akan diambil kemudian digosok hingga bersih. Cara ini memang memerlukan waktu yang cukup lama tetapi cara ini menghasilkan rotan yang bersih. Pengolahan pertama yang dilakukan di hutan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam hal penentuan kualitasnya karena bila rotan sudah dalam keadaan kering maka sukar untuk diulangi lagi. Pemanfaatan rotan oleh masyarakat sekitar hanya sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan, hasilnya digunakan untuk keperluan pribadi. Sebagian besar rotan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar adalah rotan yang berdiameter kecil, sedangkan rotan yang berdiameter besar masih tersedia dalam jumlah besar dan jarang sekali dimanfaatkan. Tabel 2. Manfaat Jenis-Jenis Rotan yang Ada di Sungai Tenungun (Benefits of Rattan Types of Existing River Tenungun) Jenis Rotan Kegunaan Rotan Petit Bahan pengikat yang cukup kuat dan mudah dibelah dalam kondisi segar. Rotan Sega Untuk bahan pembuatan Keranjang, Pengikat, Tikar, dan bahan ayaman lainnya Rotan Marau Untuk bahan pembuatan kursi Rotan Dahan Untuk bahan pembuat alat penangkap ikan, pengikat rakit, dan kerangka pembuatan tengkalang. Rotan Lowa Untuk bahan pembuatan keranjang dan tali pengikat. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Potensi rotan yang terdapat pada kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu cukup besar. Hal ini disebabkan rotan yang terdapat pada areal ini belum banyak dipunggut atau dimanfaatkan dalam skala yang besar. 2. Ditemukan 10 jenis rotan yang terdapat pada petak pengamatan dengan taksiran 186 rumpun rotan, 3.089 batang rotan dan berat basah rotan mencapai 21.694,23 Kg. 3. Potensi rotan pada kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu yaitu sebesar 193,06 batang per hektar, dengan berat basah 1.355,89 kg per hektar. 4. Besarnya jumlah individu jenis rotan yang terdapat pada kawasan Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Sungai Tenungun Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu, menunjukkan bahwa jenis rotan petit memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis rotan lainnya, karena jumlah batang yang 171

ditemukan lebih besar dibandingkan dengan jumlah rotan lainnya. 5. Potensi rotan dalam jumlah batang per hektar untuk masing-masing jenis diperoleh rotan petit 40,06 batang per hektar, rotan ilam 34 batang per hektar, rotan jerenang 20,06 batang per hektar, rotan udang 15,88 batang per hektar, rotan jelapang 20 batang per hektar, rotan tunggal 5,94 batang per hektar, rotan sega 16,81 batang per hektar, rotan lowa 16,75 batang per hektar, rotan dahan 6,75 batang per hektar, dan rotan marau 16,81 batang per hektar. B. Saran 1. Untuk mengetahui informasi mengenai sebaran jenis rotan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada beberapa jenis hutan. 2. Mengingat masih cukup banyak terdapat jenis rotan pada kawasan hutan ini maka perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah setempat dan pemerintah pusat agar dapat melindungi dan melestarikan kelangsungan hidup rotan itu sendiri. 3. Perlu adanya upaya pembinaan atau seminar tentang rotan di daerah ini khususnya imformasi pemanfaatannya agar masyrakat sekitar dapat temotivasi untuk dapat membuat industri rumah tangga dari rotan mengingat ketersediaan rotan di daerah ini cukup besar. 4. Untuk meningkatkan pemasaran rotan terutama untuk jenis-jenis komersil, perlu adanya suatu lembaga yang dapat menampung hasil dari pemungutan rotan dari masyarakat setempat, sehingga masyarakat sekitar dapat menyalurkan rotan yang dipungut baik berupa barang mentah maupun barang jadi berupa barang-barang kerajinan tangan. 5. Pemanfaatan rotan disarankan agar dapat dikelola dalam bentuk Koperasi Unit Desa (KUD), atau Hutan Industri dan diupayakan pembangunan industri pengolahan dan pengeringan rotan disekitar lokasi, agar hasil produksinya dapat ditingkatkan kwalitasnya. DAFTAR PUSTAKA Algamar K. 1984. Posisi Rotan Indonesia Dalam Perdagangan Internasional. Proceedings Lokakarya Nasional Rotan, Departemen Kehutanan Kerjasama Dengan I.D.R.C. Jakarta. Budhi S. 2007. Ekologi Hutan. Buku 1 Bahan Kuliah Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjungpura Pontianak. Depertemen Kehutanan. 1988. Pengusaha Hutan Non Kayu, Januari, Jakarta Duta Rimba. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu. 2010. Kabupaten Kapuas Hulu Dalam Angka Tahun 2010. Kapuas Hulu. Krisdianto and Jasni. 2005. Struktur Anatomi Tiga Jenis Batang Rotan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 3 No. 2 Tahun 2005. Munawaroh, Esty dan Y. Purwanto. 2008. Studi Hasil Hutan Non 172

Kayu di Kabupaten Malinau Kalimantan Timur. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. Januminro, CFM. 2000. Rotan Indonesia, Kansius, Yogyakarta. Tellu A.Tantra, 2002. Potensi dan Pola Penyebaran Jenis-Jenis Rotan di Hutan Cagar Alam Morowali. Jurnal Science and Technology. Vol.3 no. 2: Agustus 2002. 173